Page Nav

HIDE

Update

latest

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia   Fundamental ekonomi Indonesia terus menguat. Penguatan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang tin...

Perekonomian Indonesia

ekonomi.jpg (400×300)  

Fundamental ekonomi Indonesia terus menguat. Penguatan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bank Dunia (World Bank) pun memproyeksikan Indonesia tahun 2017 ini sebesar 5,2 persen. Pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat serta harga komoditas yang lebih tinggi dinilai menjadi pendorong utama. Pertama kali pertumbuhan ekonomi naik dalam 5 tahun terakhir. PDB 2016 mencapai 5,02 persen naik dari 2015 yang mencapai 4,9 persen. Setelah pada tahun 2016 menguat, pertumbuhan ekonomi pada 2017 diharapkan dapat sangat membantu bagi harga komoditas dan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,2 persen pada tahun 2017 dan di tahun 2018 5,3 persen.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga dinilai akan meningkat. Karena nilai tukar rupiah yang stabil. Sementara, upah rill yang lebih tinggi dan angka pengangguran yang berkurang memberi dorongan bagi peningkatan daya beli konsumen. Pertumbuhan investasi swasta juga diperkirakan meningkat oleh harga komoditas yang sudah pulih kembali serta efek pelonggaran moneter serta reformasi ekonomi baru-baru ini. Pada waktu yang sama, harga komoditas yang lebih tinggi akan mengurangi resiko-resiko fiskal dan belanja pemerintah meningkat, sedangkan pertumbuhan global yang kuat akan meningkatkan kegiatan ekspor.

Tahun 2017 ini telah menghasilkan langkah awal yang kuat dan bagus pada kebijakan fiskal, yaitu dengan membaiknya penerimaan dan kualitas belanja, menciptakan meningkatnya perekonomian. Berjalannya anggaran sampai akhir bulan Mei membuktikan mengecilnya defisit fiskal dibandingkan tahun lalu dengan periode yang sama. Untuk tahun 2017 defisit fiskal diperkirakan mencapai 2,6 persen dari PDB.

Indonesia terus mengalami penyusutan defisit neraca berjalan sebesar 1,0 persen dari PDB, dengan didukungnya ekpor yang lebih tinggi meningkat dibandingkan dengan impor, belum lagi dengan guncangan positif perdagangan reguler yang terus berjalan. Pada tahun 2017, secara menyeluruh defisit transaksi belanja tersebut diprediksi tidak berubah dari tahun 2016 sebanyak 1,8 persen dari PDB.

Lingkungan global yang menunjang, ditambah kondisi fundamental di negeri ini yang kokoh, telah membuat perekonomian Indonesia di tahun 2017 berdiri dengan kokoh atau kuat. Pelaksanaan dan kredibilitas fiskal telah membaik, dengan bagaimana dibuktikannya peningkatan peringkat kredit dari Standard and Poor atau S&P, dengan terangkatnya oleh pulihnya tingkat konsumsi pemerintah dan melonjaknya nilai ekspor.

Walaupun beberapa bulan terakhir sudah mereda, ketidakpastian global dan yang utama ancaman meningkatnya proteksionisme internasional terus memunculkan risiko merugikan yang substansial terhadap penyembuhan baru-baru ini dalam perdagangan global.

Selama 15 tahun terakhir penanaman modal asing (PMA) telah berkembang, namun dibandingkan dengan negara-negara lain masih merupakan bagian kecil dari PDB. Untuk mengevaluasi ulang pembatasan PMA, terutama di sektor-sektor yang termasuk dalam daftar negatif investasi, untuk mendorong lebih banyak lagi arus PMA yang masuk.

Namun, Indonesia juga masih perlu mewaspadai kondisi global saat ini. Yaitu antara lain dari perubahan dalam kebijakan perdagangan di negara-negara maju, perubahan yang tidak terduga dalam kebijakan moneter AS, ketidakpastian politik di Eropa, meningkatnya inflasi domestik yang berkepanjangan, dan penerimaan fiskal yang lemah memberikan resiko penurunan yang signifikan. Pihak pemerintah masih mewaspadai resiko agar bisa menjangkau setiap peluang dengan hati-hati. Peluang yang datang juga berasal dari perekonomian global sehingga meningkatkan perekonomian Indonesia. Pihak pemerintah juga harus memastikan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan baik sehingga memberi peluang yang signifikan bagi seluruh rakyat.

Sementara, Bank Dunia memproyeksi laju inflasi yang melonjak dari 3,5 persen pada tahun 2016 menjadi 4,3 persen di tahun 2017 ini. Pendorongnya adalah adanya penyesuaian tarif listrik dan pajak kendaraan bermotor. Namun demikian, inflasi diproyeksikan akan kembali turun pada tahun 2018, karena efek kenaikan harga menghilang. Defisit fiskal juga diproyeksikan akan meningkat oleh karena meningkatnya investasi infrastruktur publik. Keseimbangan fiskal pemerintah pusat diproyeksikan sebesar 2,6 persen dari PDB pada tahun 2017, lebih besar dan defisit sebesar 2,4 persen dalam APBN pemerintah tahun 2017 yang sudah disetujui.

Belanja publik yang lebih tinggi, sebagian karena adanya upaya baru untuk meningkatkan investasi insfrastruktur publik, diharapkan sebagian akan adanya upaya baru untuk meningkatkan investasi infrastruktur publik, diharapkan sebagian akan diimbangi oleh pertumbuhan PDB yang lebih kuat dan dividen dari reformasi kebijakan administrasi dan perpajakan.

Didukung oleh nilai rupiah yang stabil dan menurunnya inflasi pertumbuhan konsumsi swasta menguat. Didukung oleh pemulihan harga komoditas yang terus berlanjut, reformasi untuk memperbaiki lingkungan bisnis yang terus berlanjut, menurunnya tingkat suku bunga, dan sentimen bisnis yang lebih baik juga menyebabkan pertumbuhan investasi yang terus menguat.

Peningkatan laju inflasi yang berkepanjangan oleh karena kenaikan harga, dapat menimbulkan resiko penurunan yang besar bagi pertumbuhan konsumsi. Terlepas dari gejolak nilai tukar, konsumen pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga, terutama harga makanan, dan konsumsi rumah tangga merupakan bagian dominan perekonomian Indonesia.

Jika inflasi tetap tinggi dan lebih lama dari perkiraan, pengeluaran konsumen dapat menurun, yang menyebabkan pertumbuhan output yang lebih rendah. Selain itu, Bank Indonesia dapat terdorong untuk memperketat kebijakan moneter, yang juga akan meredam pertumbuhan investasi.

Ekspektasi perekonomian Indonesia kedepan lebih baik sehingga membuat kepercayaan konsumen di Indonesia meningkat. Masyarakat dan konsumen percaya pemerintah telah bekerja dengan lebih baik, tergambar pada laju inflasi yang terkendali, yang terbukti pada harga pangan yang relatif stabil. Dan masyarakat juga konsumen percaya, perekonomian yang meningkat atau membaik akan mendorong meningkatnya laju investasi. Meningkatnya investasi ini akan berefek pada terciptanya lapangan kerja dan peningkatan pendapatan perkapita, sehingga daya beli pun meningkat.

Pada akhirnya itu semua merupakan modal dan harapan  bagi ekonomi Indonesia yang lebih baik. Kepercayaan masyarakat dan konsumen juga dapat berdampak positif terhadap meningkatnya kepercayaan investor terhadap Indonesia. Kini tugas yang seharusnya dilaksanakan pemerintah adalah memastikan setiap kebijakan yang dikeluarkan dan tugas yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik. Misalnya, menjaga iklim investasi tetap kondusif dan aktraktif. Pembangunan infrastruktur harus dipercepat, deregulasi terus didorong, serta paket kebijakan ekonomi yang ada harus terus dikawal agar terimplementasi dengan baik.

Dengan publik berharap naiknya kepercayaan masyarakat dan konsumen, kepercayaan investor, dan apresiasi dunia internasional terhadap kinerja pemerintah Indonesia menjadi senjata dan bukti bagi terjadinya pembuktian perekonomian secara lebih nyata. Jika momentum yang dapat dimanfaatkan dan dilaksanakan secara optimal dan didukung oleh laju kebijakan yang konsisten dan stabil, dipercaya pertumbuhan ekonomi yang terus maju bukanlah sesuatu yang sulit diraih dan bukan angan-angan semata dan mengenai pentingnya meningkatkan investasi pada pengembangan usia dini. Pada usia dini integrasi lebih baik pada program dan menghasilkan program yang lebih baik dan optimal.

Sumber Artikel : http://www.worldbank.org/in/country/indonesia/publication/indonesia-economic-quarterly-june-2017 Sumber Gambar : https://www.google.co.id/search?q=gambar+perekonomian&client=ms-android-samsung&prmd=inmv&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwignobE8fLXAhVKsY8KHZSRC5IQ_AUIESgB&biw=412&bih=652&dpr=2.63#imgrc=FcYL3trwhAdB7M:

Tidak ada komentar