Page Nav

HIDE

Update

latest

Langkah Nyata UHAMKA Muda Untuk Menghidupkan Pemberdayaan Dhuafa

Tim Pemberdayaan dari Mahasiswa Uhamka Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan oranglain. Manusia memil...

Tim Pemberdayaan dari Mahasiswa Uhamka

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan oranglain. Manusia memiliki tugas utama yaitu Beribadah, baik itu kepada sang pencipta maupun terhadap sesama manusia dan makhluk hidup. Oleh karena itu kita harus peduli dan membantu saudara kita yang membutuhkan salah satunya adalah kaum dhuafa. Secara Bahasa Kata dhuafa juga berasal dari dh’afa atau dhi’afan. 

Sedangkan menurut istilah adalah orang yang hidup dalam penderitaan, ketidakberdayaan, dan kemiskinan yang semasa hidupnya membutuhkan pertolongan orang lain untuk bertahan hidup. Hal ini dijelaskan dalam ayat Al-quran, pada surat An-Nisaa “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah (dhi’afan), yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.”(QS An-Nisaa’: 9).

Sebagai kelompok  UHAMKA Muda salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah memulai kegiatan pemberdayaan masyrakat, terutama untuk para Dhuafa. Langkah awal kami untuk melakukan kegiatan pemberdayaan ini adalah mendatangi daerah-daerah yang rata-rata penduduknya merupakan mayoritas kaum Dhuafa.

Pada tanggal 8 November 2021, sekelompok mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka melakukan kegiatan pemberdayaan keluarga dhuafa. Kegiatan ini merupakan tugas dari mata kuliah Kemuhammadiyahan, dengan Dosen Pengampu Bapak Amirudin.Melalui kegiatan ini mahasiswa dilatih untiik melakukan pemberdayaan sosial sehingga dalam jiwa mereka tumbuh rasa empati dan kepedulian terhadap sesamanya.

Menurut Irbiani, Ketua Kelompok. Kegiatan ini merupakan rangkaian panjang dari kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Irbiani dan rekan sebelumnya telah melakukan observasi terlebih dahulu untuk memilih keluarga yang akan diberdayakan dan menghindari salah sasaran dibantu oleh ustad abdi selaku tokoh masyarakat yang dihormati oleh warga sekitar. Kami memilih dan memutuskan 3 keluarga untuk diberdayakan. Setelah itu, menentukan program dan melakukan pengumpulan dana bantuan (fundraising).

Kunjungan lapangan Mahasiswa UHAMKA
Kami Kembali ke lokasi pada hari minggu, 12 Desember 2021 untuk melangsungkan seluruh kegiatan dan program yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Keluarga pertama adalah pasangan suami istri, Ibu Tuti (48) dan bapak Madun. Beliau tinggal di lingkungan ini sejak tahun 2000. Ibu tuti mengalami kecelakaan 1 tahun lalu yang mengakibatkan menderita penyakit stroke sehingga beliau kesulitan untuk menggerakan Sebagian tubuhnya terutama tangan dan kakinya. Dahulu ibu Tuti bekerja sebagai tukang urut sementara bapak madun bekerja sebagi pemulung. Sekarang ini bu tuti tidak dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa karena sakit yang ia derita mengakibatkannya keterbatasan gerak.

Penghasilan yang diperoleh bapak madun tidak menentu, mulai dari Rp15.000 hingga Rp50.000 perhari, dengan penghasilan demikian masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. “Waktu awal kecelakaan, biaya pengobatan ditanggung adik saya selama 5 bulan, tapi kehabisan biaya” ucap bu Tuti. Biaya terapi yang bu tuti keluarkan setiap sesi sebesar Rp100.000, namun terapi tersebut tidak dilakukan secara rutin karena keterbatasan biaya. Sekarang ini bu Tuti hanya menggunakan obat tradisional dan herbal.  Selain itu, rumah yang mereka tempati harus dibayarkan setiap bulan sebesar Rp. 300.000. 

Keluarga kedua adalah ibu Mulyani (61) ia tinggal dilingkungan ini sejak tahun 1990. Suami dan anaknya tidak bekerja, Bu Mulyani sendiri bekerja sebagai pemulung, beliau adalah tulang punggung keluarga. Biasanya, bu Mulyani berangkat kerja selepas subuh hingga malam, penghasilan yang ia peroleh setiap hari sekitar Rp40.000 hingga Rp70.000. Bu Mulyani harus membayar 2 sewa kontakan sebesar Rp800.000.

Dan Keluarga ketiga adalah Ibu Hamangkiarti (49) atau biasa dipanggil mabondol,  tinggal  di lingkungan ini sejak tahun 2004. Ia tinggal besama suaminya dan  2 anaknya, Abduh dan Andreansyah (7). Suaminya bekerja sebagai pekerja bangunan, sementara mabondol dan anak sulungnya bekerja sebagai pemulung. Penghasilannya setiap hari tidak menentu sekitar Rp150.000 hingga Rp200.000 tergantung barang yang diperoleh. Penghasilannnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia harus membayar rumah yang ia tempati setiap bulan sebesar Rp450.000.
“Untuk hubungan yang terjalin dengan warga di lingkungan ini biasa saja, Interaksi dan komunikasi berjalan dengan baik, namun terkadang terdapat masalah antar satu sama lain.” Kata Bu Andre. Namun permasalahan antar warga bukan hal yang terlalu dibesar-besarkan.

Lingkungan tersebut juga memiliki kegiatan pemberdayaan yang cukup rutin serta kegiatan kumpul-kumpul antar sesama warga. Hal tersebut ditujukan agar komunikai antar warga tetap terjalin harmonis. Bantuan bansos dari pemerintan melalui RT juga didistribusikan dengan baik. Bekal moril juga tak luput diterapkan di lingkungan ini, “Di hari senin-jum’at untuk anak-anak mengaji dari setengh 4-5. Untuk hari sabtu dan minggu untuk ibu-ibu dan bapak-bapak juga, kegiatannya berupa membaca iqro bagi yang belum bisa dan ceramah.” 

Penulis: Nur Fadhila  Mahasiswa UHAMKA

Tidak ada komentar