Jogja, Jogja kota istimewa memang benar adanya. Salah satu destinasi favorit bagi wisatawan dalam negeri maupun asing. Begitu pula d...
Jogja, Jogja kota istimewa memang benar adanya. Salah satu destinasi favorit bagi wisatawan dalam negeri maupun asing. Begitu pula dengan kami, mahasiswa PGSD UHAMKA yang menjadikan kota Jogja ini menjadi destinasi akhir PKL. Meski tidak menetap lama tetap saja meninggalkan kesan mendalam bagi mahasiswa. Tepatnya Sabtu 29 Febuari 2020 kami mengujungi Sendratari Ramayana Ballet di kawasan Mandira Baruga, Purawisata, Yogyakarta. Ramayana yang biasanya kami kunjungi di Jakarta berbeda dengan malam ini. Yup benar sekali bukan Ramayana Department Store akan tetapi kisah Ramayana yang menceritakan tentang kisah cinta Rama dan Shinta. Secara singkat kisah ini menceritakan tentang ditolaknya cinta Rahwana sang Raja Alengka dan Raksasa yang memiliki sifat yang sombong dan kemauan yang tidak terbatas kepada Dewi Sita istri dari Sri Rama yang mengakibatkan diculiknya dewi Sita serta hancurnya Kerajaan Alengka oleh serangan Rama yang dibantu bangsa Wanara (manusia berekor monyet) dari kerajaan Kiseda. Lokasi pertunjukan tidak jauh dari pusat kota. Didalamnya tidak hanya terdapat teater pertunjukan saja tetapi juga terdapat halaman luas yang dijadkan tempat makan malam kami malam itu.
Saat memasuki teater pertunjukan pengunjung diberikan air mineral botol mungkin mengingat pertunjukan yang lumayan lama. Setelah masuk kedalam teater pertunjukan, didalamnya terdapat beberapa alat musik Gambang Kromong disisi kiri panggung dan set petunjukan yang menyerupai kerajaan. Sebelum pertunjukan dimulai terdapat seorang lelaki paruh baya yang membakar menyan dan menaburkan bunga disetiap sudut panggung. Satu persatu pemain Gambang Kromongpun menempati posisinya dan sindenpun mulai menembangkan lagu- lagu jawa. Pertunjukan diawali dengan penyambutan MC yang menyambut para penonton dan memperkenalkan beberapa karakter yang bermain dalam pertunjukan Ramayana tersebut. Setelah perkenalan tersebut lampu panggung mulai dimatikan pertanda akan dimulainya pertunjukan tersebut. Sinden mulai menembangkan cerita dengan iringan musik jawa yang kental. Adegan demi adegan cerita digambarkan menggunakan tarian yang sangat luwes dan indah. Tidak lupa lampu penerangan dan permianan musik Gambang Kromong yang semakin mendukung pertunjukan tersebut. Pertunjukan tidak selalu serius dan menegangkan, akan tetapi diselipkan tarian dan adegan- adegan lucu yang membuat penonton tertawa. Salah satu adegan lucu adalah saat raksasa- raksasa melawan Hanoman ( monyet Putih yang diutus Rama untuk menolong sita). Gerakan tarian dan ekspresi- ekspresi nyeleneh yang ditampilkan sangat menghibur. Tidak hanya itu, saat Hanoman akan dibakar juga menjadi adegan istimewa. Pasalnya, dipertunjukan atraksi- atraksi bermain api diatas panggung. Panggung saat itu kebul dengan asap tapi tenang asap yang ditimbulkan tidak menggangu pertunjukan, bahkan makin membuat pertunjukan mengesankan. Hancurnya kerajaan Alengka dan selamatnya Sita dari Rahwana menjadi akhir dari pertunjukan Ramayana. Pertunjukan malam itu sangat mengesankan. Hal- hal kecil dari pertunjukan tetap diperhatikan dan menjadi salah satu faktor pendukung pertunjukan tersebut. Tarian- tarian yang digerakkan juga sangat menakjubkan. Dengan berakhirnya penampilan ini menjadi akhir dari perjalanan PKL kami. Selamat tinggal wisata- wisata selamat tinggal Jogja. Terimakasih sudah mengukir salah satu memori indah untuk kami.
penulis: Galuh Narulita Mahasiswa Uhamka
Email: Narulita.Galuh@gmail.com