Page Nav

HIDE

Ads Place

KORPORATOKRASI DAN PERLAWANAN PETANI KELAPA SAWIT

KORPORATOKRASI DAN PERLAWANAN PETANI KELAPA SAWIT Korporatokrasi Kelapa Sawit  Â Ã‚ Ã‚ Ã‚  Di Indonesia pengambil-alihan sumber daya secar...

KORPORATOKRASI DAN PERLAWANAN PETANI KELAPA SAWIT

https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEjLViFo1E-WwV5_Tb-9MRk8qAaxcCgvpuoKeHbaDBv9yTNC3BuJQkspT3KG69wQX_PtYrmttk-VEPC6Pfmn83MaaoLYC8KtIZF1pZ_US1-pI5uuZbPDCEJ5i0MdgYjd6Cr4K4XK6kOChFMIXmtyNQ5b7pri3_Mlm8FC7_iwZw=w5000-h5000

Korporatokrasi Kelapa Sawit  Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ 

Di Indonesia pengambil-alihan sumber daya secara paksa oleh segelintir perusahaan elit swasta bukan hal yang baru.kehadiran VOC pada 416 tahun yang lalu menjadi tonggak bermulanya kolonisasi oleh perusahaan luar negeri, yang belakangan disebut sebagai korporotokrasi. Respon pribumi dalam hal ini dilakukan oleh tiga kelompok masyarakat, yaitu mereka yang menyediakan diri sebagai kaki tangan, mereka yang secara terpaksa menerima keadaan, dan mereka yang secara aktif melakukan perlawanan.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Pergerakan kelompok terakhir telah memunculkan pergolakan di berbagai wilayah, oleh karenanya mereka disebut kaum penghasut dan ekstrimis oleh perusahaan kolonial. segala upaya dilakukan untuk menumpas perlawanan sambil terus memperluas areal jajahan. Sebagai bagian yang tak terpisahkan, maka eksploitasi massa rakyat pribumi Indonesia pun dilakukan sehingga berakibat pada penderitaan, kemiskinan dan kesengsaraan.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Pada saat ini mode ekspansi, pengambil ahlian, dan konsentrasi lahan kembali terjadi. Sekali lagi dilakukan oleh perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam hal ini, ekspansi termasif dan konsentrasi terburuk dapat dilihat di sector pertambangan dan perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit. Dua sector inilah yang menjadi representasi korporatokrasi yang kini berkuasa diatas regulasi, kebijakan, dan perikehidupan massa rakyat pribumi Indonesia.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Waktu itu, Walhi dan Jatam menyebutkan bahwa 35% daratan Indonesia dikuasai oleh 1.194 kuasa pertambangan, 341 kontrak karya pertambangan, dan 257 kontrak pertambangan batu bara. Sementara BPN (2007) menyebutkan bahwa hampir 70% asset nasional dikuasai oleh 0,02% penduduk, dan lebih dari 505 dari asset itu merupakan tanah pertanian. Data BPS (2010) pun menunjukkan bahwa 46,67% PDB Indonesia dikuasai oleh hanya 0,1% unit usaha besar di Indonesia.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Studi KPPU (2007) memberi gambaran nyata korporatokrasi, dimana 52,73% total lahan perkebunan kelapa sawit dikuasai oleh perusahaan swasta yang besar.Demikian pula 75% kapasitas produksi pengolahan TBS terkonsentrasi pada perusahaan swasta besar dan negara.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Sementara ditingkat regional Walhi Kalteng menyebutkan bahwa perizinan untuk perkebunan sawit di Kalteng hingga tahun 2008 berjumlah 323 buah dan sudah menguasai sekitar 4 juta hektar.Situasi seperti ini serupa dengan data Save Our Borneo yang menyebut terdapat areal seluas 1.290.515 ha lahan perkebunan kelapa sawit dikuasai pemodal Malaysia di seluruh Kalimantan.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Seperti hal nya di era kolonial, proses akumulasi capital dan ekspansi yang membentuk korporatokrasi terserbut selalu tak terpisahkan dengan pola-pola eksploitasi, baik terhadap hutan, tanah, air, petani kecil, buruh, perempuan, dan masyarakat adat. Demikian juga, dia selalu menjumpai tiga kelompok respon seperti yang dibilang  di muka. Dalam situasi tersebut maka yang terjadi bukanlah konflik melainkan perlawanan yang melibatkan para petani kelompok terakhir. Oleh karean nya, berbagai manipulasi, tipu daya, dan represi secara sistematis terhadap mereka terus dilakukan.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Para aparat lokal dan massa rakyat pribumi di kebun sawit terus dipecah belah agar mudah dikuasai. Berbagai pola perkebunan baru senantiasa didesakan, bukan untuk mengubah keadaan, melainkan untuk memperlemah presistensi dan perlawanan. Bagi mereka korporatokrasi harus terus ditegakkan, dengan merekrut sebanyak mungkin kaki tangan, menyuap agar masyarakat diam, menjerat dengan berbagai  utang, dan segala bentuk elemen perlawanan.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Keadaan ini mendapat penjelasaan dari data sawit watch yang menyebut bahwa telah terjadi 2.357 kasus kriminalisasi petani sepanjang tahun 2007 â€" 2010. Catatan serikat petani sawit (SPKS) menyebut ditahun 2010 saja terdapat 129 petani ditangkap terkait dengan perlawanan terhadap 9 perusahaan besar dalam 504 kasus sengketa lahan. Di tingkat regional, 35% dari 2,8 juta ha lahan sawit di Riau berkonflik, dimana 50,51% dikuasai 356 ribu KK, sisanya dikuasai oleh perusahaan swasta yang 50%nya berasal dari Malaysia.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Sebagai gambaran di lapangan adalah kasus yang dialami petani asal kelurahan Senyerang, Tanjab barat yang meninggal dunia akibat penembakkan oleh oknum brimo.Massa petani setempat menuntu dikembalikannya lahan 41.779 ha di 5 kabupaten di Provinsi Jambi yang telah diambil alih oleh perusahaan.Sementara itu, seorang ibu meninggal dunia setelah ditembak polisi karean berjuang untuk memperoleh keadilan dari PT TBS.

DAMPAK KORPORATOKRASI, AKAR PERLAWANAN

Korporotokrasi yang harus di tegakkan dengan eksploitasi tersebut telah membawa kerusakkan sosial, moral, ekonomi, dan ekologis pada masyarakat adat. Atas dasar kerusakan inilah sesungguhnya benih-benih perlawanan dan pergolakan dibanyak kebun sawit bermunculan. Para petani sawit makin tidak percaya lagi dengan janji-janji manis perusahaan, dan mereka makin sadar hakekat serta dampak korporatokrasi dan klonisasi yang melemahkan dan mengambil alih perikehidupan mereka. Dalam hal ini berbagai hasil riset kontemporer juga menjadi rujukkan.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Kajian yang dilakukan Meri orth di Kalimantan Tengah (2007) memberi gambaran dampak perkebunan sawit terhadap kedaulatan pangan komunis lokal. Beberapa dampak hasil temuan kajian ini adalah; berkurangnya hutan sebagai sumber produksi panganmerosotnya luas lahan produksi pangan karena konversi, menurunnya kesuburan tanah d.an ketersediaan air, menurunnya presentase petani.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Sementara itu, dampak negative ekspansi perkebunan sawit di Nusantara dalam kajian Aditjonro (2011) setidaknya meliputi sedikitnya 6 bidang, yaitu (a) penyerobotan tanah penduduk (b) tergusurnya plasma nuftah dan budaya-budaya lokal (c) persaingan dengan sumber-sumber lokal (d) pengurasan air tanah (e) pemanasan global karena pelepasan gas gas rumah kaca; khususnya gas karbon monooksida (f) ekploitasi buruh, khususnya buruh perempuan.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Riset lapangan sawit Watch, Friends of The Earth, dan Life Mosaic di Kalimantan barat menghasilkan temuan yang serupa. Sejumlah 139 responden dari 4 desa diwawancarai tentang dampak ekonomi dari konversi lahan mereka menjadi perkebunan kelapa sawit. Sekitar 49% menyatakan bahwa kondisi kehidupan mereka sekarang lebih buruk dibanding sebelum adanya perkebunan, 37% menyatakan bahwa hidup mereka lebih baik dibanding sebelumnya dan 12% menyatkan bahwa hidup mereka sama seperti sebelumnya (sekitar 1% ragu-ragu).

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Sekitar 78% menyatakan bahwa kondisi lebih buruk disebabkan oleh alihan lahan mereka oleh perkebunan kelapa sawit, 47% diantaranya menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan berkurangnya luasan lahan, dan sebanyak 13% menyatakan hal tersebut karena banjir lebih banyak terjadi sekarang.di ngabang, lebih dari 90% petani tidak bisa melunasi hutang mereka. Dari 4000 keluarga, hanya 100 keluarga yang bisa melunasi hutang mereka. Keluarga yang lain tidak bisa melunasi hutang mereka karena pohon kelapa sawit mereka tidak produktif lagi.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Penggundulan hutan  yang membuat musnahnya sumber daya hutan seperti buah-buahan, sayuran, daging buruan, obat-obatan, dan bahan bangunan dana tap. Kayu bakar dan bahan untuk membuat kerajinan tradisional. Masyarakat juga bisa ikut hilang,masyarakat menanggung dampak eksternalitas lainnya seperti kebakaran, banjir, dan hilangnya akses air bersih.

 Â Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚ Ã‚  Studi pusat ekonomi kerakyatan UGM dan Sawit Watch menemukan ketergantungan petani sawit terhadap korporasi besar, dalam hal sarana produksi (modal, benih, pupuk, dan pestisida),maupun pasar.

  Artikel ini diambil oleh Buku Awan Santosa S.E , M.Sc Sumber gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEjLViFo1E-WwV5_Tb-9MRk8qAaxcCgvpuoKeHbaDBv9yTNC3BuJQkspT3KG69wQX_PtYrmttk-VEPC6Pfmn83MaaoLYC8KtIZF1pZ_US1-pI5uuZbPDCEJ5i0MdgYjd6Cr4K4XK6kOChFMIXmtyNQ5b7pri3_Mlm8FC7_iwZw=w5000-h5000

Tidak ada komentar

Ads Place