Perjalanan sebuah organisasi akan selalu menghadapi tantangan di setiap zamannya. Sebab itulah setiap insan di dalam organisasi ters...
Perjalanan sebuah organisasi akan selalu
menghadapi tantangan di setiap zamannya. Sebab itulah setiap insan di dalam
organisasi tersebut mesti sadar dan mau senantiasa berintrospeksi untuk
mewujudkan laju organisasi yang lebih baik.
Tak terkecuali Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) yang saat ini sudah genap berusia 55 tahun. Refleksi dan
autokritik secara radikal mesti dilakukan untuk berbenah dan memperbaiki diri.
Buku Manifesto Cendekiawan Berpribadi ini
menjadi salah satu kado untuk milad IMM yang ke-55 tahun.
Buku berisi kumpulan
tulisan kader IMM ini setidaknya mampu menjadi jawaban bagi para kader untuk
kembali mengenal organisasinya lebih dalam, bagaimana peran sebagai
intelektual, dan mengapa kader IMM disebut cendekiawan berpribadi.
Seorang cendekiawan Muslim dan sejarawan
terkemuka Kuntowijoyo mengatakan, menjadi cendekiawan Muslim itu berat,
selain mengurus masalah internal umat, masih harus ikut memikirkan masalah eksternal,
yaitu masalah nasional dan masalah global.
Bertolak dari pernyataan itulah, maka
menjadi kader IMM sejati tidak bisa dengan berleha-leha. Mesti banyak berpikir,
merenung, dan membaca. Baru kemudian akan ditemui jati diri sebagai cendekiawan
berpribadi.
Testimoni
Cendekiawan berpribadi merupakan istilah
yang sangat tepat untuk menyebut kader muda Muhammadiyah. Sebab itulah spirit
sebagai cendekiawan mesti dimiliki kader-kader IMM yang bergelut di dunia
intelektual. Dengan begitu kader IMM tidak hanya larut dalam diskusi dan adu
wacana saja, melainkan juga mampu berbuat dan berkarya untuk persyarikatan dan
bangsa. Sebagaimana jargonnya, ilmu amaliah dan amal ilmiah. Buku ini menjadi
salah satu bukti bahwa nalar kecendekiawanan kaum muda Muhammadiyah itu masih
ada dan dirawat dengan baik. Kader muda Muhammadiyah wajib memiliki dan membacanya.
– Cak Nanto. Ketua Umum PP Pemuda
Muhammadiyah
Buku Manifesto
Cendekiawan Berpribadi merupakan salah satu dari referens iIkatan yang
mulai tumbuh. Karya ini merupakan bacaan wajib kader Ikatan,
dikarenakan dalam buku tersebut membahas refleksi organisasi khususnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan perannya dalam melakukan transformasi sosial. Karya ini berisi tentang kumpulan dari berbagai kader Ikatan yang
melakukan kajian terhadap organisasi serta cara melakukan pemberdayaan seperti penggagasan Sekolah
Rakyat (pendidikan untuk semua) dan berkolaborasi/membangun mitra dengan lembaga yang
lain. Walaupun kurang sistematis dalam pembahasan nilai-nilai Ikatan,
buku ini cukup mendalam pengaplikasian ideologi Ikatan dalam memecahkan persoalan di
realitas sosial. Buku Manifesto
Cendekiawan Berpribadi menghadirkan spirit literasi dalam Ikatan,
sehingga dapat memberikan cahaya untuk pencerahan peradaban. – Muhammad Abdul Halim Sani. Penulis Buku Manifesto Gerakan Intektual Profetik
Kata orang
bijak, goresan tinta ulama tak kalah dengan percikan darah syuhada. Buku ini merupakan goresan pena hasil buah pikir
para cendekiawan muda yang lahir dari rahim IMM.
kita perlu mengapresiasi sembari memelihara budaya literasi di tengah-tengah Ikatan.
Selamatmembaca!
– Robby Rodliyya Karman. Sekretaris Jenderal DPP IMM
2018-2020
Perjalanan IMM yang akan memasuki usia satu abad
membutuhkan refleksi gerakan dari para kadernya. Adanya ruang refleksi bagi
gerakan IMM akan menghadirkan gerakan inklusif, progresif, dan adaptif terhadap
dinamika dan perkembangan zaman yang kian kompleks. Artinya, secara kolektif
gerakan IMM harus terus melakukan evaluasi dan refleksi gerakan, khususnya pada
saat milad yang hampir dirayakan setiap tahun. Hadirnya buku Manifesto
Cendekiawan Berpribadi ini patut untuk dijadikan bahan refleksi gerakan IMM
secara kolektif. – Makhrus Ahmadi.
Penulis Buku Genealogi Kaum Merah,
pendiri Penerbit Litera
Manifesto Cendekiawan
Berpribadi merupakan bacaan
wajib bagi kader IMM. Di dalam buku ini kita bisa menemukan serpihan-serpihan
pemikiran, ide, dan inspirasi bagi gerakan IMM di akar rumput. Ada tiga spirit
terdapat dalam buku ini. Di antaranya, spirit literasi, spirit membongkar dan
menggali substansi perjalanan gerakan IMM, dan spirit untuk bermasyarakat.
Tentu saja sub-subjudul dalam buku ini amat menarik untuk menyikapi kondisi IMM
kekinian, tujuannya tak lain untuk menjadikan IMM lebih baik dan membumi. Sebab
itulah kemudian, buku ini menjadi pilihan tepat untuk kita melengkapi referensi
studi ke-IMM-an dan juga panduan untuk selalu berfastabiqul khairat. IMM hebat,
IMM jaya! – Rully Onzo. Motivator dan
Inspirator Pemuda Indonesia, Duta Mahasiswa Berkarakter 2012
Seorang filsuf pernah berujar bahwa kehidupan yang
tak pernah direfleksikan adalah tak layak dijalani. Perjalanan IMM sebagai
organisasi yang terus bergerak menunjukkan eksistensinya, tentu juga tak
terlepas dari potensi-potensi penyimpangan dari maksud dan tujuan awal
berdirinya. Tentu hal ini terkait dengan tafsiran-tafsiran (memaknai) gerakan
IMM. Dengan demikian autokritik dan refleksi dalam suatu organisasi menjadi
keniscayaan untuk mampu melompat jauh membangun peradaban. Autokritik yang
dilayangkan Mega Saputra misalnya bahwa aksi transaksional-pragmatis yang pada
akhirnya hanya melahirkan watak berpikir teknis, bukan etis. Buku Manifesto Cendekiawan Berpribadi ini
mengajak kita untuk berpikir dan berbuat maju ke depan, supaya IMM dapat
menjadi organisasi yang ikut berperan aktif membangun peradaban bangsa.
Selanjutnya, agenda menegaskan peran IMM dan rumusan gerakan progresif ikatan
dalam bagian kedua dan ketiga buku ini menjadi bagian tafsir dari kader-kader
IMM Jaktim. Dengan demikian buku ini layak untuk dibaca dan didialogkan bahkan
didiskusikan oleh siapa pun yang berharap IMM sebagai pelita di tengah
kegelapan kehidupan dunia. – Ari Susanto.
Kabid Ekowir DPP IMM, Penulis Buku Membumikan
Gerakan Sosial Islam Progresif dan Tugas
Intelektual Muslim
Tidak ada komentar