Page Nav

HIDE

Ads Place

Optimisme ekspor beras ke malaysia dan realitas entikong

Optimisme ekspor beras ke malaysia dan realitas entikong Optimisme ekspor beras ke malaysia dan realitas entikong Pusat pemerint...

Optimisme ekspor beras ke malaysia dan realitas entikong

Optimisme ekspor beras ke malaysia dan realitas entikong

Pusat pemerintahan  menginginkan entikong menjadi kawasan utama dimana indonesia bisa ekspor beras ke negeri jiran. Pemerintah sendiri sudah mengusung target dan akan segera merealisasikannya dilapangan Bahkan, Bapak Amran Sulaiman sudah bersiap-siap untuk pergi ke sawah dan menanam padi daerah Entikong-Kalimantan Barat 22 oktober tahun 2016. Pada awal tahunpun, bapak Amran sudah memberi arahan untuk membuat lahan 50ribu hektaremenjadi lahan tanaman pangan. Karena daerah ini memiliki luas 506,89km persegi ”kami mau 50ribu hektare tanah di entikong itu dibangun untuk ekspor beras ke malaysia” Amran saat diwawancara pada 5 januari 2017. Tidak hanya beras, pemerintah bahkan juga memsukan jagung sebagai makanan favorit yang akan diekspor ke malaysia, setelah berbicara dengan menteri pertanian malayisia rencana pertamanya  akan dikirim sebanyak 15ribu ton beras premium ke malaysia Hari rabu kemarin tanggal 19 Juli 2017 tepatnya, tim redaksi detikcom berkunjung ke daerah entikong dan melihat bahwa padi-padi disana akan menguning, dimana pada tahun sebelumnya bapak Amran jug mengunjungi sawah ini dan memriksa apakah kualitas sudah bagus, dan layak untuk diekspor dll. Pada saat tim detikcom mengarah kesana, didiapati banyak sekali para petani yang sedang bergotog-royong untuk membngun irigasi

Bapak paolus hadi menjelaskan bahwa “saat ini mata pencahariaan mayoritas masyarakat adalah sebagai petani. Contohnya ada lada sebagai bahan favorit penduduk, yang mana juga sering diekspor ke negeri jiran sana” jelas bapak Bupati sanggau

Lahan memang bukan merupakan sarana pokok seperti sawah, tetapi pemerintah berjanji dalam rangka peningkatan ekspor ke negri jiran tersebut, maka akan dilakukan pencetakan sawah diatas lahan-lahan tersebut. ”Kendala utama dalam program cetak lahan sebagian berda dikawasan hutan” jelas pak Paolus saat ditemui dikediamannya Untuk bisa mewujudkan 50ribuhektare (500km persegi) diatas daerah entikong yang hanya memiliki luas 506,89km bukan perkara mudah. Pak paolus sendiri mengatakan kalau ini adalah proyek paling sulit. Lokasi utama perbatasan adalah kecamatan entikong dan kecamatan sekayam, beliau memprediksi bahwa tanah pertanian hanya bisa mencapai 7-10 hektare saja

Untuk membuat sawah atau lahan baru, kebanyakan kendala yang dihadapi adalah titik perbatasan berada di kawasan hutan. Dimana daerah hutan tidak boleh dirubah fungsinya menjadi tanah untuk bercocok tanam. Adapun tanah yang bisa diubah manjadi sawah adalah lahan yang berstatus Areal Penggunaan Lain (APL)

”dalam jangka waktu dekat ini,kita belum bisa melakukan program cetak sawah nasional. Alasannya karena lahan itu berada dikawasan hutan. jadi kita harus mencari laha lain yag tidak ada dikawasan hutan” jelas Paolus Tetapi, perlu diketahui bahwasannya bukan berarti hutan itu adalah kawasan rimba belantara. Karena derah seperti itu telah lama hilang dari Sanggau. Kawasan hutan itu sendiri sebenaranya adalah perkebunan warga atau bukit yang ditumbuhi ilalang Kondisi pertanian di entikong sendiri menurut Bapak Paolus sudh terbilang luar biasa, karena program menanam padi itu. “ di daerah kabupaten, kita sudahberstatus swasembada. Bahkn kemarin gerakan sarapan gabah terbanyak  berada di kabupaten sanggau” katanya Bapak paolus menjelaskan bahwa untuk lahan gabah di daerah ini sudah dibeli oleh Depot Logistik (Dolog) untuk disimpan sebagi cadangan. Kecamatan Enikong juga akan ikut memeriahkan Hari Pangan Sedunia pada 16 oktober mendatang, dimana bapak Presiden juga akan ikut serta. Dan rencana ekspor juga akan lebih ditanangani dengan serius. Lahan yang akan dijadikan jagon untuk Hari Pngan Sedunia dengan Bapak Jokowi Dodo adalah lahan yang memiliki hasil yang paling baik. Yaitu sebesar 5 hingga 6 ton per hektare. “Tetapi, kalau untuk ekspor ke Malaysia, kita tidak bisa hanya mengandalkan dua kecamatan di perbatasan saja. Kami berharap alangkah lebih baik kalau Kalimantan Barat juga ikut berkerja sama untuk proses kedepanya.:” tutur paolus

Redaksi detikcom juga sudah menyelusuri Pasar Entikong. Terdapat berasa asal malaysia beremerek tulip. Bapak Dauglas (40)sebagai penjual beras itu menyusun karung tulip tersebut dibagian dekat karung-karung asal kapuas hulu. Untuk beras lokal dibandrol harga sebesar 12ribu per/kg,da untuk beras tulip seharga 8500/kg “Sebagai pedagang, saya juga bingung kenapa beras Kapuas Hulu ini lebih mahal dibanding Beras Tulip” tutur Dauglas Di pos perbatasan Entikong juga banyak ditemui barang-barang dari malaysia tidakhanya beras. Untuk beras itu sendiri masuk ke daerah entikong melalui kartu lintas batas yang diberikan kepada penduduk senilai 600RM perbulannya. Bapak Hermansyah (21), salah satu warga yang bertemu dengan tim redaksi kami wilayah  perbatasan entikong pada 15juli lalu kami melihat beliau membawa masuk beras malaysia ke Indonesia. Katanya, 10 karug beras adalah jumah maksimal setiap perorangan untuk menjualnya kembali yang diizinkan oleh pihakbea dan cukai. Bapak hermansyah sendiri lebih memilih beras dari malaysia yang harganya terpaut lebih murah dari berasyng diproduksi oleh kabupaten kita sendiri.

“kalau barang-barang dari negeri jiran itu sendiri itu mahal, tidak mugkin kami akan membeli produk mereka, kita pasti akan membeli produk dalam negeri” ujar bapak Hermansyah yang sedang menunggu antrian pemeriksaan barang Entikong juga punya lahan lain yang tidak kalah bagusnya dari dari desa semanget, yakni desa Nekan yang diykini memilki lahan pertanian yang sangat potenisal. Desa nekan terkenal juga dengan luas sawah lebih besar dari desa semanget, desa entikong, palapasang, dan desa suruh tembawang. Bapak Agus (33) selaku penyuluh dari balai pertanian,perikanan, dan kehutanan kecamatan Entikong menjelaskan bahwa “desa Nekan adalah slah satu pusat pangan di derah perbatasan kalimantan barat ini”, jelas pak Agus saat diwawncarai oleh tim detikcom Rabu (19 juli 2017) Desa Nekan memilki sawah seluas 228 hektare, dimana 90 persennya adalah padi lahan kering atu biasa disebut oleh desa Nekan adalah padi gogo. Lahan dengan irigasi terluasdan terbanyak adalah ditempat ini. Sistem penanamannya sudah menggunakan sistem duakali dalam setahun. Padi yang ditanam berasal dari bibit paling unggul, yakni bibit Ciherang. Selain ciherang, bibit lain juga ada seperti inbrida padi rawa atau biasa disebut inpara, ada inpara2, inpara 3, dan yang terakhir inpara 7.saat ini padi dengan jenis lahan kering juga sedang dikembangkan,padi tersebut bernama situ bagendit

“pada lahan 1hektare saja, kita sudah mampu panen 6 hingga 7 ton” ujar Bapak Agus. Apabila dikalkulsikan, sekitar 1.368 ton atau bisa juga lebih bisa diproduksi, walaupun pada musim kering akan terjadisedikit pengurangan dari jumlah diatas. Para penggarap sawah disini adalah orang-orang yng berasal dari Dayak, cara mereka menanam padi adalah dengan menggunakan metode pindah ladang untuk mendapatkan tanah yang subur. Pihak pengawas pertanian disini sedang memberikan arahan kepada masyarakat sekaligus juga masukan agar tidak menggunkan metode perpindahan ladang selama  tiga tahun belakangan ini.

Meski telah diberi arahan, parapenggarap tanah masih belum bisa sepeuhnya menerapkan cara baru begitu saja. Tetapi, para penyuluh dari balai desa tidak habis akal, dengan diusungnya padis itu bagendit, para penggarap tanah ini diarahkan untuk bercocok tanam hanya dua kali saja dalam setahun. Dengan metode ini dijelaskan bahwa penanaman dilakukan pada bulan April, dan apabila cuaca baik, pada bulan Agustus padi akan mateng dan sudah bisa diolah dilumbung.  Begitu juga apabila menanam di bulan Oktober bulan Februari sudah bisa dilihat hasilnya.”jadi walaupun padi tidak ditanam di tanah seperti sawah, tetapi tetap bisa diterapkan metode menanam sebanyak dua kali seperti biasa.” Jelas Pak Agus salah satu warga Dayak Para penggarap sawah ini, mengeluhkan tentang stok pupuk kepada Pak Agus “ pupuk selalu tidak ada stok apabila sangatdiperlukan, akibatnya metode yang sudah digarap tadi menjadi terhambat dan mengulur waktu” ucap pakAgus

Dengan penjelasan yang telah dijabarkan oleh Bapka Agus, redaksi detikcom tidak lupauntuk menanyakan bagaimana dengan perkembangan ekspor ke negara tetangga? Bapak Agus mengatakan bahwa ”kegiatan ekspor sudah dimulai dengan skala yang relatif masih kecil, dan itupun tergantung dari permintaan dari negara jiran itu sendiri. Tidak dalam bentuk yang sampai berton-ton jumlahnya” jelas pak Agus

Nama : Fauziyah Nafishah

Kelas : 5A

NIM : 1502025101

Sumber : https://news.detik.com/berita/d-3636037/optimisme-ekspor-beras-ke-malaysia-dan-realitas-entikong

Sumber Foto : https://mmc.tirto.id/image/2016/09/28/TIRTO-antarafoto-beras-impor-tiba-di-kupang-250216-kh-5.JPG

Tidak ada komentar

Ads Place