Page Nav

HIDE

Ads Place

Permasalahan​ ​Ekonomi​ ​Makro​ ​Dalam​ ​Krisis​ ​Nilai​ ​Tukar

Permasalahan​ ​Ekonomi​ ​Makro​ ​Dalam​ ​Krisis​ ​Nilai​ ​Tukar Nilai tukar rupiah setiap minggu nya selalu mengal...

Permasalahan​ ​Ekonomi​ ​Makro​ ​Dalam​ ​Krisis​ ​Nilai​ ​Tukar

https://whatstudentsdo.files.wordpress.com/2015/03/w6v2.jpg

Nilai tukar rupiah setiap minggu nya selalu mengalami penurunan yang sangat tajam, sehingga dollar mengalami penurunan dengan Rp 12 ribu per dollar. Dan di negara-negara lain juga mengalami pelemahan dalam mata uang Asia seperti negara India, malaysia, filipina dan tingkat pelemahan nya bermacam-macam. Nilai mata uang setiap negara akan menurun apabila penawaran mata uang terhadap dollar mengalami peningkatan yang signifikan. Dampak kelemahan dari nilai tukar rupiah akan menyebabkan terjadinya harga barang yang dibeli dari luar negeri menjadi mahal. Misalnya barang konsumsi yang akan dibeli oleh konsumen seperti pangan dan lain nya mengalami kenaikan yang signifikan. Perusahaan industri yang bergantung pada bahan baku dan barang modal impor akan semakin mahal. Agar perusahaan tetap mendapatkan keuntungan pihak perusahaan akan menaikan harga produk yang akan dijual nya. Kenaikan harga barang impor dapat menyebabkan terjadinya inflasi. Penurunan rupiah juga berdampak karena bertambahnya beban utang di luar negeri maupun dalam negeri. Inflasi yang mengalami peningkatan terjadi akibat adanya kenaikan BBM dari pemerintah yang membuat pihak konsumen yang mempunyai masalah dalam keuangan menjadi khawatir terhadap ekonomi Indonesia. Tingginya inflasi membuat suku bunga obligasi mengalami kenaikan yang drastis. Misalnya obligasi 10 tahun yang lalu mengalami kenaikan tiga persen dalam dua bulan. Yang berdampak pada beban APBN semakin berat akibatnya pembiayaan defisit digunakan pada utang melalui penerbitan surat utang. Faktor penyebab lain nya adalah neraca perdagangan yang mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Salah satunya impor perdagangan minyak mentah dan BBM yang melewati batas ekspor komoditas negara. Konsumsi minyak dari dalam negeri terus meningkat sangat tajam, yang tidak diimbangi dengan meningkat nya batas produksi. Batas produksi pertamina diabaikan pada tingkatan 1.2 juta barel perhari. Negara seperti Singapura dan Thailand yang mengkonsumsi BBM nya lebih rendah dan negara yang bukan penghasil bahan minyak memiliki kapasitas yang sangat besar dari negara Indonesia. Dampaknya karena di Indonesia kapasitas nya terbatas bahan minyak dalam negeri tidak diserap oleh pihak Pertamina dan melakukan ekspor melalui tender SKK migas yang di dalamnya banyak orang yang bermain kotor. Selain mengimpor bahan minyak di dalam negeri juga ketergantungan terhadap impor non migas khususnya bahan baku pokok masyarakat Indonesia. Pengembangan industri konsumsi dalam negeri sangat tinggi. Permasalahan nya industri pendukung dalam negeri barang dan bahan baku nya lebih banyak mengimpor ke berbagai negara. Misalnya perusahaan industri di dalam negeri seperti perusahaan industri textile peralatan yang digunakan seperti mesin dan bahan baku nya lebih banyak beli di luar negeri dan lebih terkenal dengan mengimpor dari China. Dengan adanya perdagangan liberal ketergantungan terhadap barang yang mempunyai kualitas bagus dan industrinya lebih maju semakin meningkat. Penyebab lain nya karena daya saing internal dalam negeri mengalami penurunan. Penurunan yang dihadapi seperti mahalnya biaya harga produksi yang dapat mengakibatkan kenaikan pada biaya listrik dalam memproduksi nya. Pada tahun ini sumber energi yang paling penting meningkat sangat mahal yaitu listrik, BBM dan gas harganya tidak dapat dikendalikan oleh pihak pemerintah. Akibat dari kenaikan sumber energi tersebut pihak konsumen sangat sensitif karena adanya kenaikan harga. Dari tahun ke tahun kenaikan pada sumber energi sangat tinggi dari harga awalnya sehingga banyak konsumen yang mengeluh dan mengurangi pemakaian nya. Dampak kenaikan suku bunga kredit pada BI sangat tinggi di ASEAN yang akan menjadi semakin mahal bagi pihak konsumen. Kenaikan inflasi yang di dasari dengan penetapan UMP akan mengalami peningkatan. Selain itu sumber devisa negara dan ekspor barang mengalami peningkatan pendapatan. Pemerintah banyak melakukan tindakan untuk menstabilkan nilai rupiah melalui kebijakan fiskal maupun moneter. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan dalam fiskal dengan mengutamakan ekspor dan mengurangi impor barang dari luar negeri. Dan kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia dalam moneter dengan menaikan suku bunga yang menjadi acuan pada perbankan. Permasalahan pertama yang dihadapi oleh Indonesia antara lain Indonesia belum adanya visi untuk menjadi negara yang tangguh dari negara lain nya. Pihak pemerintah lebih mengutamakan keuntungan perdagangan yang meningkatkan ekspor dan mengurangi pembelian luar negeri tanpa melihat kualitas suatu barang yang akan dijual nya. Keunggulan barang ekspor di Indonesia sangat terbatas karena komoditi sumber daya alam nya. Contoh dari sumber daya alam yang dimiliki Indonesia migas, mineral,minyak bumi dan perusahaan industri. Indonesia juga sangat bergantung dengan barang modal dan teknologi yang maju dari luar negeri yang berakibat memicu maraknya perdagangan liberal dan impor yang terus meningkat. Indonesia menjadi pasar yang tidak dapat memproduksi barang sendiri salah satunya barang knsimsi seperti bahan pangan utama konsumen. Dan devisa yang akan dikeluarkan Indonesia terhadap produksi barang sangat besar. Dalam permasalahan yang kedua pihak pemerintah mengambil tindakan mengenai kebijakan moneter agar nilai rupiah tidak mengalami penurunan yang drastis dengan meningkatkan suku bunga yang dapat menjadi beban pada perekonomian Indonesia dan menguntungkan kepada pihak pemegang modal. Dan digunakan untuk membiayai kegiatan pada perekonomian dalam skala kecil, menengah ataupun besar. Dengan meningkatkan suku bunga kredit BI akan naik sehingga biaya pinjaman kreditor mengalami kenaikan. Walaupun dari pihak mereka melepaskan harta yang dimilikinya, karena tidak bisa untuk membayar pelunasan utangnya. Dari deposan yang mempunyai dana banyak mengambil alternatif untuk menyimpan dana mereka di bank daripada memberikan investasi di pihak sektor rill. Dalam permasalahan ketiga pihak pemerintah melakukan apa yang ada dalam pasar modal yang ditunjang oleh liberalisasi sektor keuangan yang dapat membuat dana investasi bersifat berubah-ubah. Jika pihak investor melihat kemajuan dalam investasi di negara Indonesia menguntungkan maka akan banyak mereka yang melakukan investasi sehingga nilai tukar menguat. Dan untuk mendapatkan keuntungan mereka yang melakukan investasi akan memasuki kondisi di pasar modal khususnya bagi negara-negara berkembang. Berbagai teknik dilakukan untuk mendapatkan untung yang sangat besar. Dalam permasalahan yang keempat kebijakan yang diambil pemerintah terhadap mata uang rupiah yang termasuk dollar mata uang yang tidak dijamin oleh komoditi yang bernilai fiat money. Dengan mata uang ini dengan mudah diproduksi oleh otoritas moneter suatu negara. Dan inilah yang akan dilakukan the fed bank sentral AS untuk menjaga ekonomi negara terbesar di dunia tersebut dari keruntuhan akibat krisis tahun 2008. Besarnya kendali AS akibat pasokan dollar membuat inflasi menjadi tak dapat dikendalikan dan telah menyababkan mata uang negara-negara lain nya khususnya negara berkembang dan bergantung pada nilai dollar dan dapat menjadi tidak stabil. Padahal nilai tukar yang tidak stabil sangat merugikan negara. Contohnya saja pada tahun 2012 Indonesia mengalami kerugian yang selisihnya sebesar Rp 5,9 triliun yang diakibatkan oleh adanya pelemahan rupiah sehingga utang-utangnya dalam bentuk dollar mengalami peningkatan yang signifikan. Nama  :  Teana Visnanira Nim     : 1502025256 Kelas   : 5A Mata Kuliah  :  Perekenomian Indonesia Sumber        : bagiilmunei.blogspot.co.id/2017/08/permasalahan-ekonomi-makro-dalam-krisis.html Gambar        : https://whatstudentsdo.files.wordpress.com/2015/03/w6v2.jpg

Tidak ada komentar

Ads Place