Page Nav

HIDE

Update

latest

UHAMKA ajak Guru lakukan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Hots

Hapir 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan dasar.  Hal ini disampaikan Aslam Dosen FKIP UH...



Hapir 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) pendidikan dasar.  Hal ini disampaikan Aslam Dosen FKIP UHAMKA dalam Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Lingkungan sekolah Muhammadiyah  Jakarta Timur Beberapa waktu yang lalu 

Hasil pemetaan kemendikbud terhadap 40.000 sekolah pada tahun 2014. 44,5 Nilai rata-rata uji kompetensi guru (UKG) dari standar minimal yang diharapkan 70 (hasil uji kompetensi guru tahun 2014 terhadap 460.000 guru). 40 posisi Indonesia dari 40 Negara, dan termasuk 10 Negara berkinerja terbutruk pada pemetaan The Learning Curve-pearson (hasil pemetaan akses dan mutu pendidikan pada tahun 2013 dan 2014). 49 peringkat Indonesia dari 50 negara pada pemetaan mutu pendidikan tinggi (hasil pemetaan universitas 21 tahun 2013). 40 peringkat Indonesia dari 42 negara pada pemetaan TIMSS bidang Literasi Sains (Pemetaan Trands Internasional Mathematic and Science Studies 2011). Ungkapnya

 Yang lebih Miris lagi adalah selama empat tahun terkahir masih di level yang sama yaitu level 2 hal ini menandakan Inonesia kan sulit hidup di abad 21.Oleh karena itu  Guru diminta HOTs dalam membuat Evaluasi Pembelajaran. Lanjutnya

Sementara itu Supriansyah Yang juga merupakan Dosen UHAMKA menyampaikan bahwa Kegiatan pendampingan pembuatan soal evaluasi sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh guru-guru sekolah dasar Muhamamdiyah DKI Jakarta


Pendampingan pengembangan istrumen Evaluasi HOTS bagi guru-guru di Sekolah Dasar Muhammadiyah  merupakan salah satu program bagian dari pengabdian masyarakat yang harusnya dilakukan oleh Dosen sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang harus diterapkan di berbagai sekolah mitra UHAMKA. Terutama pada sekolah dibawah naungan Majelis Dikdasmen Jakarta Timur. Ungkapnya


Keadaan guru yang kurang termotivasi dalam membuat eavaluasi pembelajaran, mengakibatkan prestasi sekolah tidak meningkat. Sehingga guru sekedar hanya menggugurkan kewajiban saja hanya untuk mengajar. Begitu juga dengan rutinitas yang telah dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran dan sudah disibukan dengan kegiatan adminitratif yang harus diselesaikan oleh guru setelah pembelajaran berakhir, sehingga guru menganggap tidak ada waktu untuk membuat instrument penilaian berbasis HOTS. Guru dalam proses pembelajaran hanya mengandalkan satu metode atau bahkan tidak ada inovasi dalam proses pembelajaran sehingga guru kebingungan, evaluasi seperti apa yang cocok untuk digunakan dalam evaluasi pembelajaran.Sambungnya

Oleh karena itu Pimpinan wilayah Muhamamdiyah  DKI Jakarta, butuh konsistensi dan keseriusan dalam pembinaan guru-guru SD Muhamamdiyah sehingga dapat menciptakan branding sekolah Muhamamdiyah yang unggul. pungkasnya