EKONOMI INDONESIA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA JAKARTA - Ekonomi di Indonesia secara kasat mata terlihat sedang tumbuh berkembang sepert...
EKONOMI INDONESIA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA
JAKARTA - Ekonomi di Indonesia secara kasat mata terlihat sedang tumbuh berkembang seperti yang diperbincangkan oleh Pemerintah Negeri ini. Secara akumulasi pertumbuhan ekonomi capai kembali 5%. Akan tetapi, beberapa sektor mengalami penurunan yang drastis dan bahkan mengkhawatirkan. Ketika saya melihat Pasar Gelodok, Jakarta. Semakin hari terlihat semakin sepi tuk dikunjungi oleh para pembelinya dan hal ini pastinya berdampak pada barang dagangan para penjual yang tidak kunjung laku sehingga beberapa penjual pun memutuskan untuk menutup tokonya. Padahal dibeberapa tahun silam, Pasar Glodok terkenal sebagai area Pusat Elektronik, yang mana dahulunya setiap orang yang memiliki kebutuhan barang elektronik banyak yang berbelanja di Pasar Glodok ini. Masih ada contoh yang lainnya yang bisa memperkuat untuk pengambilan kesimpulan, yaitu WTC Mangga Dua dan Roxy Square, tempat ini terlihat lebih buruk dari sebelumnya. Meskipun masih terlihat ramai, tetapi tidak seramai sebelum-sebelumnya. Terdapat banyak pula toko yang tutup di sepanjang area lorong pertokoan WTC Mangga Dua. Dengan melihat realitas ini menandakan turunnya aktivitas transaksi dalam ekonomi. Pengamatan dari Savills juga menunjukkan mall yang semakin sepi. Terjadinya penurunan daya beli masyarakat Indonesia, menunjukkan pula bahwa perekonomian Indonesia sedang tidak stabil, fenomena ini pun sudah terlihat sejak jauh hari oleh para pengamat ekonomi. Pada tahun 2017 ini pula Indonesia terjadi inflasi pada level 3%, nilai tukar stabil di kisaran Rp.13.300 dan neraca perdagangan mengalami peningkatan karena barang manufaktur. Ekonomi Indonesia mengalami keterpurukan dan penuh ketidakpastian di situasi global ini. Menarik ke study kasus lainnya yaitu mengenai konsumsi semen nasional yang turun 1,2% jika kita bandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Padahal indikator pembangunan berjalan baik atau tidak dilihat dari konsumsi semen. Capaian Kuartal sebelumnya mencatat kenaikan 11,4%. Namun, kabar tidak baik datang dari industri properti yang mana volume suplai properti mengalami penurunan dikuartal II, yaitu sebesar 9,6%. Serta harga properti naik tipis 0,39% dibandingkan kuartal I. Mengutip juga apa yang disampaikan oleh Lembaga Konsultan properti Australia. Yang menunjukan tingkat kekosongan pasar perkantoran di area CBD, hingga 18,4% atau telah mengalami kenaikan sebesar 2,7% dari semester sebelumnya.Terjadi permintaan yang tinggi dibandingkan dengan suplai. Misalnya salah satu contoh, pasokan yang ada pada mencapai 270.000m2 sementara penyerapan ruang kantor tidak sampai 63.000m2, sehingga hanya sekitar 1/3 saja. Menurut Lana, ekonomi tumbuh 5-5,5% ini tidak mengubah keadaan. Kenikmatan ekonomi ini hanya bisa dirasakan sedikit sektor. Kalau mau bisa dirasakan oleh semuanya pemerintah harus bisa mencapai 6%, agar semua sektor juga bisa meningkat. Menteri Keuangan Indonesia (
Ibu Sri Mulyani Indrawati) bersikap rasional dan tidak berpihak pada sisi manapun, Sri Mulyani jujur menyatakan bahwa ekonomi Indonesia sedang tidak stabil dan cukup mengkhawatirkan. Bisa kita lihat dari anggaran Kementerian-Kementerian atau Lembaga-Lembaga yang saat ini dipangkas semua menjadi hanya Rp.133,8 triliun saja. Hal ini terjadi karena ada beberapa sebab, yakni karena ekonomi Indonesia yang tidak stabil dan adanya penghematan negara untuk tujuan membiayai proyek-proyek yang sedang dijalankan, seperti jembatan dan jalan. Sri Mulyani berpendapat jujur disaat Menteri-Menteri lain sibuk pencitraan dengan mengatakan bahwa ekonomi Indonesia masih dalam keadaan stabil dan baik-baik saja. Banyak pengamat yang mengapresiasi sikap jujur yang diambil Sri Mulyani, sikap Sri Mulyani telah berhasil memecahkan kebuntuan akan kebohongan publik. Dimana banyak Menteri yang selalu mengatakan bahwa ekonomi Indonesia dalam keadaan baik sekali dan bagus. Padahal sesungguhnya realitas yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang mereka katakan. Pada kenyataannya ekonomi Indonesia hari ini sedang tidak sehat, terlebih pada sektor ekonominya. Indonesia serba memperihatinkan pertumbuhan ekonominya, meski ekonomi Indonesia beberapa tahun lalu sempat membaik sekitar 5,2%, itupun penerimaan dalam sektor migas dan eskim bisa dibilang negatif. Keuangan negara ini terbatas sehingga kedepannya harus disesuaikan dengan target yang ada. Seharusnya bukan hanya Sri Mulyani saja yang berbicara jujur soal keadaan ekonomi Indonesia saat ini, tetapi harapannya semua pejabat negara mulai dari Menteri-menteri yang lain hingga pemerintah sendiri (Presiden) harus rasional dan bisa berkata jujur terhadap publik, sehingga rakyat mengetahui kondisi yang sesungguhnya. Jika pemerintah berbicara jujur terhadap publik, maka masyarakat juga dapat memahami mau seperti apa negara ini kedepannya. Terdapat beberapa persoalan yang dapat menghambat perekonomian Indonesia salah satunya adalah korupsi. Korupsi membuat pembangunan infrastruktur negeri ini lambat, prosesnya sangat panjang dan lama serta menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Selain korupsi ada hal lain yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yakni sengketa lahan yang tak kunjung berakhir, serta ditambahnya masalah pemerintah yang kurang mencari Investor yang mau berinvestasi di negeri ini untuk membangun infrastruktur. Jika kita amati beberapa kejadian, misalnya dalam hal sengketa tanah. Terhambatnya pekerja konstruksi dalam menyelesaikan pembangunan jalan layang di Jakarta karena dihadang oleh warga-warga wilayah sekitar sebab melintasi area pemakaman leluhurnya. Peristiwa tersebut terjadi karena belum adanya kesepakatan keluarga dari 500 orang yang dikubur disana, sehingga mereka melakukan penolakan atas pembangunan. Akan tetapi hal tersebut tidak membuat pihak-pihak yang berwenang dan pemerintah gentar menindaklanjuti dengan menggali makam yang ada satu persatu untuk dipindahkan. Dalam meningkatkan ataupun mempertahankan perekonomian Indonesia tentulah tidak semudah membalikan telapak tangan. Indonesia sangat memerlukan infrastruktur penunjangnya, yakni jalan, pembangkit listrik, jembatan, serta pelabuhan baru. Kasus sengketa tanah yang pernah terjadi di wilayah Jakarta Barat dan masalah lainnya seperti korupsi berpotensi besar dalam menghambat proses pembangunan infrastruktur, sehingga menjadikan pembangunan yang lama (panjang) dan menghabiskan banyak dana. Melirik realitas yang lainnya, yaitu banjir yang terjadi beberapa bulan lalu. Terjadinya bencana alam saat itu menggambarkan bahwa investasi sangat rendah dalam puluhan tahun lalu dalam hal sistem drainase dan perlindungan untuk warga jika terjadi banjir. Padahal ekonomi Indonesia di dua tahun lalu sempat meningkat karena banyaknya permintaan dari Negara Tiongkok berupa Batu bara, karet dan juga minyak kelapa sawit. Serta didukung juga dengan tingginya minat beli masyarakat di seluruh Indonesia. Seorang ahli ekonomi kapitalis dengan spesialisasi Asia yakni
Gareth Leather mengatakan bahwa harapan yang diinginkan pemerintah dari pertumbuhan ekonomi yakni lebih dari 8 atau 9 persen, bahkan bisa tetap tumbuh ke tahap yang selanjutnya dan konsisten. Sebenarnya, yang menjadi masalah utama ialah lingkungan bisnis tidak kondusif dengan kondisi yang dibutuhkan untuk bisa menjadikan ekonomi yang tumbuh ke level tersebut. Pemerintah kita lebih memilih untuk mempertahankan subsidi bahan bakar dibandingkan dengan membangun infrastruktur, seperti rumah sakit dan sekolah. Padahal untuk mempertahankan subsidi bahan bakar membutuhkan biaya yang tinggi, tetapi keputusan ini merupakan yang populis. Pada tahun 2011, pemerintah telah mensubsidi sekitar US$20 miliar hanya untuk bahan bakar saja. Lalu terjadi kenaikan senilai 15% pada tahun 2012. Namun, ahli-ahli ragu dengan pemerintah, apakah dapat menghabiskan semua, karena kurangnya kapasitas. Pada tahun 2013 pemerintah juga menargetan untuk membiayai infrastruktur dengan jumlah yang sama. Dari semua realitas yang saya jabarkan tentu telah mewakilkan keresahan masyarakat Indonesia selama ini dan hal ini tentu telah menggambarkan bahwa ekonomi Indonesia sedang dalam keruwetan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa ekonomi Indonesia sedang tidak stabil.
Penulis: Nur Syaidah
Sumber:
Gambar:Â
http://jaman.or.id/wp-content/uploads/ktz/09-42-53-ekonomi11-31na2pjgdlru9f0to6hsei.jpg
Tidak ada komentar