Page Nav

HIDE

Ads Place

Pengalaman Koordinasi Interpol 26 Negara Jadi Bekal Cerdaskan ...

Pengalaman Koordinasi Interpol 26 Negara Jadi Bekal Cerdaskan ... Netizen Kompol Andi Yudha Pranata S Pengalaman...

Pengalaman Koordinasi Interpol 26 Negara Jadi Bekal Cerdaskan ...

Netizen

Kompol Andi Yudha Pranata S

Pengalaman Koordinasi Interpol 26 Negara Jadi Bekal Cerdaskan Bawahan

Rabu, 20 Desember 2017 | 18:03 POLISI INTERNASIONAL: Kapolsek Klojen Kompol Andi Yudha Pranata Siboro (paling kanan) saat berdinas di Kantor Interpol, Prancis, beberapa waktu lalu. FOTO: Fajrus/Radar Malang

INDOPOS.CO.ID - Kompol Andi Yudha Pranata Siboro tergolong polisi langka. Selain mendulang prestasi nasional hingga internasional, Kapolsek Klojen itu juga pencetus English Day. Apa tujuan mantan koordinator Interpol 26 negara itu mewajibkan personelnya menguasai bahasa I nggris?

FAJRUS SHIDDIQ, Malang

SAMBIL sesekali bercanda, Kompol Andi Yudha Pranata Siboro memaparkan alasannya menerapkan sistem pesantren di kepolisian. Bentuknya, pada hari-hari tertentu dia mewajibkan personelnya berbahasa Inggris.

Dalam sepekan, perwira polisi yang menguasai tiga bahasa asing (Inggris, Mandarin, Prancis) tersebut menetapkan hari Jumat sebagai hari berbahasa Inggris atau English Day. Dia tak ingin ada bawahannya yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia meski hanya obrolan ringan ala warung kopi.

Tercetusnya English Day berawal dari pengalaman Andi saat mengamankan konvoi Aremania di depan Stasiun Kota Baru pada 2016 lalu. Ketika itu, beberapa wisatawan asing yang keluar dari stasiun mendekati salah satu polisi. Namun, polisi tersebut tampak menjauh. ”Saya mendatangi turis itu, ternyata bertanya lokasi rumah makan. Sejak saat itu saya ingin anggota saya bisa berbahasa Inggris,” ujar Akademi Kepoli sian (Akpol) 2005 itu.

Tentu, mantan Kanit Lantas Polres Ponorogo itu tak sekadar mewajibkan. Dia juga memfasilitasi bawahannya agar mahir berbahasa Inggris. Misalnya, mendatangkan teman-temannya yang mahir berbahasa Inggris untuk memberi kursus kepada anak buahnya. Semua satuan di lingkungan Polsek Klojen diikutkan kursus. Mulai penyidik, aparatur sipil negara (ASN) di bagian administrasi, petugas Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), pembinaan masyarakat (binmas), hingga intel, semuanya diikutkan kursus bahasa Inggris.

”Saya punya teman dari Amerika dan New Zeland (Selandia Baru). Kebetulan (mereka) ada di Malang. Makanya saya minta memberi kursus,” kata mantan Kanit 1 Satreskoba Polres Madiun itu.

Bagi Andi, polisi yang menguasai bahasa Inggris itu seperti sebuah keniscayaan. Pemikirannya itu tak lepas dari pengalamannya selama berkiprah di Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Sebelum bertugas di Kota Malang, suami Claudia Diva itu pernah bergabung di Interpol. Bahkan, dia didapuk mengoordinasi Interpol 26 negara.

Kerapnya bersinggungan dengan polisi dari berbagai negara membuatnya berpikir bahwa penguasaan bahasa asing menjadi sebuah kebutuhan. Selain itu, mantan Kanit Buser di Polres Ponorogo itu melihat Malang kerap dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Artinya, bila sewaktu-waktu wisatawan mancanegara memerlukan bantuan, polisi harus siap membantu tanpa khawatir terkendala bahasa.

Menyadari telah berdinas di wilayah yang unggul dalam bidang pariwisata, Andi menerapkan tugas ganda. Tugas polisi tidak sekadar menjaga keamanan dan ketertiban, tapi juga berfungsi sebagai guide bagi wisatawan asing. Kini, hampir semua anggotanya sudah siap melayani turis yang membutuhkan bantuan polisi. ”Sekitar 70 persen anggota bisa komunikasi aktif menggunakan bahasa Inggris,” tutur ayah dua anak itu.

Di bawah kepemimpinannya, Polsek Klojen bekerja sama dengan beberapa hotel di K ota Malang. Misalnya, disinggahi turis saat gathering pelatihan bahasa Inggris. ”Wisatawan asing banyak yang hobi cycling. Guide hotelnya biasanya melewatkan sini (Polsek Klojen). Sekaligus mereka (wisatawan asing) diberi tahu kalau di sinilah tempat lapor,” katanya.

Andi berprestasi tak hanya sebagai Kapolsek Klojen. Hampir di setiap daerah tempatnya berdinas, dia selalu mengukir prestasi. Misalnya, saat mengawali karirnya di kepolisian sebagai Kanit Buser Polres Ponorogo. Di sana, Andi berhasil mengungkap pelaku kasus mutilasi pembunuhan mahasiswi Stikes Jombang.

Peristiwa berdarah yang dikenal sebagai tragedi Sumber Kencono itu menjadi atensi Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim). Dengan telaten, Andi mencari potongan-potongan bukti hingga menjadi petunjuk untuk mengungkap kasus mutilasi. Akhirnya, petunjuk tersebut mengarah pada mahasiswa Akademi Perawatan (Akper) Muhammadiyah Ponorogo.

”Bagian tubuh korban ditemukan terpisah. Kepala korb an berada di bus Sumber Kencono. Saya lacak terus melalui hanphone korban dan akhirnya terungkap,” kata anggota tim yang berhasil membongkar peredaran narkotika oleh bandar besar Gunawan di lembaga pemasyarakatan (Lapas) Madiun itu.

Setelah itu, Andi dipindahtugaskan ke Polsek Singosari dan mendapat reward dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk sekolah Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada 2010. ”Saat itu, yang ikut tes ada 150 orang. Dari awal tes saya rangking satu terus,” kata perwira yang kemudian ditugaskan jadi Spripim Fungsi Perencanaan Polda Aceh itu.

Putra pasangan almarhum Ramsin Siboro dan C. Eny H. itu masih ingat ketika ikut tes jadi perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada 2013 lalu, PBB sedang menyiapkan pasukan untuk tugas kemanusiaan atau The United Nations Mission in South Sudan (UNMISS). ”Dari dua ribu pendaftar di Indonesia, hanya dipilih 18 polisi. Saya sudah upacara bersama kapolri dan siap berangka t. Tapi saya dan dua teman lain di-cancel,” kenangnya.

Pria kelahiran Magelang 12 Desember 1983 itu sempat kecewa. Sudah lolos seleksi, tapi tidak jadi berangkat. Namun, pembatalan keberangkatannya ke PBB itu justru jadi jalan keberhasilannya di bidang lain. Pada tahun itu pula, Andi disekolahkan institusinya ke Institut Francais d̢۪Indonesie (IFI) di Kedutaan Prancis untuk Indonesia di Jakarta. Pendidikan di sana umumnya ditempuh selama satu tahun. Tetapi, Andi mampu menuntaskannya hanya dalam tiga bulan. Dan dia mendapatkan sertifikat Delf A1 dan Delf A2.

Usai menamatkan pendidikannya di IFI, Andi lantas menjabat Liaison Officer Interpol General Assembly ke-85 di Kota Lyon (Prancis), Markas Besar (Mabes) Interpol. ”Saya ditugaskan sebagai koordinator 26 negara Interpol yang berbahasa Prancis,” kata dia. Tugasnya di sana mengoneksikan kepala kepolisian atau kepala keamanan dari dua negara atau lebih. Juga, menyusun agenda-agenda Interpol. (*/c1/da n)

Komentar
Apa Reaksi Anda?
Loading... Suka Suka 0% Lucu Lucu 0% Sedih Sedih 0% Marah Marah 0% Kaget Kaget 0% Aneh Aneh 0% Takut Takut 0% Berita Lainnya Harus Punya Hati, Ikhlas dan Profesional

Harus Punya Hati, Ikhlas dan Profesional

Rabu, 20 Desember 2017 | 17:52 Dari Produksi Rumahan Sampai Gerakan  Seribu Alat Tulis

Dari Produks i Rumahan Sampai Gerakan Seribu Alat Tulis

Selasa, 19 Desember 2017 | 20:54 Pakai Filosofi Sepeda dan Tinju

Pakai Filosofi Sepeda dan Tinju

Selasa, 19 Desember 2017 | 20:17 Khofifah dan 'Misi' yang Belum Tuntas

Khofifah dan 'Misi' yang Belum Tuntas

Selasa, 19 Desember 2017 | 11:11Sumber: Google News | Koranmu Aceh

Tidak ada komentar

Ads Place