Page Nav

HIDE

Ads Place

Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Taman Kanak-Kanak

Banyaknya kasus pelecehan seksual yang muncul di media massa membuat guru dan orangtua semakin khawatir. Mengapa fenomena itu ter...





Banyaknya kasus pelecehan seksual yang muncul di media massa membuat guru dan orangtua semakin khawatir. Mengapa fenomena itu terjadi? Salah satu persoalannya adalah karena anak tidak pernah diajarkan untuk mengenali tanda bahaya dan lari dari situasi tersebut.
“Mama, adik lahir dari mana?” Pertanyaan itu sering muncul dari mulut ananda yang masih duduk di bangku TK saat melihat bayi baru lahir. “Aduh bagaimana menjawab pertanyaan itu. Kalau saya sih berusaha menghindar saja, karena bingung harus jawab apa.” Begitu jawaban dari seorang peserta pendidikan pelatih pendidikan kesehatan reproduksi di TK Aisyiah 01 Jakarta.

Pro-kontra tentang perlunya pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah memang belum usai. Ada yang berpendapat anak-anak tidak perlu mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi karena akan menjerumuskan. Namun, pendapat lainnya mengatakan bahwa perlu adanya pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif agar anak memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang tepat sesuai dengan usianya.

Saya Sebagai dosen peminatan kesehatan reproduksi dan promosi kesehatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES) UHAMKA pernah  menyampaikan kepada guru TK bahwa mereka memiliki peranan yang besar dalam  menyampaikan informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak TK. Kebutuhan informasi anak usia TK adalah sebatas mengenal nama organ reproduksi, menjaga kebersihan dan fungsinya secara sederhana. Guru perlu menjelaskan tentang organ reproduksi sesuai dengan jenis kelamin anak sesuai dengan nama dan fungsinya. Misalnya, anak perempuan punya rahim yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya bayi saat masih di perut ibu. Tidak disarankan kepada guru untuk mengganti istilah organ reproduksi dengan kata ‘burung’, ‘ dompet’ dan sebagainya. Penjelasan kepada mereka dapat dibantu dengan menggunakan boneka peraga.

Guru juga penting mengajarkan kepada anak tentang adab membuka dan melepas pakaian. Adab dalam Islam meliputi tata-cara berdoa sampai kepada tempatnya. “Jangan biarkan anak melepas dan memakai baju di tempat ramai,” . Mengajarkan tentang “Ini tubuhku dan aku akan menjaganya” juga tak luput dari penanaman nilai aqidah untuk mensyukuri manusia sebagai ciptaan Allah SWT yang terbaik dibanding dengan ciptaan lainnya sebagaimana firman Allah Swt dalam surat At-tin ayat 4 “Sesungguhnya Kami telah ciptakam manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Ayat tersebut akan memotivasi anak untuk menghargai diri sendiri dan orang lain. Tidak minder karena berbeda warna kulit, bentuk rambut dan yang lainnya.


Kegiatan ini menunjukkan tentang pentingnya pemahaman yang benar tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Jika bukan orangtua atau guru yang memberikan informasi yang benar kepada anak TK, maka yang akan mereka terima justru informasi lain yang sekarang sudah sedemikian mudahya menyebar. Jadi, pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak TK, jika diberikan dengan baik, apalagi dengan integrasi nilai Islam, maka akan menyelamatkan anak dari ancaman pelaku kekerasan di manapun. Adab Islam pun juga akan terbentuk (SHI).

Penulis :Dr. Sarah Handayani, M.Kes, dosen peminatan kesehatan reproduksi dan promosi kesehatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (FIKES) UHAMKA

Tidak ada komentar

Ads Place