Page Nav

HIDE

Update

latest

Gerakan Literasi Berbasis Masyarakat

Maraknya pengguna gadget di Tanah Air bukan lagi persoalan baru. Tak bisa dipungkuri dunia telah memasuki era baru, era digital dimana s...



Maraknya pengguna gadget di Tanah Air bukan lagi persoalan baru. Tak bisa dipungkuri dunia telah memasuki era baru, era digital dimana segala sesuatunya terkoneksi melalui internet. Dewasa ini Gadget telah bermetamorfosis menjadi kebutuhan dasar para pengguna. Awalnya hal itu didasari pada satu alasan, yakni kebutuhan akan informasi, tetapi hari ini alasan itu sudah tidak cukup lagi sebagai dalil yang menggambarkan keterbutuhan masyarakat terhadap gadget. Pada kenyataannya gadget memobilasisasi seluruh aktivitas masyarakat, terutama anak dan remaja.
Sebagaimana yang dirangkum oleh Kementerian Informasi dan Komunikasi RI melalui data laporan tahunan 2016, telah tercatat 132,7 juta pengguna internet dari populasi 256,2 juta masyarakat Indonesia. Lebih dari 50% persen masyarakat Indonesia telah menggunakan internet, sayangnya dari jumlah tersebut pengguan didominasi dari usia 18-36 tahun, yakni kalangan remaja dan dewasa. Tidak bisa dipungkiri, gadget banyak memberikan kemudahan bagi pengguna dalam segala hal, akan tetapi gadget juga banyak memberikan sisi negatif bagi pengguna yang tidak memiliki pemahaman baik terhadap social network.

Di dunia literasi sendiri, anak dan remaja telah dimanjakan dengan hadirinya berbagai situs e-book. Tidak perlu membeli buku, cukup dengan modal kuota internet pengguna dapat mengantongi ratusan bahkan ribukan buku yang tersedia dalam versi digital. Anak dan remaja mulai meninggalkan buku-buku cetak, mereka beralih kepada gadget yang lebih instan, mengakses dengan bebas segala informasi, terkadang tidak jarang mereka tersesat pada situs-situs dewasa, sehingga hari-hari anak dan remaja saat ini diisi dengan kesibukan bersama gadget.
Ketimpangan manfaat gadget bagi anak dan remaja


Tentu banyak manfaat yang diperoleh dari internet.


 Mempermudah komunikasi, menambah pengetahuan, memperluas relasi dan lain sebagainya. Akan tetapi bagi anak dan remaja internet sangat mempengaruhi perkembangan otak dan karakter, sehingga lebih besar dampak negatif yang diperoleh dari gadget. Sebagaimana penelitian yang dilakukan di SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan pada 2014, bahwa ada pengaruh antara posisi dan intensitas pencahayaan saat menggunakan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah (6-12 tahun). (Widea Ernawati, 2015) Sehingga dampak dari hal itu tidak jarang dijumpai anak atau remaja harus mengenakan kaca mata ketika berada di lingkungan sekolah atau masyarakat umum.

Masih terkait fenomena gadget, lebih dari 90% pelajar SMP Negeri 13 Makassar selalu menggunakan gadget dalam keseharian mereka. Terdapat 50% menyatakan bahwa mereka tidak mengkin untuk tidak menggunakan gadget dalam sehari. Para pelajar sulit menjalani aktivitas mereka tanpa menggunakan gadget. Mereka telah bergantung pada gadget. Sehingga sulit bagi mereka untuk tidak menggunakan gadget dalam aktivitas apapun. (Andi Wahidin, 2014)
Kondisi literasi tanah air

Riskan, ketika menyimak kondisi literasi di tanah air saat ini. Fenomena siswa gagal ujian nasional SI mata pelajaran bahasa Indonesia tahun 2010 memperlihatkan rendahnya pemahaman membaca anak-anak Indonesia . Studi Progress In Internasioanal Reading Literacy Study (PIRLS) memperlihatkan minat membaca siswa SD Indonesia termasuk kategori rendah.(Agung,2012)
Demikian pula hasil penilitian Programme For Internasional Student Assesment (PISA) menyebukan, budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 termasuk terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti dunia dan menempatkan posisi membaca siswa Indonesia diurutan ke 57 artinya tak ada satu siswa Indonesia yang meraih nilai literasi tingkat ke lima, hanya 0,4 persen siswa yang memiliki kemampuan literasi tingkat ke empat. Berdasarkan data dari statistik UNESCO 2012 menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 artinya setiap 1000 orang penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca.

Dalam keadaan literasi yang memprihatinkan ini, Indonesia jesteru masuk negara peringkat ke 6 teratas di dunia sebagai pengguna internet terbesar. Hal itu dicatat oleh kominvo.go.id sejak 2013-2018 Indonesia konsisten menjadi salah satu negara pengguna internet terbesar di dunia. Masyarakat terutama anak dan remaja telah beralih dari literasi cetak ke literasi media yang notabenya serba instan.


Perlu ditanamkan pemahaman terkait dampak gadget


Keberadaan internet bukanlah sesuatu yang mesti di hindari. Buktinya banyak orang-orang sukses dari internet, sebab mereka mampu menggali peluang-peluang yang terdapat di internet. Tinggal bagaimana kita menyikapi dengan bijak hadirnya internet dan memanfaatkannya sebagai wadah prestasi dan pengembangan wawasan.
Bagi anak dan remaja perlu ditanamkan pemahaman yang baik mengenai internet.  Harus ada edukasi sejak dini yang bersifat transparansi antara sisi positif dan negatif yang berimbang terhadap pengetahuan mereka mengenai dampak penggunaan internet, jika tidak rasa penasaran akan memnuntun mereka dalam pencarian jawaban atas ke tidak berimbangan itu. Sehingga tidak jarang anak atau remaja tersesat dalam situs-situs terlarang. Akan tetapi melalui edukasi dini, mereka akan mampu memilih dan memutuskan sendiri bagaimana menggunakan gadget. Mereka tidak akan terpengaruh ajakan teman yang nakal, sebab mereka tahu dampak dari ajakan itu, serta tidak ada rasa penasaran karena mereka telah memperoleh semua informasi mengenai dampak penggunaan internet bagi diri mereka. Sehingga etika positif pengguna pun terbentuk melalui pemahaman dampak gadget bagi anak dan remaja.

Literasi Berbasis Masyarakat

Upaya peningkatan literasi sejak lama telah digalakkan oleh pemerintah. Membangun sarana dan prasarana literasi serta spirit membaca melalui monument-monumen founding fathers yang terpajang di berbagai daerah telah banyak dijumpai. Inovasi perpustakaan disuarakan oleh mahasiswa, dari inovasi perpustakaan berjalan, kapal buku, perpustakaan apung, dan lain sebagainya merupakan uapaya penyelamatan budaya literasi di tanah air, tetapi hal itu masih belum cukup untuk menggerakkan minat baca di masyarakat.

Melihat hal itu, rasanya perlu di hadirkan sebuah wadah literasi yang menjadikan masyarakat sebagai basis utama. Seperti yang dilakukan oleh Tim PKM Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta di Desa Lemahbang Juampolo Karanganyar, melalui program literasi One Day One Book mereka mendirikan sebuah wadah Taman Baca yang berbasis masyarakat. Berbasis masyarakat, maksudnya melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses literasi, yakni pembuatan taman baca, mengajak remaja Karangtaruna untuk ikut serta membangun, masyarakat berpartisipasi dalam pengadaan alat-alat kerja serta bahan-bahan pokok seperti kayu, masyarakat wanita juga ikut andil melalui pendampingan konsumsi, sehingga masyarakat lemahbang ikut membangun literasi di Desanya. Tentu saja hal ini berbeda, bagi anak dan remaja yang tinggal di sebuah kampong yang jauh dari akses kota, hadirnya taman literasi merupakan hiburan positif bagi mereka.

Alhasil, setiap sore anak-anak datang dengan semangat, membaca buku, menulis, bercerita mengenai buku bacaanya, dan membuat berbagai kreasi sehingga tidak jarang anak menghabiskan waktu sorenya di Taman Baca BraMa (Brayat Mahbang). Tentu hal itu sangat berdampak positif terhadap peningkatan minat baca dan merawat literasi di masyarakat serta membentuknya sebagai sebuah Budaya.

Akhirnya melalui Taman Baca BraMa ini, bagi anak dan remaja di desa Lemahbang menjadi sebuah perisai yang melindungi mereka dari keboborokan penggunaan gadget/internet, ilmu pengetahuan tetap bisa dikonsumsi, bahkan mereka bisa memperolehnya dari sumber terbaik, yakni buku cetak yang tersedia di taman baca tersebut.
Demikianlah potret literasi yang sedang dijalankan oleh Tim KPM-M UMS melalui program peningkatan literasi ODOB di Desa Lemahbang Jumapolo Karanganyar. (Tim PKM-M UMS: Darlin Rizki, M. Adam Ilham Mizani, Putri Muthmainah, dan M. Nizhamuddin Rifqi)
Tema : Dampak Gadget terhadap Literasi dan Solusi Mengatasinya ditulis oleh: Darlin Rizki
darlinrizki350@gmail.com

Tidak ada komentar