Page Nav

HIDE

Ads Place

Kisah Perempuan Muslim Melawan Diksriminasi di Myanmar

Kisah Perempuan Muslim Melawan Diksriminasi di Myanmar Kami gunakan cookies untuk memperbaiki penawaran kami bagi Anda. Informasi lebih lanj...

Kisah Perempuan Muslim Melawan Diksriminasi di Myanmar

Kami gunakan cookies untuk memperbaiki penawaran kami bagi Anda. Informasi lebih lanjut bisa Anda baca dalam penjelasan perlindungan data kami.

Informasi lebih lanjut OK
  1. Inhalt
  2. Navigation
  3. Weitere Inhalte
  4. Suche
  5. Choose from 30 Languages
  • Albanian Shqip
  • Amharic አማርኛ
  • Arabic العربية
  • Bengali বাংলা
  • Bosnian B/H/S
  • Bulgarian Ð'ългарски
  • Chinese (Simplified) 简
  • Chinese (Traditional) 繁
  • Croatian Hrvatski
  • Dari دری
  • English English
  • French Français
  • German Deutsch
  • Greek Ελληνικά
  • Hausa Hausa
  • Hindi हिन्दी
  • Indonesian Indonesia
  • Kiswahili Kiswahili
  • Macedonian Македонски
  • Pashto پښتو
  • Persian فارسی
  • Polish Polski
  • Portuguese Português para África
  • Portuguese Português do Brasil
  • Romanian Română
  • Russian Русский
  • Serbian Српски/Srpski
  • Spanish Español
  • Turkish Türkçe
  • Ukrainian Українська
  • Urdu اردو
Wrong language? Change it here DW.COM has chosen Indonesia as your language setting.

Sosbud

Kisah Perempuan Muslim Melawan Diksriminasi di Myanmar

Minoritas Muslim di Myanmar biasanya menutup diri lantaran mengkhawatirkan intimidasi kelompok Buddha garis keras. Namun Win Lae Phyu Sin, seorang blogger Muslim, justru memilih sebaliknya.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Perempuan Muslim Modern

    Perempuan muda berusia 19 tahun ini menjadi pusat perhatian saat peluncuran produk kecantikan di Yangon. Pasalnya dia termasuk segelintir blogger kecantikan yang mengenakan jilbab. "Saya tidak menyesali keputusan mengenakan jilbab" kata Win. "Jilbab adalah kunci buat saya. Saya bisa berpergian kemanapun dan melakukan apapun yang saya suka."

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Rentan Diskriminasi

    Kaum Muslim hanya berjuml ah 5% dari 50 juta penduduk Myanmar. Kebanyakan mengeluhkan tidak bisa membangun masjid baru selama satu dekade terakhir dan kesulitan menyewa rumah dari pemilik beragama Buddha. Diskriminasi dan persekusi sistematis terhadap minoritas Muslim sedang marak di Myanmar. Lebih dari 700.000 anggota etnis Rohingya misalnya terpaksa melarikan diri ke Bangladesh.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Persekusi Tanpa Akhir

    Kaum muslim di Myanmar juga mengeluhkan tidak mendapat kartu identitas penduduk dan ditolak masuk ke sejumlah rumah ibadah. Demikian laporan Human Rights Network tahun lalu. Akibatnya kebanyakan kaum Muslim tidak bisa menikmati fasilitas yang disediakan pemerintah Myanmar.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Pemberdayaan Perempuan

    Buat sebagian murid Win Lae Phyu Sin, perawatan wajah dan kecantikan lebih dari sekedar urusan penampilan, tetapi juga membangun rasa percaya diri di tengah mayoritas Buddha. "Saya melihat perempuan berjilbab merias wajahnya dan dia terlihat sangat cantik," kata Hay Mann Aung tentang Win Lae Phyu Sin. "Saya ingin terlihat cantik seperti dia," imbuhnya.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Jembatan Kebudayaan

    Upaya Win Lae menghadirkan warna muda dan modern pada wajah Musli m Myanmar dengan mengenakan busana yang berpadu serasi dengan warna jilbabnya atau dengan dandanan yang menekankan kecantikan wajahnya, sukses menyedot penggemar non partisan. Ia mampu menonjolkan sisi positif kaum minoritas yang sering disalahpahami oleh masyarakat Myanmar.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Meniti Sukses di Medsos

    Win kini memiliki 6.000 pengikut di Facebook dan ribuan penggemar di kanal media sosial yang lain. Lebih dari 600 murid ikut serta dalam program pelatihan tentang bagaimana mengenakan kosmetika atau membangun studio kecantikan di rumah sendiri. Sejak awal tahun, sekitar 150 kursus yang ditawarkan Win selalu penuh pengunjung.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Mengundang Permusuhan

    Tapi upaya Win bukan tanpa cela. Ia berulangkali mendapat ejekan atau serangan verbal di media sosial ketika ketahuan ia seorang Muslimah. Sebaliknya kelompok Islam konservatif mengritiknya karena dianggap merusak moral perempuan Muslim di Myanmar. Namun Win tidak peduli. "Saya cuekin saja. Ada banyak pekerjaan yang harus saya tuntaskan," tukasnya. (rzn/as: Reuters)


  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Perempuan Muslim Modern

    Perempuan muda berusia 19 tahun ini menjadi pusat perhatian saat peluncuran produk kecantikan di Yangon. Pasalnya dia termasuk segelintir blogger kecantikan yang mengenakan jilbab. "Saya tidak menyesali keputusan mengenakan jilbab" kata Win. "Jilbab adalah kunci buat saya. Saya bisa berpergian kemanapun dan melakukan apapun yang saya suka."

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Rentan Diskriminasi

    Kaum Muslim hanya berjumlah 5% dari 50 juta penduduk Myanmar. Kebanyakan mengeluhkan tidak bisa membangun masjid baru selama satu dekade terakhir dan kesulitan menyewa rumah dari pemilik beragama Buddha. Diskriminasi dan persekusi sistematis terhadap minoritas Muslim sedang marak di Myanmar. Lebih dari 700.000 anggota etnis Rohingya misalnya terpaksa melarikan diri ke Bangladesh.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Persekusi Tanpa Akhir

    Kaum muslim di Myanmar juga mengeluhkan tidak mendapat kartu identitas penduduk dan ditolak masuk ke sejumlah rumah ibadah. Demikian laporan Human Rights Network tahun lalu. Akibatnya kebanyakan kaum Muslim tidak bisa menikmati fasilitas yang disediakan pemerintah Myanmar.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Pemberdayaan Perempuan

    Buat sebagian murid Win Lae Phyu Sin, perawatan wajah dan kecantikan lebih dari sekedar urusan penampilan, tetapi juga membangun rasa percaya diri di tengah mayoritas Buddha. "Saya melihat perempuan berjilbab merias wajahnya dan dia terlihat sangat cantik," kata Hay Mann Aung tentang Win Lae Phyu Sin. "Saya ingin terlihat cantik seperti dia," imbuhnya.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Jembatan Kebudayaan

    Upaya Win Lae menghadirkan warna muda dan modern pada wajah Muslim Myanmar dengan mengenakan busana yang berpadu serasi dengan warna jilbabnya atau dengan dandanan yang menekankan kecantikan wajahnya, sukses menyedot penggemar non partisan. Ia mampu menonjolkan sisi positif kaum minoritas yang sering disalahpahami oleh masyarakat Myanmar.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Meniti Sukses di Medsos

    Win kini memiliki 6.000 pengikut di Facebook dan ribuan penggemar di kanal media sosial yang lain. Lebih dari 600 murid ikut serta dalam program pelatihan tentang bagaimana mengenakan kosmetika atau membangun studio kecantikan di rumah sendiri. Sejak awal tahun, sekitar 150 kursus yang ditawarkan Win selalu penuh pengunjung.

  • Myanmar - Leben als Muslima in Yangon - Bloggerin Win Lae Phyu Sin (Reuters/A. Wang)

    Mengundang Permusuhan

    Tapi upaya Win bukan tanpa cela. Ia berulangkali mendapat ejekan atau serangan verbal di media sosial ketika ketahuan ia seorang Muslimah. Sebaliknya kelomp ok Islam konservatif mengritiknya karena dianggap merusak moral perempuan Muslim di Myanmar. Namun Win tidak peduli. "Saya cuekin saja. Ada banyak pekerjaan yang harus saya tuntaskan," tukasnya. (rzn/as: Reuters)


Lebih banyak di Media Center

Rohingya in Myanmar und Bangladesch

Rohingya di Myanmar: Apa yang Perlu Diketahui 04.09.2017

Jakarta Protest Muslime gegen die Verfolgung von Rohingya (Getty Images/B.Ismoyo)

Aksi Solidaritas untuk Rohingya 06.09.2017

Bildergalerie - Thailand schleppt Flüchtlingsschiff auf das offene Meer zurück (Getty Images/A   fp/C. Archambault)

Rohingya: Genosida di Pelupuk Mata 24.11.2016

Viral: Jokowi Jalan Kaki ke HUT TNI 05.10.2017

Baca juga

Dialogforum Friedensverantwortung der Religionen

Musdah Mulia: "Jangan Pernah Lelah Merajut Perdamaian" 25.06.2018

Kementerian Luar Negeri Jerman bekerjasama dengan Finlandia dan menggelar Forum Dialog "Tanggung Jawab Agama Membangun Perdamaian". Berikut wawancara singkat DW dengan salah satu peserta, Prof. Dr. Siti Musdah Mulia.

Bangladesch Rohingya Flüchtlingscamp < h2> PBB: Krisis Rohingya Picu Konflik Regional 05.02.2018

Dugaan tindakan genosida dan pembersihan etnis yang dilakukan militer Myanmar terhadap kaum minoritas Rohingya dikhawatirkan akan memicu konflik regional yang berbasis agama.

Bangladesch Tankhali Rohingya Flüchtlinge

Sejarah Kelam Muslim Rohingya 18.09.2017

Sejak “Tragedi Rakhine” 2012, berita soal Rohingya, mendominasi media internasional. Banyak orang mulai kenal “Muslim Rohingya” meskipun tidak paham sejarah, dinamika dan seluk-beluknya. Opini Sumanto Al Qurtuby.

Indonesien Jakartas Governeur Basuki Tjahaja Purnama

Ahok dan Trend Persekusi Politik yang Mengatasnamakan Agama 11.12.2017

Men urut Foreign Policya, Ahok masuk jajaran para pemikir dunia Dipenjaranya seorang Ahok merupakan titik awal aktifnya kembali politik Islam di Indonesia.

  • Tanggal 20.08.2018
  • Jumlah Foto 7
  • Tema Rohingya
  • Kata Kunci Myanmar, Minoritas, Muslim, Rohingya, Intoleransi, Diskriminasi, Persekusi
  • Kirim Feedback
  • Cetak Cetak halaman ini
  • Permalink https://p.dw.com/p/33Pr8
Sumber: Google News Muslim Network: Koranmu Indonesia

Tidak ada komentar

Ads Place