PEREKONOMIAN SAAT INI DI INDONESIA Beberapa bulan terakhir ini, penurunan omzet ditingkat sektor rill baik itu usaha kecil, menenga...
PEREKONOMIAN SAAT INI DI INDONESIA 
Beberapa bulan terakhir ini, penurunan omzet ditingkat sektor rill baik itu usaha kecil, menengah maupun besar menyebabkan perekonomian di Indonesia menurun tajam. Beberapa perusahaan besar seperti Astra International (ASII), Perusahaan Gas Negara, Gudang Garam (GGRM), Semen Indonesia (SMGR), hingga Jasa Marga (JSMR), semuanya mencatat penurunan laba bersih pada Kuartal I 2015. Keadaan ini tidak jauh berbeda kondisinya dengan usaha yang lebih kecil. Di Jakarta, seorang pengusaha di bidang pembuatan besi kawat dan produk turunannya juga sedang mengalami penurunan omzet. Biasanya dia membeli bahan baku pabrik baja di dalam negeri seperti Krakatau Steel (KS) dan Gunung Garuda. Terkadang dia juga melakukan impor bahan baku dari Tiongkok. Terjadi kemerosotan omzet yang sangat tajam pada semua sector, karena menurunnya permintaan besi kawat, terkadang permintaan yang tidak menentuka, tetapi saat ini semua permintaan merosot tajam. Hal ini mengakibatkan pabrik rekanan yang memproduksi kawat melakukan PHK pada tenaga kerjanya karena produksi memang menurun.Parahnya lagi, pabrik baja di Tiongkok juga sedang mengalami penurunan permintaan, sehingga mereka menurunkan harga rata-rata 10% hingga 20%.Tentu saja pabrik kawat di sini lebih memilih impor daripada beli di pabrik lokal karena lebih hemat. Kondisinya sekarang pabrik lokal sudah protes ke pemerintah agar memberikan peraturan bea masuk bagi bahan baku impor tersebut. Jika peraturan itu berlaku, pabrik kawat harus membeli produk dari pabrik lokal maka perkaranya akan menjadi rumit. Sedangkan di Surabaya ada seorang pengusaha tekstil yang melaporkan kondisi ekonomi perusahaannya yang tak kalah miris. Dia bermain pada penjualan sprei, bedcover, dan bahan baku untuk memproduksi kedua produk tersebut. Sejak awal tahun 2015 lalu hingga akhir kuartal I, omzet penjualanannya terus menurun, bahkan terpuruk hingga 50% pada bulan tiga. Menurut perkiraannya, ada dua hal besar yang membuat bisnisnya anjlok hingga sejauh ini. Pertama, harga bahan baku kain yang melonjak karena harus melakukan impor. Lonjakan ini semakin di perparah dengan melemahnya nilai tukar rupiah yang saat ini mencapai Rp13.000 per US Dollar. Nilai tukar ini sangat menentukan hidup matinya industri yang mengharuskan mengimpor bahan baku mereka. Kedua, terus melonjaknya harga kebutuhan pokok membuat UMR di Surabaya juga ikut naik.Iini berimbas pada pengusaha yang harus mengeluarkan biaya lebih untuk gaji pekerja.Ditambah dengan biaya listrik dan bensin yang naik membuatnya harus menaikkan harga jual antara 5%-10%.Akibatnya konsumen jadi menunda pembeli bahan kain ini. Penurunan omzet ini tidak hanya menimpa dirinya, tetapi juga terjadi pada beberapa keluarga dan rekannya yang membuka usaha di daerah lain.Misalnya, penurunan omzet yang terjadi dengan toko emas milik kakaknya di Solo.Rekan bisnis yang berada di Solo juga mengalami drop hingga tidak berani ambil risiko untuk membeli barang lagi dan hanya bisa menghabiskan sisa stok yang digudang. Bahkan rekan pengusaha truk ekspedisi di Surabaya juga mengeluh sepi karena naik turunnya harga BBM juga membuat bingung para penjual untuk menentukan harga kepada pelanggannya. Tidak hanya di Jakarta dan Surabaya, seorang pengusaha dari Semarang juga melaporkan penurunan performa bisnis pada beberapa bidang.Pertama, dia melihat penurunan omzet pada pengusaha angkutan didaerah Pecinan Semarang. dia memberikan informasi bahwa, biasanya sehari mendapatkan omzet Rp1,5-2 juta. Namun sekarang maksimal hanya mendapatkan Rp900 ribu ketika sedang lumayan.Kedua, pada toko bangunan dan keramik.Dia tidak mendapatkan informasi berapa penurunan yang didapatkan.Tetapi asumsi ini muncul dari sepinya jalan yang ada didepan toko tersebut. Biasanya jalanan sampai macet karena parkir pelanggan,tetapi saat ini daerah tersebut sangat lengang.Ketiga adalah penjualan mobil di Semarang yang merosot.Dia mendapatkan informasi tersebut dari para sales baik yang bekerja di Toyota Nasmoco, Nissan, Datsun Madukoro, Toyota Pemuda Semarang hingga Honda.Semuanya serempak mengatakan bahwa kini sepi pembeli. Beberapa pihak sepakat bahwa penurunan performa bisnis di segala lini dan di banyak tempat adalah akibat dari kebijakan pemerintahan baru di Indonesia.Kebijakan ekonomi yang dimaksud adalah menghapus banyak subsidi dengan relatif cepat.Selain itu ada juga kebijakan penaikan tarif pajak atau mengenakan banyak pajak baru bagi para pengusaha maupun masyarakat umum.Kebijakan ini dipertanyakan mengingat sejak awal pemerintahan kondisi ekonomi sudah menurun sekali karena pelemahan rupiah dan penurunan harga komoditas. Hal ini semakin diperparah dengan berbagai macam rencana pembangunan infrastruktur secara cepat dan merata sejak Jokowi dilantik sebagai Presiden pada Oktober lalu. Seperti yang dikatakan BPS beberapa waktu lalu, bahwa perekonomian nasional tumbuh sekitar 4.7% pada awal tahun 2015, atau mungkin jauh dibawah 6.9%  yang menjadi rekor pada tahun 2011 lalu. Meski kondisinya tampak buruk, para pakar bersepakat bahwa pelaku usaha (terutama yang besar-besar) hanya mengalami penurunan laba saja, dan tidak sampai menderita kerugian apalagi bangkrut. Dan juga tidak terdengar adanya bank yang harus di likuidasi seperti pada tahun 1998 dan 2008 lalu. Mungkin anda omzet anda akan berkurang sedikit kalau ada pengusaha, tapi secara umum mereka yakin kalau usaha anda masih bisa berjalan. Maka jangan terlalu khawatir dengan isu krisis moneter akan terulang. Hal tersebut dipandang terlalu berlebihan karena kita sudah pernah mengalami situasi yang jauh lebih buruk dari kondisi sekarang. Pertanyaannya, bagaimana proyeksi kondisi ekonomi ke depannya?Akankah akan ada perbaikan atau tidak dalam jangka waktu dekat? Jika diperhatikan lagi, akar penyebab pemerosotan bisnis ini sudah jelas.Dan perekonomian nasional akan lebih baik jika, pemerintah mau dan bersedia mengubah atau meringankan kebijakannya terkait subsidi dan pajak. Pemerintah juga harus segera merealisasikan rencana pembangunan infrastuktur agar berjalan kembalinya roda perekonomian di Indonesia. Diluar dari itu, masih ada harapan harga komoditas seperti batubara dan CPO akan kembali naik. Jika harga jual komoditas sudah naik, maka nilai ekspor Indonesia akan meningkat, sehingga rupiah akan menguat, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan kembali mengalami kemajuan. Pada awal tahun 2009, data menunjukkan bahwa perekonomian indonesia tercatat hanya tumbuh 4.1% karena krisis global yang terjadi setahun sebelumnya. Kini berkat kebijakan pemerintah (salah satunya mengatakan Rp4 trilyun untuk buy back saham BUMN) dan bonus berupa booming harga CPO, maka dalam setahun berikutnya perekonomian dengan cepat tumbuh lagi hingga menembus angka 6.2%. Apakah ekonomi kita bisa tumbuh  sekitar5% lagi?Dan beberapa pakar ekonomi optimis pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa mencapai titik itu, bahkan bisa lebih tinggi lagi. Namun, banyak sekali faktor yang menentukan apakah ekonomi kita akan membaik atau malah sebaliknya. Jika pemerintah tidak kunjung segera  melakukan perbaikan insentif bagi dunia usaha dan tidak segera merealisasikannya pembangunan infrastruktur, disisi lain harga-harga komoditas masih terus naik dan nilai tukar rupiah juga masih tetap terpuruk, maka apa boleh buat?  Jangankan membaik, angka pertumbuhan ekonomi yang tadinya hanya 4.7% kini bisa saja kembali turun hingga mencapai titik yang lebih rendah lagi. Sedikit informasi, baru-baru ini Presiden Jokowi berkunjung ke Kawasan Indonesia Timur termasuk Provinsi Papua, untuk meresmikan dimulainya pembangunan beberapa proyek besar seperti pembangunan Jalan Trans Papua, food estatedi Merauke, hingga jaringan kabel optik milik PT Telkom di Manokwari. Jadi apakah ini merupakan tanda bahwa Pemerintah sudah mulai merealisasikan pembangunan infrastruktur? Kita boleh berharap akan hal itu. Jadi, tetaplah optimis dan perhatikan langkah apa saja yang akan ditempuholeh pemerintah untuk mengatasi perekonomian saat ini. Nama penulis : Annisa Ainayyah Sumber : https://www.carajadikaya.com/kondisi-ekonomi-indonesia-saat-ini/ Sumber Gambar : https://elshinta.com/upload/article/3621894817.jpg
Tidak ada komentar