Masalah kekurangan gizi besi pada remaja putri di Indonesia masih sangat signifikan. Menurut data Riskesdas 2013 proporsi anemia pada rem...
Masalah kekurangan gizi besi pada remaja putri di Indonesia masih sangat signifikan. Menurut data Riskesdas 2013 proporsi anemia pada remaja putri adalah 37.1%, artinya 1 dari 3 remaja menderita anemia, proporsi anemia ini meningkat menjadi 48.9% pada kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun menurut Riskesdas 2018. Semua kita pasti menginginkan remaja Indonesia yang sehat, cantik, merah merona, tidak pucat pasi, yang cerdas dan berprestasi. Tentu saja hal ini sulit diwujudkan jika remaja putri menderita anemia.
Anemia adalah kadar hemoglobin (Hb) dalam darah seseorang, rendah (WHO,2015). Secara awam dikenal dengan kurang darah. Hemoglobin adalah komponen dalam darah yang mengikat dan membawa oksigen ke selluruh tubuh. Oksigen sangat diperlukan oleh sel-sel tubuh kita.Jika oksigen kurang maka jaringan otak, jaringan otot tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga muncul gejala umum anemia yang dikenal dengan 5L yaitu Lesu, Letih, Lemah, Lelah dan Lalai disertai pusing, berkunang-kunang, gampang mengantuk dan sulit berkonsentrasi.
Kita perlu membedakan anemia dengan tekanan darah rendah, anemia adalah kadar Hb yang rendah dalam darah , sedangkan tekanan darah rendah adalah kapasitas jantung untuk bekerja tidak cukup kuat memompa darah ke seluruh tubuh. Anemia kita periksa dengan mengambil sampel darah seseorang lalu diperiksa kadar hemoglobinnya. Tekanan darah kita periksa dengan alat tensimeter yang dipasang di lengan.
Apa penyebab Anemia? Anemia disebabkan oleh kurang asupan zat gizi terutama zat besi, pendarahan dan factor genetic yang menyebabkan kadar Hb dalam darah lebih rendah dari normal. Untuk remaja batasannya adalah tidak kurang dari 12 gr/dl.
Apa yang terjadi dalam tubuh remaja putri bila mengalami anemia? Kadar Hb rendah dalam darah menyebabkan sel-sel di tubuh kekurangan oksigen yang menyebabkan 5L bahkan pucat pada wajah dan telapak tangan pusing dan penglihatan berkunang-kunang.
Pada saat remaja putri sudah merasakan gejala tersebut maka sebenarnya mereka sudah mengalami anemia yang parah. Anemia pada tahap awal tidak menimbulkan gejala. Jadi, jangan kita menunggu sampai gejala anemia muncul. Remaja putri beresiko mengalami anemia, penyebabnya adalah pertama kebutuhan zat besi yang tinggi pada masa pubertas.
Pada masa remaja terjadi percepatan pertumbuhan atau growth spurt ke 2. Kedua, kehilangan darah, remaja putri sudah mengalami menstruasi. Ketiga, Remaja putri kadang melakukan pengurangan makan dalam rangka menjaga tubuhnya agar tetap kurus, body image. Sehingga melakukan kebiasaan makan yang kurnag baik dengan mengurangi asupan protein hewani, yang merupakan salah satu pembentuk hemoglobin (Hb). Kandungan zat besi pada bahan pangan hewani (Heme) lebih tinggi dari pada sumber makanan nabati (Non heme) dan lebih mudah diserap oleh tubuh.
Remaja putri penting untuk mencegah anemia karena dalam siklus kehidupannya seorang remaja putri memegang peranan penting. Remaja akan menjadi calon ibu yang akan mengalami kehamilan dan persalinan, fase-fase kehidupan yang sangat memerlukan zat besi. Jika remaja anemia, sakit-sakitan, tidak siap menjadi calon ibu yang baik tentu akan berdampak pada calon bayinya, BBLR, premature, pertumbuhan terhambat,stunting dan bagi si ibu akan membahayakan dirinya saat persalinan karena resiko terjadinya pendarahan sangat besar.
Karena itu penting sekali seorang remaja mencegah terjadinya Anemia. Cara mencegah anemia dengan:
1. Memenuhi kebutuhan zat besi harian yaitu dengan konsumsi makan makanan sumber zat besi terutama sumber pangan hewani.
2. Minim tablet tambah darah (TTD) 1 tablet sekali seminggu.
3. Makan buah-buahan yang mengandung vitamin c untuk membantu penyerapan zat-zat besi. Zat besi dari pangan hewani diserap tubuh dengan lebih baik dibandingkan dari pangan nabati.
4. Tablet tambah darah jangan diminum bersamaan dengan the, susu dan kopi. Karena akan menghambat penyerapan zat besi.
5. Setelah minum tablet tambah darah, makanlah buah yang mengandung vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
Penulis : Hj. Nur Asiah, SKM, M.Kes Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat UHAMKA