Koranmu.com - Tanah Lot merupakan salah satu objek wisata yang wajib yang di kunjungi oleh para wisatawan. Keindahan dan keunikan yang...
Koranmu.com - Tanah Lot merupakan salah satu objek wisata yang wajib yang di kunjungi oleh para wisatawan. Keindahan dan keunikan yang dimiliki Tanah Lot ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke Objek wisata yang berlokasi di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Pura di tengah laut dan sumber mata air yang tidak pernah mengering di bawah pura adalah beberapa keunikan yang dimiliki Tanah Lot Bali ini. Lalu sejarah apa yang tersimpan di Tanah Lot Bali ini?
Sejarah di mulai pada abad ke 16, datang salah seorang Maharsi yang berasal dari Gunung Raung bernama Danghiang Wiranta atau masyarakat di Lombok menyebutnya pangeran semeru. Danghiang Wiranta datang ke Bali untuk memenuhi panggilan dari Raja Bali dalam rangka menata kembali ajaran agama Hindu yang terkenal di Bali yaitu ajaran siwa. Danghiang Wiranta sendiri menganut ajaran Siwa. Pada proses menata kembali ajaran tersebut, sampailah Danghiang Wiranta di Desa Baraban yang berada dekat dengan sebuah pantai. Pada saat di Desa Baraban, Danghiang Wiranta melihat sebuah tanah yang menjorok ke laut yang disebut Injung. Danghiang Wiranta menjadikan injung tersebut sebagai tempat untuk bertapa.
Danghiang Wiranta pun menamai sendiri tempat tersebut dengan sebutan Tanah Lot, tanah yang berarti bumi tempat kita berpijak dan lot berarti kasar. Di sebut kasarkarena permukaan tanah yang keras dan kasar. Di situlah di bangun sebuah tempat pemujaan untuk para nelayan yang merupakan mata pencaharian utama di daerah tersebut. Tempat pemujaan tersebut di gunakan untuk memuja dewa laut sebelum para nelayan berpergian ke laut untuk menangkap ikan.
Itulah sepenggal sejarah yang di simpan Tanah Lot di balik keindahannya. Sejarah yang ada di lingkungan kita tidak bisa di lupakan begitu saja. Karena dengan sejarah kita akan mengetahui kehidupan sebelum kita. Salam dari kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah. Prof. Dr. Hamka, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulis : Siti Koliah dan Dr. Syafrul Kodri, M.Pd