IPM Lamongan dan Tiga Jembatan Penyebrangan Sebuah pepatah arab menyebutkan: laisa al fata man qaala kana abi, walakin al fata man qaala ha...

Pepatah diatas seperti setali tiga uang dengan keadaan IPM Lamongan saat ini. Setelah pada tahun 2014, IPM Lamongan dinobatkan oleh PP IPM sebagai Ikatan Pelajar Muhammadiyah terbesar se nusantara. Tugas berat tentunya sedang menghadang di depan mata. Eksistensi dan pengakuan kuantitas secara nasional tidak lantas membuat IPM Lamongan jumawa, peningkatan kualitas kader juga sedang digodok untuk menggembleng kader kader ditingkat cabang dan ranting. Agar seimbang dan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Seperti memilih 3 jembatan penyebrangan, IPM Lamongan sengaja fokus untuk mengantarkan kader kader IPM mencapai puncak tujuan dasar berIPM yaitu terampil, berilmu dan berakhlak mulia. Ketiga jembatan penyebrangan itu (berdasar pada visi misi dasar) mengusung pendidikan dakwah dan islam, pendidikan literasi dan pendidikan entrepreneurship bagi pelajar.
IPM Lamongan harus terus berbenah. Tidak hanya bangga meraih eksistensi sosial tapi juga harus menyadari dan mengakui bahwa ad a orang lain atau pihak ekternal yang juga turut andil dalam mencapai eksistensi itu. Menggerakkan perubahan perubahan baru yang berorientasi pada hasil karya dan kinerja. Menciptakan kemandirian kemandirian yang berpedoman pada Al Quran dan As Sunnah. Mendidik kader kader bangsa untuk mencipta Indonesia yang Berkemajuan.
Sebagaimana teori pendidikan, pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: Pendidikan sebagai praktik dan Pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: pelajar) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam unt uk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.
Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan. Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: Pendekatan Sains, Pendekatan Filosofi dan Pendekatan Religi.
Pendidikan Islam dan Dakwah (Student Back to Mosque)
Pendidikan Islam sebagai suatu rangkaian proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, dalam pengertiannya tidaklah jauh berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum yang telah kita kenal karena Islam memandang pendidikan itu sebagai wujud proses yang dapat membantu pertumbuhan, seluruh unsur kepribadian manusia secara seimbang kearah yang positif, maka pendidikan islam itu adalah sistem pendidikan dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya yang sesuai dengan cita-cita Islam. Karena nilai-nilai ke-Islam-an telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pengertian pendidikan Islam tidaklah jauh berbeda dengan pengertian pendidikan itu sendiri, akan tetapi dalam penerapannya pendidikan Islam mengorientasikan dirinya sesuai dengan tujuan diturunkannya agama Islam yang tidak lain adalah untuk menjadi rahmat alam semesta. Oleh karena itu esensi pendidikan Islam itu sendiri adalah esensi dari pada potensi dinamis dalam setiap diri manusia itu yang terletak pada keimanannya, keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas), dan pengamalannya. (Fadhil Al-Djali, 1996). Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah), yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanak an tugas, kewajiban, maka pendidikan berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. Pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.
Mengingat luasnya jangkauan pengertian pendidikan Islam maka berikut ini akan dikemukakan pendapat-pendapat pengertian pendidikan tanpa maksud membatasi pengertiannya. Secara terminologi beberapa ahli telah merumuskan konsep pendidikan Islam antara lain, Syed Sajjad dan Ali Ashraf dalam buku Crissis in Muslim Education, menulis: âPendidikan Islam adalah, pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cinta begitu rupa, sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka-mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spritual dan sadar akan nilai-nilai etis Islam.â
Sementara Muchtar Bukhari menganggap pendidikan Islam sebagai kegiatan pendidikan. Selengkapnya Muchtar Bukhari menulis sebagai berikut :âPendidikan Islam adalah : Pertama, segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa, dan Kedua, keseluruhan lembaga pendidikan yang mendasarkannya program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam.â
Inilah pendapat-pendapat sebagian filsuf tentang pengertian pendidikan dalam mendefinisikannya. Tidak menutup kemungkinan ada pendapat-pandapat lain mengenai pendidikan yang lebih kongkrit dan mudah dipahami. (Abd. Halim Soebahar, 2002)
Dengan dasar teori ini, IPM Lamongan sedang gencar melakukan gerakan student back to mosque sebagai jawaban kegelisahan Muhammadiyah dalam mencari kader mubaligh dengan mengdakan safari dakwah dan kajian rutin ke seluruh cabang yang ada di Lamongan. Tidak hanya itu, relawan relawan kebersihan dibentuk untuk membersihkan masjid sebelum peng ajian dilasungkan. Kader kader potensial yang mengabdi di masyarakat kami berikan beasiswa setiap bulan untuk mengajar ngaji bagi anak anak yang kurang mampu.
Pendidikan Literasi dan Ransel Pustaka
Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya, literacy berasal dari bahasa Latin littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya. Namun demikian, literasi utamanya berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan.
Adapun sistem bahasa tulis itu sifatnya sekunder. Manakala berbicara mengenai bahasa, tentunya tidak lepas dari pembicaraan mengenai budaya karena bahasa itu sendiri merupakan bagian dari budaya. Sehingga, pendefinisian istilah literasi tentunya harus mencakup unsur yang melingkupi bahasa itu sendiri, yakni situasi sosial budayanya.
Berkenaan dengan ini Kern (2000) mendefinisikan istilah literasi secara komprehensif sebagai berikut : Literacy is the use of socially-, and historically-, and culturallysituated practices of creating and interpreting meaning through texts. It entails at least a tacit awareness of the relationships between textual conventions and their context of use and, ideally, the ability to reflect critically on those relationships. Because it is purpose-sensitive, literacy is dynamic â" not static â" and variable across and within discourse communities and cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities, on knowledge of written and spoken language, on knowledge of genres, and on cultural knowledge.
Yang artinya, literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis, serta kultural dalam menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang hubungan hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan kon teks penggunaanya serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan maksud/ tujuan, literasi itu bersifat dinamis â" tidak statis â" dan dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas dan kultur diskursus/ wacana. Literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre, dan pengetahuan kultural.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa literasi memerlukan kemampuan yang kompleks. Adapun pengetahuan tentang genre adalah pengetahuan tentang jenis-jenis teks yang berlaku/ digunakan dalam komunitas wacana misalnya, teks naratif, eksposisi, deskripsi dan lain-lain. Terdapat tujuh unsur yang membentuk definisi tersebut, yaitu berkenaan dengan interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi, dan penggunaan bahasa. Ketujuh hal tersebut merupakan prinsip- prinsip dari literasi.
Dalam pendidikan Literasi ini, IPM Lamongan mengusung beban berat sebagai generasi muda untuk membudayakan Gerakan Membaca dan Menulis bagi seluruh pelajar di Lamongan. Disamping memperkaya bahasa nusantara dan asing, gerakan literasi ini diharapkan mampu menjadi tonggak sejarah bagi lembaga/sekolah dalam mengasuh anak didiknya menjadi kader kader bangsa dan persyarikatan yang menjunjung ilmu pengetahuan dan keislaman.
Dengan tujuan tersbut kami membentuk Ransel Pustaka yang sudah berjalan hampir satu tahun setengah. Perjalanan ransel pustaka terus bekembang dengan membagikan ransel pustaka ke cabang cabang IPM untuk dikelola secara gratis. Semua pihak bisa menjangkau dan ini menjadi gerakan pelajar baru di Lamongan. Disamping itu juga, IPM Lamongan juga memperkaya wawasan dengan meluncurkan program gerakan literasi sekolah yang dimulai di MTs Muhammadiyah 06 Sugihan dengan meluncurkan buku Perkara Memahami Kebijaksanaan.
Pendidikan Entrepreneurs hip, Budaya Dagang dan Dana sosial IPM
Menurut Hisrich-Peters (2002:10), kewirausahaan adalah Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psyhical, and social risks and receiving the resulting rewards of monetary and personal satifaction and independence. Kewirausahaan merupakan proses menciptakan sesuatu yang baru dengan mengorbankan waktu dan tenaga disertai dengan pengorbanan keuangan, fisik dan resiko sosial untuk mendapatkan penghargaan baik berupa materi (uang), kepuasan pribadi dan kemandirian.
Timnos dalam Lambing dan Kuehl (2000:14) mendefinisikan kewirausahaan dengan istilah entrepreneurship sebagai berikut, Human creative act that builds something of value from practically nothing. It is the pursuit of opportunity regadless of resources, or lack of resources at hand. It requires a vision and the passion and commitmen to lead othe rs in the pursuit of that vision. It also requires a willi ngness to take calculated risk.
Kewirausahaan adalah tindakan kreatif manusia yang membuat sesuatu yang tidak berharga (tidak mempunyai nilai) menjadi berharga. Kewirausahanmenciptakan suatu kesempatan dengan sumber daya yang kurang memadai. Kewirausahaan memerlukan visi, tekad dan komitmen untuk memimpin/menguasai orang lain dalam upaya mewujudkan visi tersebut. Kewirausahaan juga mempunyai keberanian untuk mengambil resiko yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Dengan mengusung berbagai macam program diatas, maka ada gerakan dari pelajar Muhammadiyah Lamongan dalam angka mensukseskan program program mulia diatas. IPM Lamongan memulainya dengan membeikan anugeah ranting dan cabang studentpreneuship kepada ranting dan cabang yang bisa menghidupi perjalanan organisasi dengan berbagai macam usaha. IPM Lamongan juga sedang mempersiapkan peluncuran aplikasi playstore untuk digunakan s ebagai pasar online pelajar Lamongan.
Laba dari setiap penjualan IPM menjadi dana sosial dan untuk menghidupi gerakan literasi dan student back to mosque. Untuk membeli buku, memberikan beasiswa prestasi dan membeli peralatan kebesihan masjid. Budaya dagang ini sudah merambah sampai ke tingkat rating dan cabang dalam setiap event IPM, Sekolah atau yang lain.
Maka IPM Lamongan akan sangat berbangga pernah memulai meniti tiga jembatan penyebrangan ini. Tidak hanya mengawali dan melewati, ada tugas penting selanjutnya yang sudah siap di depan mata. Sebagaimana jembatan, membutuhkan perawatan maka tugas besar itu adalah merawat semangat untuk mengantarkan pelajar Lamongan mencapai tujuan dasar ber IPM. Terampil, berilmu, berakhlak mulia. Oleh : Irfan Shaifullah (Ketua Umum PD IPM Lamongan)
Daftar PustakaSaleh, Muwafik. 2011. Membangun Karakter dengan hati nurani. Jakarta : Penerbit PT Erlangga Hosen, Nardisyah. Hammado, Nurrussyariah. 2013. Ashabul Kahfi. Jakarta : Penerbit Noura Books Hidayatullah dkk, Ahmad. 2015. Membaca Muhammadiyah: Refleksi Kritis Anak Muda Lintas Isu. Surabaya : Penerbit UMSurabaya Press.. Fethullah Gulen, Muhammad. 2011. Islam, Rahmatan Lil Alamin.Jakarta : Penerbit Republika. Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu Azra, Azyumardi dan Maarif, SyafiâI. 2003. Ensiklopedi Tokoh Islam, Dari Abu Bakr Sampai Nashir dan Qardawi. Jakarta : Hikmah Suparta, Munzier, Harjani, Hefni, (ed), 2003 Metode Dakwah. Jakarta : Prenada Media Noorhayati aliet sutrisno, pandanita windari, fikriyah.2012. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: deepublishTafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja RosdakUyoh Sadulloh, 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Alfabeta, Wijaya, Albert Hendra. 2012. Kejujuran dalam Pendidikan. Bandung:AlfabetaCepi Triatna,2012. pendidikan karakter (kajian teori dan praktik skolah) Bandung:PT Remaja Rosda karya
Sumber: Koranmu Lamongan
Tidak ada komentar