Page Nav

HIDE

Ads Place

Data Program Konseling Berhenti Merokok Untuk Siswa SMA di DKI Jakarta

Data keyakinan Berhenti Merokok  Koranmu Indonesia -Mayoritas perokok remaja terdapat pada  tingkat pendidikan SMA. Siswa yang mulai meroko...

Data keyakinan Berhenti Merokok

 Koranmu Indonesia -Mayoritas perokok remaja terdapat pada  tingkat pendidikan SMA. Siswa yang mulai merokok dari usia yang lebih dini ternyata  lebih sulit untuk berhenti merokok karena status adiksi nya lebih tinggi dibandingkan  remaja yang “baru” mulai merokok di awal bangku SMA nya. Oleh karena itu,  pencegahan dan penanggulangan perilaku merokok sebaiknya sudah dimulai sejak  bangku SMA agar siswa tidak terlanjur terjerumus kecanduan merokok. Hal ini dituliskan Elia Nur A’yunin SKM, MKM dan Dr Sarah Handayani, SKM, M.Kes Dosen Fikes UHAMKA Dalam Laporan PKM yang dilakukan dengan Mitra Program PKM adalah Majelis Dikdasmen PMW DKI Jakarta.  yang dilakukan dari bulan Februari Hingga April 2020

Data Keyakinan Berhenti Merokok


Lebih Lanjut Dalam Laporan yang Berjudul : Pengembangan Program Konseling Berhenti  Merokok Untuk Siswa SMA Muhammadiyah  di DKI Jakarta tersebut Sebelumnya telah  berhasil memberdayakan siswa SMP sebagai peer educator, sehingga menjadi  memperkuat tim untuk membuat pemberdayaan kembali kepada siswa di tingkat SMA. Bertepatan dengan keadan masa pandemi maka kami melakukan sebuah upaya tersebut  dengan menggunakan sistem daring. Sehingga terbentuklah program learning dengan  menggunakan internet. Metode ini sudah banyak di kembangkan dan diterapkan di  banyak negara. Berbagai penelitian pun telah dilakukan untuk menguji efektifitas dari  pemberian KIE terkait rokok menggunakan learning program dengan penggunaan  internet / website maupun melalui applikasi di HP. Hasil evaluasi menunjukkan hasil  peningkatan keyakinan pada responden terkait terjadinya suatu perubahan perilaku  merokok walaupun masih di angap sulit. 

Selain itu juga meningkat kepercayaan diri  dan keyakinan responden terhadap kemampuan dan perannya dalam mengedukasi dan  membatu teman sebayanya untuk berhenti merokok dan menghindari perilaku tersebut  mayoritas perokok remaja  masih menempuh pendidikan SMA. Oleh karena itu, pencegahan dan  penanggulangan perilaku merokok sebaiknya sudah dimulai sejak bangku  SMA agar siswa tidak terlanjur terjerumus kecanduan merokok. Pemberian pengetahuan kepada remaja masih dinilai effektif untuk  dapat mencegah pada perilaku merokok. Ketersedian informasi yang benar  dan akurat terkait rokok dan perilakunya sangatlah dibutuhkan. 

Dengan  demikian kami berinovasi dalam bidang pemberian komunikasi, informasi  dan edukasi (KIE) menggunakan teknologi saat ini yakni internet. Inovasi  tersebut adalah pembuatan program health learning terkait rokok berbasis  internet. Inovasi ini diharapkan mampu memperluas jangkauan pemberian  KIE terkait rokok dan perilaku berhenti bagi siswa SMA di Kota DKI  Jakarta. Sehingga dapat menjadi upaya pananggulangan dan pencegahan  merokok pada remaja yang diandalkan oleh Kota DKI Jakarta.

  Solusi PKM adalah Pembuatan program learning berbasis internet ini mampu memperluas  jangkauan pemberian KIE terkait rokok dan perilaku berhenti bagi siswa SMA  Muhammadiyah di Kota DKI Jakarta. Sehingga dapat menjadi upaya  pananggulangan dan pencegahan merokok pada remaja yang diandalkan oleh Kota  DKI Jakarta. Namun karena terbentur pada masa pandemi, maka kami melakukan  pemberdayaan menggunakan daring atau jarak jauh. Kami juga mengganti sasaran  kami, menjadi kelompok siswa siswi yang lebih siap untuk mendapatkan  pembelajaran terkait upaya berhenti merokok. Harapannya kelompok masyarakat  tersebut, dapat menjadi peer educator bagi teman-teman sejawat lainnya. Dengan  demikian kami melakukan pemberdayaan dengan melakukan kerja sama dengan  ikatan PMR di jakarta. 

Pelaksanaan  

Metode pelaksanaan pengembangan media program learning yang  diperuntukkan untuk peer educator berhenti merokok, sebagai berikut:

 1. Tim pengabdian masyarakat membuat media edukasi, program learning  menggunakan google classroom dan membuat modul pembelajaran. 
 2. Tim merekrut kelompok anak yang tertarik untuk menjadi peer educator untuk  sebayanya berhenti merokok, yakni yang siap belajar dan berkomitmen penuh.
 3. Melakukan pendampingan terhadap kelompok sasaran yang memiliki kelompok  berhenti merokok, selama 1 minggu, tiap hari diberikan materi video, modul dan  diskusi terkait materi.  
4. Melakukan zoom meeting untuk pertemuan membangun komitmen dan  keterampilan persuasif. 
 5. Pengguna mengisi pre dan post test. 6. Tim pengusul program pengmas melakukan evaluasi tentang efektivitas website  untuk program berhenti merokok. 

 Sasaran pada pengabdian ini pada awal mulanya berjumlah 38 orang berasal  dari 3 sekolah di jakarta, yang merupakan perwakilan kelas X dan XI. Mayoritas  adalah perempuan (71,1%), usia peserta berkisar antara 15-17 tahun. Namun setelah berjalannya waktu pelaksanaan hingga akhir, jumlah peserta  yang menyelesaikan keseluruhan rangkaian kegiatahn berjumlah 26 orang. Dari  jumlah tersebut, mayoritas responden masih tetap mayoritas perempuan (84%) dan  memiliki kisaran usia 15-17 tahun. hanya saja mengalami responden lost sebanyak 12  orang. Setelah di konfirmasi kembali, hal tersebut kebayanyak dikarenakan  keterbatasan kuota, ketidak singkoran waktu kegiatan dengan kesibukan responden,  dan sebagian kecil dikarekan kurang minat.  

Hasil perbandingan persentasi antara nilai pretest dan postest menunjukkan  peningkatan keyakian responden terhadap perubahan perilaku perokok yang dapat  berhenti merokok. Keyakian responden terhadap kemampuan seseorang untuk  berhenti merokok telah meningkat, dari sini dapat kita lihat peningkatan keyakinan  pada responde menjadi lebih yakin bahwa seorang perokok dapat berhenti dari  perilaku merokoknya.  Selain itu peningkatan keyakian responden sebagai peer education untuk teman  sebayanaya, juga meningkat.hal tersebut menunjukkan keyakinan responden terhadap  kemampuannya untuk dapat memberikan edukasi dan membantu teman sebayanya  untuk berhenti merokok.  Hasil evaluasi kegiatannya secara keseluruhan mayoritas responden menyakatan  kepuasannya terhadap narasumber/fasilitator (50% sangat puas), isi materi (50%sangat puas) dan video-video (69% sangat mudah dipahami) dalam proses e- learning ini.

Tidak ada komentar

Ads Place