Pemuka Agama Imbau Rumah Ibadah Tak Dijadikan Kampanye ... ...
-
VIVA â" Para pemuka agama mengimbau agar rumah ibadah tidak dijadikan tempat kampanye politik. Ketua Umum Persatuan Gereja-gereja Indonesia, Henriette T. Hutabarat Lebang menyatakan, pihaknya sudah menyampaikan imbauan tersebut kepada gereja-gereja.
"PGI dalam surat pastoral mengimbau semua gereja untuk tidak menjadikan rumah ibadah atau mimbar jadi ajang kampanye," kata Henriette di Jakarta, Kamis, 27 September 2018.
Henriette mengungkapkan, setiap jemaat memiliki pandangan politik yang berbeda. Namun, meminjamkan mimbar ibadah untuk kampanye diprediksi bisa membuat kegaduhan.
"Sebab pilihan politik jemaat beda. Kalau mimbar dijadikan bisa jadi perpecahan," kata dia.
Sementara itu, perwakilan Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Philip Widjaja mengatakan hal senada. Ia menegaskan vihara bukanlah sarana kampanye. Mereka menilai pembiaran kampanye politik di mimbar bisa menggiring opini seseorang.
"Saya kira selama ini Buddha jarang sekali ada kejadian mimbar jadi ajang politik. Kita serahkan kebebasan ini terhadap individu tidak ada pemasangan dan penggiringan opini," kata dia.
Perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin menyatakan bahwa politik dan agama adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini, kata Din, tercantum dalam ajaran agama Islam.
Lihat Juga
-
Pemilu 2019, Surat Suara Pilpres Lebih Dulu Dihitung Ketimbang Pileg
-
Bupati Asal Gerindra Ini Setia pada Presiden Jokowi
-
PKS Yakin Efek Sandiaga Lebih Kuat Ketimbang Yenny Wahid
Tapi, menurutnya, penggabungan antara agama dan politik hendaknya diikuti dengan memperhatikan nilai-nilai dan etika moral yang ada.
"Kaitan agama dan politik itu tidak terelakkan, tapi memiliki etika dan moral. Berbicara tentang moralitas dari sudut pandangan agama, tempat ibadah tidak seharusnya jadi kampanye politik apalagi untuk mendukung seseorang," ujar dia.
Para tokoh agama menyerukan kampanye beradab. Mereka terdiri atas Din Syamsuddin sebagai perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Romo Endro, yang mewakili Konferensi Wali Gereja Indonesia dan Ketua Umum PGI Henriette T. Hutabarat Lebang.
Kemudian hadir pula Nyoman Udayana mewakili Parisada Hindu Dharma Indonesia, Philip Widjaja mewakili Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Uung Sendana dari Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), dan Bhikkhu Cittajayo dari Sangha.
Mereka berpesan agar para penyelenggara pemilu bisa mewujudkan pemilu yang berkualitas.
-
Tidak ada komentar