Pengunaan minyak sawit untuk prekonomian indonesia Indonesia memiliki andalan bahan pokok penjualan salah satunya adalah kelapa sawit. B...
Pengunaan minyak sawit untuk prekonomian indonesia
Indonesia memiliki andalan bahan pokok penjualan salah satunya adalah kelapa sawit. Banyak rujukan yang menunjukkan kelapa sawit sebagai bahan pokok utama .Indonesia termasuk Negara yang menjual terbesar didunia nilai ekspor pada 2015 mencangkup 18,65 miliar dolar AS atau sekitar 13,5% dari hasil ekspor nonmigas .      Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitang gang berkata bahwa produk kelapa sawit mentah tidak untuk dijadikan minyak goreng dan bahan baku ekspor, tetapi juga dijadikan bahan baku industry hilir domestic dan cairan yang bersifat gas . âDengan banyaknya hasil panen  sawit maka ke depannya diprediksi sumber devisa utama Indonesia berasal dari kelapa sawitââ kata togar , togar berkata berdasarkan pendataan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi) suara ekspor CPO & produk turunannya terbesar, yakni ke negara-negara Uni Eropa sebanyak 4,23 ribu ton.      Pengikut dari Negara Cina 3,99 ribu ton dan Pakistan 2,18 ribu ton. Togar berkata, kemampuan pertumbuhan CPO di Indonesia tidak diseimbangkan dengan pertumbuhan luas lahan perkebunan sawit. Dengan luas tanah perkebunan sawit masih sedikit ketimbang tanaman minyak nabati lainnya.      Pendataan papsi menyatakan, luas tanah kelapa sawit sebesar 17,01 juta hectare9(ha), sedangkan kedelai 111,27juta ha, rapessed 36,37 juta ha, dan biji bunga matahari 25,59 juta ha. Sedangkan , pertumbuhan kelapa sawit merupakan yang paling tinggi, yakni 4,27 ton per ha per tahun dan kedelai hanya 0,45 ton per ha per tahun. Togar berkata bahwa, hambatan pertumbuhan tanah lahan sawit karena adanya berbagai tuduhan negatif terhadap bahan baku tersebut. ," Togar menjelaskan. Menurut togar, lahan gambut sebenarnya sangat bisa digunakan sebagai media-media budi daya tanaman sawit. Apalagi, lahan gambut yang berada di Indonesia cukup luas.      Untuk memajukan pengembangan di industry hilir sector kelapa sawit sudah disuling telah dipotong dalam beberapa tahun ini. Indonesia memiliki beberapa  'mekanisme otomatis' seakan-akan ketika harga CPO acuan Pemerintah (berdasarkan harga CPO lokal dan internasional) berada di bawah $750 dollar Amerika Serikat (AS) per metrik ton, kemudian pajak ekspor akan dipotong menjadi 0%. Adanya tuduhan pembakaran hutan yang disebabkan karena ulah manusia ataupun alami dan yang lain-lain. Perlu ketahui bahwa kami sudah melaksanakan mata rantai sawit yang sudah berlanjut dan pangsa pertanian Indonesia dalam kualitas harga gas rumah kaca global 2010 hanya tiga persen" Togar memaparkan. Pendapat Togar, tanah gambut sebetulnya bisa dijadikan sebagai media untuk budi daya tanaman sawit. Apalagi, tanah gambut di Indonesia cukup luas .      Untuk mengembangkan tanaman kelapa sawit di tanah yang gambut pemerintah telah memiliki kebijakan-kebijakan tertentu, yakni melalui UU Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan dan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian akan dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Lahan Gambut. Dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah ditetapkan terlebih dahulu, seharusya pengelolaan dan juga pemanfaatan tanah gambut untuk tanaman-tanaman perkebunan dapat di laksanakan dengan sangat baik karena memiliki nilai keekonomian. âTanah gambut rusak dan tidak memberikan peran bagi Negara ,â kata Togar. Wakil Dekan Fakultas Pertanian IPB Suwardi m berpendapat, pemanfaatan tanah gambut untuk tanaman perkebunan masih adanya hambatan oleh beberapa kebijakan, yakni PP Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Bio massa. Menurut Suwardi, beleid tersebut membatasi petani untuk mengelola gambut menjadi lahan potensial untuk perkebunan. âtanah gambut jika rusak tidak dilihat dari peraturan tersebut. Jika terjadi modifikasi dalam tanah gambut maka dinilai ada kecacatan,â ujarnya.      Tanah gambut yang akan digunakan untuk tanaman perkebunan harus dilakukan pemadatan. Dengan pemadatan, struktur lahan gambut akan beralih dan mengacu padasistem tersebut,tanah gambut di katakan rusak. Sedangkan , peralihan tersebut untuk mengubah tanah gambut menjadi lebih baik dan kemampuan dimanfaatkan bagi bahan pokok perkebunan.      Pendapat Suwardi, pemadatan dibutuhkan untuk tanah gambut yang keadaannya rendah. âKini, perusahaan-perusahaan besar belum berani memadatkan tanah dan keteribattan yang mengakibatkan hukuman pidanaâ, pendapat Suwardi . penyelenggaraan tanah gambut lebih sulit disbanding lahan mineral.                      Karena, karakter  tanah  gambut porosnya besar, kesuburannya rendah, dan sifatnya asam. Oleh sebab itu, penting adanya teknologi untuk mengurangi sifat-sifat gambut tersebut. Jumlah tanah gambut di Indonesia sebesar 14,9 juta ha dan yang sudah di buka untuk tanah perkebunan sekitar 6,5 juta ha. Dari 6,5 juta ha tersebut, terdapat 3,5 juta ha tanah gambut yang rusak. tanah gambut yang sudah dilaksanakan dengan baik berada di pinggir aliran sungai dan umumnya dikem bangkan oleh swasta. Sejumlah tanah yang dikembangkan pemerintah sebagian besar dalam keadaan rusak terutama daerah Sumatra Selatan. Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia seperti Unilever Indonesia sedang menjalankan penanaman modal untuk memajukan daya tamping penyulingan minyak sawit. Hal tersebut disesuaikan dengan keinginan pemerintag Iindonesia untuk meraih lebih banyak perolehan dari sumber daya alam di luar negeri. Selama ini Indonesia berpusat dan mengikuti pada ekspor minyak sawit mentah dan bahan baku mentah dan lain sebagainya. Tetapi Selama beberapa tahun  terakhir ingin memajukan oprasi pengolahan produk sumber daya alam agar mendapatkan harga jual yang lebih meningkat dan yang berkewajiban sebagai atau membantu mengeluarkan harga minyak sawit. Daya tamping penyulingan di Indonesia melonjak menjadi 45 juta ton per tahun pada awal 2015, meningkat dari 30,7 juta ton pada tahun 2013 dan lebih dari dua kali lipat dari daya tamping di tahun 2012 adalah 21,3 juta ton. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Jamhari berpendapat secara keuangan dan jangka pendek peran kelapa sawit di tanah gambut cukup layak. Tetapi , menurut ekonomi,social, dan lingkungan jangka panjang tanah gambut perlu dikendalikan . âpenggunaan tanah gambut harus ada harus adanya tata ruang dan kebijakan atau peraturan yang jelas,â kata Jmhari. Menurut ekonomi, perkembangan kelapa sawit di tanah fambut sebesar 16 persen per tahun, sementara pertumbuhan di lahan mineral sekitar 10 persen. Dengan perkembangan tersebut, sebenarnya ada kesempatan ada pemanfaattan tanah gambut untuk bahan baku kelapa sawit. Tetapi, keuntungan tanah sawit tidak hanya dipandang dari sisi ekonomi, tetapi juga untuk jangka panjang. âkami tidak melarang gambut, tapi harus diatur, memberikan dampak yang positif dan perlu adanya pembagian penataan tata ruang,â kata Jamhari. Tata ruang dan pengelolaan tanah gambut akan menjadi pengawasan pemerintah untuk melakukan pengelompokkan secara audit. Bahkan saat ini pemerintah sudah melakukan mengerahkan Badan Restorasu Gambut yang bertugas untuk mengelompokkan tanah-tanah gambut yang bias di budidayaka untuk perkebunan . Dengan begitu, pengelolaan tanah gambut kedepannya akan bisa berkembang pesat. Jamhari menyatakan, sesungguhnya teknologi untuk dikembangkan tanah gambut sudah ada, tetapi transfer teknologi ke petani belum sempurna. Oleh sebab itu harus ada pengawasan di operasional dilapangan. Nama: Grenadya Meidina Sari NIM: 1502025114 Kelas: 5A / Manajemen Sumber:Â
http://www.republika.co.id/berita/koran/pareto/16/06/13/o8pa871-keberlanjutan-kelapa-sawit-bagi-perekonomian-indonesia Gambar:Â
http://img2.bisnis.com/thumb/semarang/posts/2014/09/02/73901/sawit-pertani.jpg?w=600&h=400
Tidak ada komentar