Haji Dalam Imajinasi Muslim Asia Tenggara Home > haji barkah Haji Dalam Imajinasi Muslim Asia Tenggara Selas...
Home > haji barkah Haji Dalam Imajinasi Muslim Asia Tenggara Selasa , 10 July 2018, 05:03 WIB

IHRAM.CO.ID, Eric Tagliacozzo adalah profesor sejarah studi Asia di Universitas Cornell. Dahulu pada awalnya juga seorang penulis di surat kabar tentang senjata, obat-obatan, dan berbagai macam kasus penyelundupan di negara-negara Asia Tenggara. Tapi kemudian dia bosan dan akhirnya lebih memilih topik soal ke ziarah Islam yang disebut haji.
Lompatannya ke dunia penulisan spiritual mungkin kurang terlatih, tapi bernilai yang besar. Uniknya, Tagliacozzo dalam mengkaji soal haji ini pun mengaku ter kejut. Dia mendapatkan fakta seperti ini: Hanya empat halaman dari 400 halaman buku yang akan terbit yang bertajuk mengenai rahasia perdagangan, penyelundupan di negara-negara sepanjang Asia Tenggara tahun 1865-1915â, ternyata hanya berisi tentang otoritas Kolonial Belanda dan Inggris.
Konyolnya lagi, dua negara kolonial Eropa ini sepanjang masa itu terus merasa khawatir bila para peziarah haji membawa berbagai barang ilegal dari Timur Tengah. Adanya fakta yang empat halamanan di bukunya inilah yang memicu minat Tagliacozzo meneliti praktik perjalanan haji yang sudah selama berabad-abad itu.
"Hampir tidak ada yang ditulis tentang haji dari Asia Tenggara, meskipun jutaan orang selama berabad-abad telah melakukan perjalanan suci ini,ââ katanya. Hal inilah yang kemudian menyakinkan Tagliacozzo mengambil tugas menulis sejarah yang dia katakan sebagai gabungan sejarah dan antropologi dalam menulis sejarah haji.
Maka, demi penelitiannya itu, Tagliacozzo menga mbil cuti satu tahun pada tahun 2004 dari Cornel. Dia melakukan perjalanan Asia Tenggara untuk mempelajari berbagai arsip sumber tertulis, memoar, dan catatan negara Belanda, Melayu, dan Indonesia, kolonial, dan pascakolonial yang terkait dengan haji. Dia juga membaca berbagai arsip departemen urusan agama pemerintah kolonial untuk kajian sejarahnya itu, seperti arsip tentang tentang kesehatan haji, tentang pengawasan jamaah, dan gerakan perlawanan perlawanan yang dilakukan mereka.
Nah, ketika meneliti sejarah ini, Tagliacozzo mengambil bahan penelitian kasar dengan melakukan perjalanan ke seluruh Muslim Asia Tenggara. Dia pergi ke Thailand selatan, seluruh Malaysia, Filipina, Singapura dan sebagian Indonesia. Dia melakukan wawancara yang kebanyakannya diakukan dalam bahasa Indonesia dan Melayu.
Selama waktu itu, Tagliacozzo pun mengumpulkan satu demi satu cerita terkait dari kisah para orang tua dan muda, pria, dan wanita, kaya, dan miskin yang semuanya pernah pergi nai k haji dari Asia Tenggara. Setidaknya di setiap tempat dia mewancarai sekitar 80 orang untuk keperluan kajiannya sejarahnya itu.
âSaya mencoba menikahkan sejarah dan antropologi," kata Tagliacozzo sembari mengaku terkejut dengan luasnya spektrum wawancara yang dapat dia lakukan.
Salah satu hal yang membuat kaget dan menjadikannya sebagai sebuah kesenangan besar dalam melakukan penelitian ini adalah ketika mengetahui bahwa para wanita bersedia berbicara denganya. Bahkan selama penelitiian dan wawancara, Tagliacozzo mengaku tidak pernah sendirian dengan seorang wanita Muslim, bahkan setengah dari respondennya adalah wanita.
âAda seorang Muslim Filipina mengatakan kepada saya bahwa dia bertemu dengan seorang Muslim muda asal Cina yang telah pergi selama tiga bulan sendirian untuk berhaji. Pemuda Cina itu pergi haji melalui Pakistan sebelum sampai ke Makkah,â katanya mengutip cerita Muslimah asal Filipina.
Selain itu, Tagliacozzo mengatakan dia sema kin tertarik soal haji setelah tahu adanya berbagai lika-liku cara orang-orang yang berasal dari berbagai negara berkumpul di Makkah untuk menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Maka dia pun merasa ini haji sebagai salah satu tipe tertua dari ajang perpaduan lintas budaya.
Dalam budaya Melayu, misalnya, dia menjumpai kebiasaan membersihkan koin dalam air asam dan menaruhnya dalam beras ketan untuk para calon haji dan hajjah. Tindakan seperti ini yang tidak ditemukan dalam komunitas haji Muslim lainnya. Dan ini membuktikan bila haji adalah pertemuan tentang apa yang bersifat lokal dan apa yang bersifat translokal (internasional) dalam sebuah idiom dunia kaum Muslim,"
Dia juga menceritakan kisah seorang pria dari Sumatra yang pergi haji pada usia dua puluh satu tahun. Pria itu, kata Tagliacozzo, terpesona melihat orang India, terutama wanita India yang mengenakan sari sebelum mereka mengenakan pakaian ihram."Dia melirik para wanita ini ketika dia mendarat di Jeddah. Akibatnya polisi-polisi Saudi mengejarnya sembari mengatakan kepadanya bahwa mereka akan memenjarakannya jika dia tidak berhenti melakukan ini."
Tagliacozzo juga mengatakan bila dia berbicara dengan banyak orang Melayu yang melihat orang Afrika untuk pertama kalinya sewaktu berhaji. Mereka terpesona melihat bekas luka di pipi dan pakaiannya yang warna-warni.
Mengingat kapasitas haji untuk menyatukan begitu banyak kelompok yang berbeda, Tagliacozzo kemudian bertanya kepada orang yang diwawancarainya. Pertanyaan sederhana saja: "Apakah ada rasisme dan etnosentrisisme di Makkah?" Hampir semua respondennya mengatakan:Tidak!
Namun dalam penelitian itu, ia menemukan juga bahwa ada hal yang lain. Dan kenyataan itu adalah adanya beberapa 'stereotipe' atau kenyataan tak menyenangkan. Sebagian besar wanita di Asia Tenggara, misalnya, melaporkan merasa "lebih kecil secara fisik" dan "didorong" oleh orang-orang Afrika dan Afganistan Barat saat mengelilingi Kabah untuk tawaf. Selain itu dia para jamaah haji asal Asia Tenggara melihat kehidupan dan keseharian wanita Arab tidak sebebas mereka.
Nah, itulah sebagian kajian soal haji dari persepsi Muslim di Asia Tenggara. Sebagian data kini sudah banyak berubah. Misalnya soal kebebasan keseharian wanita di Arab Saudi. Kini mereka sudah mulai bebas bekerja, bepergian, dan menyetir mobil sendiri. Ini cermin dari dunia yang terus berubah. Melalui haji itulah Muslim dan Muslimah diharapkan tahu serta memahami budaya berbagai orang dari negara yang berbeda.
Redaktur : Muhammad Subarkah |
- Petugas Haji akan Berjaga di Sepanjang Terowongan Mina
- Jamaah Indonesia Belum Dapat Ranjang Bertingkat di Mina
- Riau Berangkatkan 5.050 Jamaah Haji
- Tiga Calon Jamaah Haji Tanjungpinang Berkursi Roda
- Ketua Reg u Jamaah Haji Kampar Diberi Pembekalan
BERITA LAINNYA
- 1.708 Calon Jamaah Haji Depok Dibagi Lima Kloter
- Tim Pendahulu Petugas Haji Terbang ke Saudi
- NRA Gelar Manasik Praktik di Asrama Haji Pondok Gede
- Saudi akan Luncurkan Teknologi Canggih Haji pada 2029
- Garuda Prediksi Perjalanan Pulang Haji Lebih Lama
'); }) window.fbAsyncInit = function() { FB.Event.subscribe('comment.create', function (response) { $.ajax({ url: "http://www.republika.co.id/ajax/set_commenter/pbl0qw385", type: 'POST' }); console.log('create', response); }); FB.Event.subscribe('comment.remove', function (response) { $.ajax({ url: "http://www.republika.co.id/ajax/set_commenter/pbl0qw385/remove", type: 'POST' }); console.log('remove', response); }); };





Hot Topic
- 01suhu udara haji
- 02udara saudi
- 03musim haji
- 04paspor haji
- 05visa haji
- 06makkah
- 07madinah
- 08masjid nabawi
- 09masjidil haram
- 10embarkasi solo
Tidak ada komentar