Page Nav

HIDE

Ads Place

Ma'arif Institut; Kran Reformasi Momentumnya Intoleransi

Usia Muhammadiyah kini telah memasuki abad ke-2. Eksistensi Muhammadiyah selama satu abad lebih dalam upaya membumikan pandangan keislama...


Usia Muhammadiyah kini telah memasuki abad ke-2. Eksistensi Muhammadiyah selama satu abad lebih dalam upaya membumikan pandangan keislaman moderat kini mendapatkan tantangan yang tidak mudah dari berbagai ideologi “asing” yang
bercorak transnasional. Menguatnya intoleransi, sektarianisme, radikalisme dan ekstremisme yang dihembuskan kelompok transnasional di ruang publik menjadi penanda akan tantangan-tantangan yang secara nyata dihadapi oleh organisasi-organisasi masyarakat sipil moderat seperti Muhammadiyah.

Dar al-Ahdi wa al-Syahadah merupakan penegasan Muhammadiyah, bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang dibangun di atas konsensus kebangsaan, dan Pancasila sebagai dasar ideologi Negara yang final. Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA yang juga Bendahara Umum PP Muhammadiyah dalam sambutannya pada acara Peluncuran dan Diskusi Jurnal MAARIF diJakarta  Rabu 28/2).mengatakan,bahwa  “Muhammadiyah adalah salah satu fondasi, perumus dan penjaga NKRI.Tidak ada keraguan di dalamnya. Ini tercermin dalam gagasan Dar al-Ahdi wa al-Syahadah saat Mukhtamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 lalu”. 

“Arus gelombang ideologi transnasional yang membawa wabah radikalisme,
intoleransi, dan ekstremisme kian menguat dan mendapatkan momentumnya ketika keran
reformasi dibuka secara lebar. Tapi anehnya ideologi radikal tersebut semakin mendapat
tempat di kalangan publik kita.”, ungkap Muhammad Abdullah Darraz, Direktur Eksekutif
MAARIF Institute Dalam kesempatan yang sama 'Muhammadiyah sepatutnya memiliki daya tahan dan daya tangkal terhadap
berbagai pengaruh gerakan radikal yang berkembang dewasa ini, sehingga penetrasi ideologi radikal yang memecah belah umat dan intoleran terhadap realitas perbedaan dapat dicegah dan dibendung”, lanjut Darraz.

Seringkali Muhammadiyah dicitrakan identik dengan ideologi Wahabisme yang
memiliki corak radikal. Padahal ada banyak perbedaan yang mencuat antara Muhammadiyah dan Wahhabi dalam berbagai aspek, dengan tanpa menafikan titik-temu dan titik kesamaan di antara keduanya. Misalnya dalam hal purifikasi keagamaan, maka antara Muhammadiyah dan Wahhabi memiliki titik singgung. Namun dalam banyak hal Muhammadiyah memiliki banyak perbedaan dengan Wahhabi, dimana didalam Muhammadiyah keterbukaan (inklusifitas) dan penghargaan terhadap pluralitas masih menjadi nilai-nilai yang digenggam.namun Ketika publik melihat menguatnya gejala radikalisme di Indonesia yang dikaitan dengan paham Wahabisme, maka serta merta pula publik memperhatikan Muhammadiyah. Karena gerakan pemurniannya aqidah juga menginspirasi Muhammadiyah. Anggapan ini kemudian berangsur menunjukkan bahwa anggapan itu keliru, bahkan saat ini terorisme didentikan dilakukan oleh kalangan Khawarij.
Senada dengan itu, Darraz menyatakan, “posisi Muhammadiyah sebagai organisasi
moderat bisa banyak berperan untuk menetralisir ancaman paham radikal-terorisme di
Indonesia.

Meski demikian, di kalangan Muhammadiyah sendiri perlu adanya internalisasi
lebih dalam ideologi Islam Moderat Berkemajuan di kalangan akar rumput. Dalam situasi
sosial-politik saat ini, masyarakat rentan terpapar paham radikalisme dan terorisme”.“sebagai organisasi Islam modernis terbesar, peran Muhammadiyah sangat strategis dalam membendung paham ini. Pada level elit-elit Muhammadiyah, radikalisme dan terorisme direspon dengan beragam sikap dan pandangannya. Jurnal edisi kali ini memuat semua itu”, ujar salah satu narasumber yang juga peneliti senior MAARIF Institute, Dr. Zuly Qodir, MA.Selain Dr. Zuly Qodir, narasumber dalam diskusi Peluncuran Jurnal MAARIF, edisi ke-28 dengan tema “Fenomena Radikalisme dan Terorisme di Indonesia: Membaca Sikap dan Pandangan Muhammadiyah” ini adalah Mohammad Shofan (Kontributor Jurnal MAARIF); dan Nava Nuraniyah (Institute for Policy Analysis of Conflict)dengan moderator Saefudin Zuhri. Acara yang digelar di Auditorium UHAMKA Kampus A, Jakarta Selatan ini merupakan Kerjasama antara Maarif Institut dengan FISIP UHAMKA

Tidak ada komentar

Ads Place