Page Nav

HIDE

Update

latest

Quo vadis: Penelitian Pendidikan Indonesia

Stevi Natalia “If we knew what we were doing it wouldn't be research” Albert Einstein Secara etimologi kata research, berasal dari suku ...

Stevi Natalia


“If we knew what we were doing it wouldn't be research”
Albert Einstein

Secara etimologi kata research, berasal dari suku kata dalam Bahasa Prancis yakni “researche” yang berarti “to search closely” atau “to investigate” for a specific person or thing. (sumber https://www.etymonline.com/), sedangkan jika meninjau dari Bahasa Indonesia penelitian berasal dari kata “teliti” yang bisa diartikan sebagai tindakan cermat dan akurat dalam mengamati suatu objek atau fenomena yang sedang dibicarakan, kemudian lebih lengkap lagi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penelitian diartikan sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.

 Jelas sekali bahwa penelitian merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan cermat untuk mengungkap fakta, menguji kebenaran atas sebuah teori atau fenomena yang diamati. Sehingga penelitian pendidikan merupakan hal yang penting untuk membantu mengungkap penyebab, memaksimalkan pencapaian dan mengevaluasi ketercapaian proses pendidikan di Indonesia. 

Indonesia adalah salah satu negara yang menyetujui petingnya pernanan Pendidikan. Pendidikan adalah kata yang memiliki cakupan luas. Banyak orang berpikir bahwa pendidikan  hanya terjadi di lingkungan lembaga formal seperti sekolah, universitas dan lembaga formal lainnya. Ki Hajar Dewantara selaku bapak pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid, pendidikan berperan menuntun anak-anak tumbuh berdasarkan kodratnya melalui bakat dan potensi unik dalam diri mereka masing-masing. Melihat Kembali betapa luhur dan pentingnya tujuan pendidikan, maka pendidikan perlu dilakukan dengan serius, cermat, efektif, berdaya guna dan dengan sebaik-baiknya.

 Penelitian pendidikan seharusnya menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan termasuk dalam pengambilan kebijakan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu penting mempublikasikan hasil penelitian agar temuan dari tindakan mengkaji secara mendalam dan teliti tersebut diketahui oleh para praktisi-praktisi pendidikan untuk dapat diimplementasikan dalam ranah pendidikan yang sedang dilakukan masing-masing.

Lalu bagaimana dengan kondisi saat ini, apakah penelitian pendidikan di Indonesia sudah benar-benar mendukung optimalisasi pendidikan di Indonesia? Jika sudah mengapa hasil PISA Indonesia masih memprihatinkan. Seraya menanti hasil Programme for International Student Assessment (PISA) terbaru yang dilaksanakan tahun 2022 lalu, perlu bagi kita terus bercermin pada hasil PISA-PISA sebelumnya, hasil PISA hampir selalu memberikan tamparan keras bagi kualitas sekolah-sekolah di Indonesia yang tak luput juga memberi tamparan keras bagi pendidikan di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis Organistion for Economic Co-operation and Develompment (OECD) titik kelemahan di bidang membaca adalah, terdapat 27% siswa Indonesia memiliki kompetensi dimana siswa hanya dapat menyelesaikan soal pemahaman teks termudah. Siswa kita hanya mampu mengambil infomasi yang disampaikan secara tersurat dan harfiah pada teks sederhana, dan tidak mampu jika pada teks panjang serta tidak mampu membuat kesimpulan sederhana.

Selanjutnya, dalam bidang matematika terdapat 71% siswa tidak mencapai tingkat kompetensi minimun matematika, kompetensi minimun bermakna bahwa siswa di Indonesia kesulitan dalam mencapai kompetensi penyelesaian masalah dengan menggunakan matematika. Sedangkan di bidang sains, 35% siswa Indonesia berada pada kompetensi tingkat 1a dan 17% di tingkat lebih rendah hal ini menggambarkan bahwa siswa Indonesia mengalami kelemahan dalam menggunakan bahan umum dan pengetahuan procedural untuk mengenal atau membedakan penjelasan tentang fenomena ilmiah sederhana.

 PISA adalah salah satu pengukuran yang digunakan untuk mengukur kualitas sekolah kita, namun secara lebih holistik evaluasi dapat dilakukan dalam perkembangan generasi masa depan bangsa. Banyaknya hoaks yang beredar, netizen yang memberi komentar atas informasi yang belum jelas dan memberikan pandangan yang memprovokatori masyarakat, selain itu banyaknya kasus kekerasan baik fisik dan juga seksual serta sikap intoleransi agama menunjukkan keprihatinan kita akan kondisi masa depan anak bangsa.

Penelitian pendidikan di Indonesia seharusnya bekerja dengan giat menggali akar masalah, menguji dan mengukur keefektifan solusi yang direkomendasikan. Namun terus bertambahnya hasil penelitian yang telah dipublikasikan seperti tidak memiliki kaitan pada pengembangan kualitas Pendidikan. Quo Vadis Penelitian Pendidikan di Indonesia adalah pertanyaan reflektif yang hendak mengingatkan kembali marwah dan tujuan luhur dari penelitian. Menciptakan ilmu pengetahuan baru yang diharapkan menghasilkan solusi terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Penelitian bukan dilakukan hanya untuk memenuhi tuntutan studi, kinerja sebagai dosen dan guru atau instansi lainnya.

Menarik kembali quotes penelitian oleh Albert Einstein, jika kita mengetahui apa yang sedang kita lakukan, itu bukanlah penelitian. Hal ini sering terjadi pada penelitian mahasiswa calon guru dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.), kebanyakan bukanlah meneliti namun mengerjakan laporan administrasi sebagai syarat meraih gelar. Sejalan dengan pandangan Prof Darhim, M. Pd salah satu Guru Besar Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia, kebanyakan peneliti melakukan penelitian yang dipublikasikan berorientasi pada kebutuhan administratif, mengejar kepangkatan dan memeroleh tunjangan sebagai pengajar. 

Tuntutan itu membuat banyak orang terlena dari tujuan mulia sebuah penelitian. Apakah semua kualitas penelitian seperti itu? Tentu tidak, tetap ada orang-orang yang berjuang menghasilkan kualitas penelitian dan publikasi yang baik secara kualitas dan ketika ada penelitian yang baik ini pun sering kali hasil itu tidak diketahui, dipelajari apalagi digunakan oleh guru-guru di kelas. Sehingga hasil-hasil baik dari penelitian pun tidak sampai ke ruang kelas siswa-siswi Indonesia. Hal ini perlu menjadi perhatian para guru yang adalah ujung tombak implementasi hasil penelitian pendidikan.

Quo vadis penelitian pendidikan di Indonesia adalah pertanyaan relektif dalam dunia penelitian pendidikan. Tulisan tentang quo vadis penelitian pendidikan di Indonesia  hendak mengajak para cendikiawan yang mengambil peran dalam pendidikan melakukan marwah penelitian pendidikan dengan penuh tanggung jawab. Tantangan jaman ini semakin keras dan pelik, masuknya semua sumber informasi yang hampir tanpa batas mengakibatkan kita yakni sebagai dosen penghasil calon guru, para mahasisswa calon guru, para guru, para praktisi mengajar dan pemegang kebijakan pendidikan harus bersatu padu, berkolaborasi bahu membahu mempertanggung jawabkan tugas luhur ini dalam meningkatkan kualitas pendidika di Indonesia. 

Meski mungkin saat ini disuatu tempat jerih lelah Anda belum tampak berarti, belum dihargai, namun teruslah berjuang demi masa depan Indonesia dan pastinya Tuhan Yang Maha Esa tidak menutup mata untuk semua perjuangan dan jerih lelah yang Anda berikan. Refleksi quo vadis penelitian pendidikan Indonesia, kita kembalikan dalam wujud konkrit pengabdian kepada sang Pencipta.

Penulis: Stevi Natalia
Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Penerima Beasiswa BPI 2022
Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKI





Tidak ada komentar