Page Nav

HIDE

Ads Place

Gejolak Ekonomi Pasca AS Berulah

Ibarat penyakit, bila Amerika Serikat bersin, semua negara di dunia ikut kena dampaknya. Itulah salah satu efek kedigdayaan Amerika Se...




Ibarat penyakit, bila Amerika Serikat bersin, semua negara di dunia ikut kena dampaknya. Itulah salah satu efek kedigdayaan Amerika Serikat sebagai pusat ekonomi dunia. Tak bisa dipungkiri efek domino atas pelemahan ekonomi AS mampu menyihir atas melemahnya mata uang dunia. Pelemahan ekonomi AS terus meneror cadangan dolar Amerika di setiap negara. Apalagi Paska terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS), sebagian negara mulai panik akan ketersediaan dolar Amerika. 
Trump Effect akan terus meneror pelemahan nilai tukar rupiah. Setelah sempat melemah ke level Rp 13.485/US$ pekan depan, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan bergejolak. Untuk sepekan ke depan prediksi rupiah masih akan berada di kisaran Rp 13.210-13.245/US$. Pengaruh eksternal terutama perkembangan AS pasca Trump terpilih masih akan menjadi perhatian pasar.
Dari sisi global, pelaku pasar masih mencermati rencana bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang ingin mengurangi quantitative easing. Sehingga membuat investor agak khawatir soal arus dana asing yang masuk ke negara berkembang (emerging market). Itulah sebabnya pasar saham di regional jatuh.
Anjloknya nilai tukar rupiah karena pengaruh keluarnya modal (capital outflow) dari pasar obligasi. Investor asing khawatir bahwa bank sentral AS akan segera menaikkan suku bunga acuan. Hal ini dikarenakan program ekonomi yang diusung Donald Trump akan memicu inflasi. Catatan fundamental ekonomi Indonesia yang kinclong tak berdaya melawan isu kemenangan Trump, ditambah lagi ada kegaduhan politik yang terjadi di dalam negeri.
Sementara itu, aksi demo yang terjadi pada bulan ini menambah risiko politik di dalam negeri yang membuat investor tidak nyaman untuk berinvestasi. Bagi investor asing, kestabilan politik menjadi isu penting dalam melakukan investasi. Reformasi pajak masih harus terus dilanjutkan untuk menurunkan corporate tax rate, sehingga Indonesia bisa lebih kompetitif dibanding Singapura, Thailand dan Malaysia.
Fenomena capital outflow di pasar modal dan pelemahan rupiah harus diakui terjadi akibat sejumlah variabel ekonomi yang saat ini kurang baik. Neraca transaksi berjalan masih defisit serta pertumbuhan ekonomi melambat. Capital outflow di lantai bursa terjadi akibat sejumlah faktor. Terutama prediksi pertumbuhan ekonomi nasional dan tingginya penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak awal tahun. Merujuk data Bloomberg (2016), di Asia capital outflow investor asing dari Indonesia selama bulan ini melampaui aliran dana keluar, investor asing dari Filipina sebesar Rp940,7 miliar dan Thailand sebesar Rp664,6 miliar.
Dari segi internal, ekonomi Indonesia masih melambat, para ahli menilai dari perkembangan harga komoditas dan tax amnesty memberikan dampak fundamental jangka panjang lebih baik untuk Indonesia. Investor asing masih melanjutkan tren pelepasan portofolio dengan capaian net sell Rp615,77 miliar pada akhir pekan lalu.
Prediksinya, pasar SUN Indonesia masih berprospek positif setidaknya hingga medio 2017. Dengan catatan, jika pemerintah mengintervensi rupiah sehingga rupiah tidak turun tajam. Koleksi SUN yang tepat untuk dimiliki investor pun berubah menjadi jangka menengah dari sebelumnya jangka panjang.          
Ditambah lagi kondisi jatuhnya harga obligasi pekan lalu, diperkirakan imbal hasil SUN 10 tahun pada akhir tahun ini bertengger di posisi 7%. Itu pun dengan nada optimistis, bila rupiah tidak terus mengkerut terkena sentimen Trump. 
Perunya BI dalam merespons ketidakpastian pasar global paska pemilu AS, di tengah stabilitas ekonomi dalam negeri yang terjaga. Dengan inflasi yang rendah dan defisit transaksi yang terkendali. Ketidakpastian yang tinggi pada pasar global biasanya akan membuat investor kurang berminat masuk pada lelang Surat Berharga Negara (SBN) yang akan diadakan pemerintah pada akhir tahun ini. Jika total permintaan yang masuk kecil, pemerintah terpaksa harus menyerap lelang SBN dengan yield tinggi. Hal ini bisa meningkatkan cost of fund yang ditanggung pemerintah.
BI harus melakukan intervensi pasar valuta asing dengan pembelian SBN (surat berharga negara) di pasar sekunder. BI harus mendorong perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan buyback saham, yang tentunya nanti akan berkontribusi menyehatkan indeks harga saham gabungan (IHSG). Diharapkan hal tersebut mendorong nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi semakin baik.
Pemerintah harus segera mencari solusi alternatif. Bagaimana mengatasi defisit pada pendapatan primer Indonesia?. Besarnya jumlah investor asing sebesar 64% dan 50% dalam menguasai pasar saham dan reksadana di Indonesia harus segera diminimalkan. Pemerintah juga dapat melakukan capital control secara ketat. Capital control dapat diartikan sebagai usaha pemerintah dalam mengendalikan aliran modal, baik yang masuk, maupun keluar. Hal ini perlu dilakukan karena saat ini aliran keluar masuk modal sangat bebas dan lebih banyak digunakan oleh investor asing untuk memanfaatkan keuntungan dari berinvestasi di Indonesia.
Masih ada harapan seiring dengan surplusnya Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada kuartal III-2016 sebesar US$ 2,09 miliar. Terus turunnya suku bunga acuan Bank Indonesia juga ikut menyumbang penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pekan depan. Pemerintah masih harus tetap waspada karena volatility masih akan membayangi pasar keuangan Indonesia karena pasar masih menanti susunan kabinet presiden terpilih dan bagaimana kinerja Trump selama 100 hari pertama.
Dengan zaken kabinet yang akan diterapkan Trump. Publik akan menilai seberapa besar harapan akan kepastian distribusi dolar Amerika pada negara berkembang. Kepastian ekonomi Amerika akan selalu ditunggu. Bukan lagi hanya zaken kabinet melainkan pula kebijakan ekonomi yang bisa menguntungkan negara berkembang khususnya Indonesia yang baru memulau babak baru pertumbuhan ekonomi.   


Penulis : Edi Setiawan  adalah Dosen FEB UHAMKA



Tidak ada komentar

Ads Place