Dilema Kepemimpinan Jokowi,Gambaran Buruk Garam Dilema Kepemimpinan Jokowi,Gambaran Buruk Garam Bagi negara India garam dijadikan sen...
Dilema Kepemimpinan Jokowi,Gambaran Buruk GaramDilema Kepemimpinan Jokowi,Gambaran Buruk Garam

Bagi negara India garam dijadikan senjata untuk membebaskan rakyatnya dari jeratan penjajah tidak hanya barang dagangan,kejadian itu sangatlah bertolak belakang dengan negeri kita.Untuk melawan penguasaan pasar oleh pemerinta kolonial Inggris,pada tahun 1930 Mahatma Gandhi mengkomando 60.000 masyarakat India untuk menyusuri pingir pantai Bombay guna melakukan produksi garam sendiri,yang di sebut gerakan Swadesi.Ia mengajak masyarakatnya agar mandiri tanpa bergantung kepada garam produksi luar negeri.Usahanya memproduksi garam sendiri sangat tepat untuk mengalahkan penjajah,dalam hal ini Gandhi juga mengajak untuk membuat sendiri kain sebagai dasar sandang masyarakat India. Rencananya berhasil mejadikan Inggris kewalahan akibat barangnya seperti pakaian dan garam tidak terjual di India. Mohammad Hatta mengapresiasi usaha Gandhi yang menjadikan mandiri dan saling membantu sebagai dasar usaha kemerdekaan Indonesia. Mohammad Hatta menyampaikan,semua keperluan masyarakat yang Sumber Dayanya ada di negara kita,sebaiknya juga dibuat sendiri di negeri kita dan diuntukkan memenuhi permintaan pasar lokal.Jika di olah di tempat kita tentu membutuhkan biaya sedikit ketimbang mengimpor dari negara lain.Menurut Bung Hatta teknologi tidak menjadi hambatan,karena negara bisa meminta pertolongan negara lain dengan berbagi pengalaman, mungkin juga dalam beberapa saat membawa ahli  dan pemimpin yang pandai dari negara lain untuk memberikan pengetahuannya untuk pribumi.Ada banyak cara untuk mengatasi persoalan modal. Untuk menghasilkan barang dengan tanpa membutuhkan uang yang banyak contohnya garam maka tidak perlu menggunakan modal luar negeri.Permasalahan keuangan dapat di atasi hanya dengan menggagas tabungan lokal masyarakat yang disertai dukungan bank pemerintah. Hanya saja masalahnya apakah pemerintah ingin mengatasinya dengan serius ataupun hanya dengan mendatangkan produk dari luar negeri.Untuk situasi ini pemerintah diuji kemanakah akan berpihak,sebab di dalam kajian ekonomi politik impor tidak akan pernah keluar dari keinginan memperoleh bunga yang disini aktornya ialah antara pengusaha dengan pengusaha. Para pengusaha memaksimalkan pihak pemerintah dalam menambah penghasilan mereka dengan pemanfaatan. Dalam mengatasi kesulitan memperoleh garam di Indonesia,pemerintah Jokowi sudah mengeluarkan persetujuan membeli garam dari Australia secara legal sejumlah 75.000 ton. Aturan ini dibuat di saat terjadinya ketidakjelasan pebangunan infrastruktur,daya beli masyarakat yang sedang menurun,dan dengan meningkatnya pengeluaran negara mencapai hamper 3% dari keseluruhan APBN.Garam adalah barang yang cukup gampang untuk dibuat,dengan tanpa adanya kesulitan juga bukan industri yang memerlukan banyak biaya. Tetapi faktanyadi dalam sejarah,baru kali ini permintaan garam di pasar lokal belum terpenuhi oleh pengolahan negara kita sendiri. Menurut data yang ada pada Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia tercata permintaan konsumen terhadap garam diangka empat juta ton per tahun,sedangkan sejumlah 780.000 didalamnya ialah untuk pemakaian di dalam rumah tangga,dan kelebihannya merupakan untuk pabrik. Bersarnya jumlah kebutuhan bertolak belakang terhadap angka pembuatan garam domestik saat 2016 berjumlah 114.000 ton.Tidak membutuhkan alas an yang sulit,jawaban nya jelas kesenjangan diantara permintaan konsumen dibanding dengan barang yang tersedia menjadikan harga garam meningkat drastic. Akibat teknik menghasilkan barang yang masih sederhana dan permasalahan iklim dijadikan alas an untuk penjelasan kenapa negara kelautan seluas Indonesia bisa terkena paceklik garam.Menjadikan Sumber daya alam dan manusia,menurut saya adalah bentuk tidak peduli pemerintah kepada krisis garam.Sebuah kewajaran bagi masyarakat,ketika pemerintah dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab akibat langkanya garam saat ini.Disebabkan pemerintahlah yang mempunyai kekuatan yang bisa mengatasi terjadinya kesulitan dengan bermacam peraturan. Garam lebih di anggap barang yang tidak mempunyai angka ekonomi yang tinggi,jika kita bandingkan dengan barang lain.Jangankan untuk menggunakan garam menjadi barang utama, ataupun karena tak pernah terpikirkan bahwasannya garam mampu dijadikan sebagai ciri khas untuk negara maritim seperti negara kita ini. Sangatlah rawan terjadi transaksi antar pengusaha disaat proses perumusan kebijakan. Penelitian mengenai bunga  membuka bagaimana sikap  orang yang gelap mata terhadap persekongkolan ekonomi politik yang dilaksanakan oleh ahli politik yang merancang peraturan,pejabat yang menjadi penyelenggara aturan,dan beberapa orang yang memiliki keperluan untuk mempengaruhi peraturan.Dipandang dari sudut yang membuat peraturan,ahli politik yang gelap mata terhadap bunga menjadi pemeran yang akan menilai laba atau rugi jika ia mengambil sebuah keputusan.Disisi yang melaksanakan peraturan,pejabat yang gelap mata terhadap bunga,dengan cara menjual ataupun melelang peraturan negara terhadap siapapun yang mampu memeberi harga terbaik. Masyarakat yang berupaya mencari keuntungan kehidupannya sangat makmur hanya dengan mengandalkan peraturan yang dibuat oleh politisi.Para pengusaha semakin makmur dengan cara berteman dengan orang-orang penting,dikarenakan segelintir kelompok yang memiliki kekuasaan yang merupakan pengusaha yang mengelola dalam mendapatkan keuntungan. Berdasarkan pada pendapat Grindle dan Krueger masalah membeli garam dari luar negeri dapat diartikan dijadikan sebagai sarana yang memiliki kemungkinan untuk dijadikan ajang memperoleh bunga.Alasan dilakukan pembelian barang luar negeri ialah untuk mencukupi keperluan karena di Indonesia kebutuhan garam banyak digunakan oleh pabrik ketimbang rumah tangga,sehingga hal itulah yang membuat kecemasan kita saat ini.Jika diberlakukannya keputusan untuk membeli garam luar negeri melalui BUMN juga tidak menutup kemungkinan akan terjadi kemungkinan mengejar bunga kembali,karena orang penting mempunyai kekuasaan di dalam BUMN dari pada yang kepemilikan sendiri.Adanya keterlibatan negara untuk upaya mengatasi kelangkaan garam tidak harus dengan memperkokoh posisi PT Garam sebagai BUMN,dikarenakan semua barang yang ada tidak harus di hasilkan di Indonesia.Hanya cukup dengan memberi peluang dengan adanya pasar yang bervariasi,yang terdapat kompetisi dan kerjasama diantara petani garam dan penyalu r. Pihak pemerintah janganlah melakukan penguasaan dalam membuat garam, seharusnya mengajak masyarakat dan pihak swasta bekerja sama dalam membuat garam menggunakan prinsip sama rata dan laba bersama.Dengan kekuatan yang dimiliki presiden mampu melakukan gerak cepat dengan mendirikan pusat garam nasional yang modalnya dari dalam negeri.Pihak pemerintah mampu memilih salah satu bank BUMN ataupun memberi tawaran terhadap bank kepemilikan pribadi agar terpusat dalam menggunakan dana untuk bagian ini menggunakan beberapa kesepakatan seperti memberi pengurangan biaya pajak.Agar mampu membuat pabrik khusus garam yang bagus dengan membuka jalan utama dan melibatkan keikutsertaan masyarakat.Sekarang sudah jelas,membeli garam tidak bisa dijadikan solusi yang baik dalam mengatasi kesulitan garam di Indonesia,kesulitan memperoleh garam di pasar akan menyebabkan peningkatan harga tidak bisa dianggap hal yang mudah. Akibat dari membeli garam luar negeri akan membuat petani garam di negara ini menjadi menderita, apapun alasannya  itu tidak dapat dijadikan sebagai penstabil harga karena petani harus bersaing dengan produk luar negeri seperti Australia.Pada situasi ini pihak berwenang tidak boleh mementingkan kelompok ketimbang kepentingan rakyat dikarenakan rakyat tidak boleh dikorbankan atas situasi yang terjadi saat ini.Disisi pengguna garam dia tak akan berpikir panjang,jika harganya dinilai murah tanpa mempedulikan itu produk dalam negeri ataupun luar negeri mereka akan membelinya.Untuk masyarakat seakan âjatuh dan tertimpa tangga pulaâ ,tidak bisa berpihak karena harus berkompetisi dengan garam luar negeri yang di import.Dalam hal ini tampaklah gambaran masalah pada tiga tahun era presiden sekarang yang lebih memperhatikan pembangunan. Selama ini justru perhatian cukup bersar hanya pada pembangunan sehingga menjadikan kepentingan lainnya diabaikan,kebanyakan dana yang digunakan untuk membuat bermacam proyek besar.Garam di filosofikan untuk membuat sempurna rasa dan hal itu jangan diacuhkan,jika garam tidak ada maka makanan seakan tak berasa,jika tidak ada garam seakan makanan tidak nikmat.Ilmu tentang garam diketahui merupakan pelajaran pendahulu mengenai keseimbangan,bagi orang timur. Meskipun hanya ada sedikit keberadaannya akan sangat berpengaruh,sehingga jika tidak ada maka tidak akan imbang. Industri farmasi sangat banyak menggunakan garam sebagai bahan utama karena itulah tidak hanya digunakan sebagai barang rumah tangga saja,begitulah pentingnya garam. Pembelian garam luar negeri oleh pemerintah sekarang harus menjadi yang awal dan akhir,ini sudah seharusnya di janjikan. Nama:Fachmi Nasri Kelas: Perekonomian Indonesia 5A NIM: 1502025091 sumber: http://www.ngelmu.id/ironi-era-jokowi-potret-buram-garam/# sumber gambar: https://www.rakyatjakarta.com/ironi-era-jokowi-potret-buram-garam/
Tidak ada komentar