Tanaman dan Tunas Muhammadiyah untuk Islam yang sebenar-benarnya Allah SWT berfirman dalm (Q.S Al-Fath: 29) Yaitu seperti...
Tanaman dan Tunas Muhammadiyah untuk Islam yang sebenar-benarnya
Allah SWT berfirman dalm (Q.S Al-Fath: 29)
Yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.
Potongan
ayat di atas, mengutarakan arti sebuah tunas “seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya
maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak
lurus di atas pokoknya”. Dari petikan ayat ini, timbul pertanyaan, mengapa
tanaman bisa kokoh karena tunas? Apa arti sebuah tunas? Dan apa artinya kader
bagi Muhammadiyah?
Tanaman dan Tunas; Muhammadiyah dan
Kader
Dalam
tataran ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup (Biologi), tunas dikenal
sebagai sarana regenerasi yang bertujuan untuk berkembangbiak. Tumbuhnya tunas
memberikan kelangsungan hidup bagi tanaman induk. Membentuk rumpun dan mengakar
pada tanah yang luas. Rumpun yang mengakar memfungsikan dirinya sebagia
penopang bagi batang, juga menyerap makanan melalui xilem dan floem.
Artinya,
tanaman bisa berdiri kokoh karena hadirnya tunas di sisinya. Begitu juga halnya
dengan Muhammadiyah. Muhammadiyah berdiri kokoh karena adanya kader. Hal itu
tidak akan terjadi tampa adanya regenerasi sebagai penyambung tali perjuangan.
Regenerasi tersebut adalah kader itu sendiri.
Jika
pada pohon pisang, tunas tumbuh dari sisi batang pisang (induk), terus tumbuh
hingga menjadi rumpun dan menjadi dewasa. Kemudian, jika proses reproduksi
telah sempurna dan masa buah tiba, maka gilirannya menggantikan induk untuk
berbuah. Terakhir, buah-pun dinikamati oleh Petani.
Maka
bagi kader sendiri, ia tumbuh di sisi Muhammadiyah. Mendampingi dan menjadi
saksi perjuangan muhammadiyah. Tumbuh dan membentang keseluru penjuru negeri.
Hingga tiba waktu baginya untuk menggoreskan sendiri tinta sejarah perjuangannya
untuk Muhammadiyah. Seperti kata pepatah-petitih khas Muhammadiyah “sebelum patah telah tumbuh, sebelum hilang
telah berganti”; “kader adalah anak panah Muhammadiyah yang siap dilepaskan
keberbagai arah sasaran”.
Arti kader (tunas) bagi Muhammadiyah
(induk)
Mungkinkah
tunas dapat diilustrasikan sebagai kader, dan Muhammadiyah sebagai pohon induk.
Jawabannya adalah tentu bisa.
Muhammadiyah
merupakan organisasi yang berdiri di tengah-tengah Negara Kesatuan Republik
Indonesai (NKRI). Organisasi dakwah yang mulai mengisi perannya sejak 1912,
berdikari mengisi sendi-sendi kecil yang tidak dapat dicapai oleh negara.
Qismul Arqo (1918) adalah sendi pertama yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan
dalam ranah pendidikan. Kemudian, sendi-sendi selanjudnya diisi dengan
mendirikan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) pada 1923
dalam kepentingan kesehatan kaum Duafa. Dan terus bereproduksi dalam citanya
merealisasikan kemurnian ajaran tauhid di tengah-tengah polemik kejumudan
masyarakat.
Muhammadiyah
dalam menginjak usia abad ke 2-nya, tentu bukanlah sesuatu yang sederhana,
apalagi jika dikatakan mudah. Perlu proses panjang dan niat tulus dalam
mewujudkan perannya sebagai organisasi dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Sampai pada masa ini, tentu bukanlah
semata-mata peran dari KH. Ahmad Dahlan saja. Tetapi, berkat regenarasi yang
baik dan dipelopori oleh kader serta gagasan tajdid, dengan membentuk sebuah organisasi. Dimana dari organisasi
tersebutlah tercetus istilah kader.
Kader
sendiri bagi Muhammadiyah bertujuan untuk kelangsungan regenerasi dan suksesi
kepemimpinan yang terjaga, serta pertambahan personil yang memperkuat barisan
dakwah dan jihad yang terorganisir (MPK PP Muhammadiyah, 2015).
Singkatnya,
kader adalah penyambung lidah, tangan, kaki, dan fikiran Muhammadiyah dalam
mewujudkan Islam yang sebenar-benarnya. Tidak akan Muhammadiyah sampai di abad
keduanya, tampa kader yang menyambung tali perjuangannya. Tidak akan
Muhammadiyah melambung tinggi sampai pada tataran internasional, tampa kader
yang mempeloporinya. Dan tidak akan Muhammadiyah bisa berdiri kokoh, tampa ada
kader yang menompang singgasananya.
Akhirnya,
umat adalah alasan muhammadiyah dilahirkan, dan kader adalah alasan
Muhammadiyah untuk terus berjuang.
Penulis : Darlin Rizki Mahasiswa Hukum
Ekonomi Syariah/FAI UMS
Tidak ada komentar