Ibarat penyakit, bila Amerika Serikat bersin, semua negara di dunia ikut kena dampaknya. Itulah salah satu efek kedigdayaan Amerika Se...
Trump Effect akan
terus meneror pelemahan nilai tukar rupiah. Setelah sempat melemah ke level Rp
13.485/US$ pekan depan, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan bergejolak.
Untuk sepekan ke depan prediksi rupiah masih akan berada di kisaran Rp
13.210-13.245/US$. Pengaruh eksternal terutama perkembangan AS pasca Trump
terpilih masih akan menjadi perhatian pasar.
Dari sisi
global, pelaku pasar masih mencermati rencana bank sentral Amerika Serikat, The
Fed, yang ingin mengurangi quantitative easing. Sehingga membuat
investor agak khawatir soal arus dana asing yang masuk ke negara berkembang (emerging
market). Itulah sebabnya pasar saham di regional jatuh.
Anjloknya
nilai tukar rupiah karena pengaruh keluarnya modal (capital
outflow) dari pasar obligasi. Investor asing khawatir bahwa
bank sentral AS akan segera menaikkan suku bunga acuan. Hal ini dikarenakan
program ekonomi yang diusung Donald Trump akan memicu inflasi. Catatan
fundamental ekonomi Indonesia yang kinclong tak berdaya melawan isu kemenangan
Trump, ditambah lagi ada kegaduhan politik yang terjadi di dalam negeri.
Sementara
itu, aksi demo yang terjadi pada bulan ini menambah risiko politik di dalam
negeri yang membuat investor tidak nyaman untuk berinvestasi. Bagi investor
asing, kestabilan politik menjadi isu penting dalam melakukan investasi. Reformasi
pajak masih harus terus dilanjutkan untuk menurunkan corporate
tax rate, sehingga Indonesia bisa lebih kompetitif dibanding
Singapura, Thailand dan Malaysia.
Fenomena capital
outflow di pasar modal dan pelemahan rupiah harus diakui terjadi
akibat sejumlah variabel ekonomi yang saat ini kurang baik. Neraca transaksi
berjalan masih defisit serta pertumbuhan ekonomi melambat. Capital
outflow di lantai bursa terjadi akibat sejumlah faktor.
Terutama prediksi pertumbuhan ekonomi nasional dan tingginya penguatan indeks
harga saham gabungan (IHSG) sejak awal tahun. Merujuk data Bloomberg
(2016), di Asia capital
outflow investor asing dari Indonesia selama bulan ini melampaui
aliran dana keluar, investor asing dari Filipina sebesar Rp940,7 miliar dan
Thailand sebesar Rp664,6 miliar.
Dari segi
internal, ekonomi Indonesia masih melambat, para ahli menilai dari perkembangan
harga komoditas dan tax amnesty memberikan dampak
fundamental jangka panjang lebih baik untuk Indonesia. Investor asing masih
melanjutkan tren pelepasan portofolio dengan capaian net sell Rp615,77
miliar pada akhir pekan lalu.
Prediksinya,
pasar SUN Indonesia masih berprospek positif setidaknya hingga medio 2017.
Dengan catatan, jika pemerintah mengintervensi rupiah sehingga rupiah tidak
turun tajam. Koleksi SUN yang tepat untuk dimiliki investor pun berubah menjadi
jangka menengah dari sebelumnya jangka panjang.
Ditambah lagi
kondisi jatuhnya harga obligasi pekan lalu, diperkirakan imbal hasil SUN 10
tahun pada akhir tahun ini bertengger di posisi 7%. Itu pun dengan nada
optimistis, bila rupiah tidak terus mengkerut terkena sentimen Trump.
Perunya BI
dalam merespons ketidakpastian pasar global paska pemilu AS, di tengah
stabilitas ekonomi dalam negeri yang terjaga. Dengan inflasi yang rendah dan
defisit transaksi yang terkendali. Ketidakpastian yang tinggi pada pasar global
biasanya akan membuat investor kurang berminat masuk pada lelang Surat Berharga
Negara (SBN) yang akan diadakan pemerintah pada akhir tahun ini. Jika total
permintaan yang masuk kecil, pemerintah terpaksa harus menyerap lelang SBN
dengan yield tinggi. Hal ini bisa meningkatkan cost of
fund yang ditanggung pemerintah.
BI harus
melakukan intervensi pasar valuta asing dengan pembelian SBN (surat berharga
negara) di pasar sekunder. BI harus mendorong perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) untuk melakukan buyback saham, yang tentunya nanti akan
berkontribusi menyehatkan indeks harga saham gabungan (IHSG). Diharapkan hal
tersebut mendorong nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi semakin baik.
Pemerintah harus
segera mencari solusi alternatif. Bagaimana mengatasi defisit pada pendapatan
primer Indonesia?. Besarnya jumlah investor asing sebesar 64% dan 50% dalam
menguasai pasar saham dan reksadana di Indonesia harus segera diminimalkan.
Pemerintah juga dapat melakukan capital control secara ketat. Capital
control dapat diartikan sebagai usaha pemerintah dalam mengendalikan aliran
modal, baik yang masuk, maupun keluar. Hal ini perlu dilakukan karena saat ini
aliran keluar masuk modal sangat bebas dan lebih banyak digunakan oleh investor
asing untuk memanfaatkan keuntungan dari berinvestasi di Indonesia.
Masih ada
harapan seiring dengan surplusnya Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada
kuartal III-2016 sebesar US$ 2,09 miliar. Terus turunnya suku bunga acuan Bank
Indonesia juga ikut menyumbang penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
pada pekan depan. Pemerintah masih harus tetap waspada karena volatility
masih akan membayangi pasar keuangan Indonesia karena pasar masih menanti
susunan kabinet presiden terpilih dan bagaimana kinerja Trump selama 100 hari
pertama.
Dengan zaken
kabinet yang akan diterapkan Trump. Publik akan menilai seberapa besar harapan
akan kepastian distribusi dolar Amerika pada negara berkembang. Kepastian
ekonomi Amerika akan selalu ditunggu. Bukan lagi hanya zaken kabinet
melainkan pula kebijakan ekonomi yang bisa menguntungkan negara berkembang
khususnya Indonesia yang baru memulau babak baru pertumbuhan ekonomi.
Penulis : Edi Setiawan adalah Dosen FEB UHAMKA
Tidak ada komentar