Page Nav

HIDE

Ads Place

UHAMKA Inisiasi pendampingan untuk berhenti merokok

Rokok dan remaja, saat ini merupakan dua hal yang sulit terpisahkan. Hasil riset Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014 menunjukkan bahw...


Rokok dan remaja, saat ini merupakan dua hal yang sulit terpisahkan. Hasil riset Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014 menunjukkan bahwa dua per tiga remaja di Indonesia memiliki akses mudah terhadap rokok dengan usia 13-15 tahun sebagai kelompok perokok tertinggi. Data tersebut menunjukkan betapa dekat para remaja dengan rokok. Bahkan dibeberapa riset menujukkan bahwa rokok menjadi trend di masyarakat, tidak hanya remaja pria namun sudah merambah kepada remaja putri, sungguh meresahkan. Maka dari itu diperlukan berbagai upaya untuk mencegah dan pendambingan berhenti perilaku merokok terutama pada remaja.

Sebagai institusi kemasyarakatan, Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah yang memiliki jejaring amal usaha di seluruh Indonesia dituntut untuk lebih berperan dalam hal pendampingan berhenti merokok. Terlebih lagi Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusar Muhammadiyah telah mengeluarkat fatwa tentang hukum rokok No. 6/SM/MTT/III/2010. Hal tersebut juga menjadi dasar tim pengabdian masyarakat fakultas ilmu-ilmu kesehatan (FIKES) UHAMKA mengadakan sebuah pelatihan Training of Trainer (TOT) Pendamping Perilaku Berhenti Merokok dengan pendekatan nilai-nilai keislaman.

Kegiatan ini bertujuan melahirkan para pendamping perilaku berhenti merokok di masyarakat. Kegiatan tersebut sukses dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat FIKES UHAMKA yang beranggotakan Dr. Sarah Handayani, M.Kes, Elia Nur ‘Ayunin, SKM, MKM dan Hidayati, SKM, MKM pada hari jumat 26 Januari 2018. Peserta mengikuti kegiatan pelatihan tersebut beragam dari berbagai elemen yakni guru, komite dan orang tua siswa SMP 9 Muhammadiyah Jakarta, LPP AIKA UHAMKA, Aisyah jakarta, perwakilan klinik UHAMKA, mahasiswa dan alumni FIKES UHAMKA, dan masyarakt umum.


Dr. Sarah Handayani, M.Kes dalam paparannya menyampaikan bahwa keinginan perubahan perilaku berhenti merokok perlu ditunjang dengan lingkungan yang mendukung. Maka, seseorang yang sudah memiliki pengetahuan tentang bahaya rokok dan sudah memiliki keinginan  untuk berhenti merokok, maka perubahan perilaku lebih dapat dicapai jika yang bersangkutan mendeklarasikan diri kepada orang lain tentang niatnya tersebut. hal ini bisa dilakukan kepada keluarga, teman dekat, kakak dan lain-lain.

Berhenti merokok tidak lah mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Sehingga diperlukan niat yang sungguh-sunguh untuk berhenti. Elia Nur A’yunin SKM, MKM menjelaskan bahwa terdapat suatu keadaan yang banyak dialami para perokok ketika mulai mengurangi frekuensi merokok atau berhenti merokok yang disebut dengan Gejala putus rokok (withdrawal symptom) seperti sakit kepala, mual, cemas, gelisah, keinginan untuk kembali merokok, dan banyak lagi. Sesungguhnya kondisi tersebut adalah wajar diamali dan merupakan tanda-tanda kesembuhan. Kondisi ini kurang lebih akan dialami selama tiga bulan, sehingga diperlukan peran dan dukungan dari pendamping agar perokok bisa tetap terus berproses menuju perilaku bebas rokok.

Kondisi putus rokok juga merupakan masa kritis dari proses berhenti merokok. Banyak perokok yang gagal berhenti merokok karena tidak mampu menguasai kondisi putus rokok ini. Seperti pengalaman yang diutaran salah satu peserta pelatihan, bahwa ia telah mencoba beberapa kali untuk berhenti merokok, dan sering kali gagal karena tidak bisa mengontrol diri saat muncul gejala-gejala putus rokok. “Dahulu, saya hanya kuat berhenti merokok kurang lebih 3 mingu saja, setelah itu sering kali saya kembali merokok”, ujar salah seorang peserta yang mantan perokok aktif.

Hal tersebut menunjukkan betapa sulit bagaimana mempertahankan perilaku tetap berhenti merokok. Dalam pelatihan ini Hidayati, SKM, MKM membagi trik yang dapat digunakan dalam kondisi ini yakni dengan mengubah pola hiduh menjadi lebih sehat, berolah raga, melakukan latihan pernafasan / relaksasi dan melakukan kegiatan positif lainnya yang dapat melupakan rutinitas merokok.

Pelatihan ini terselenggara dengan baik berkat kerja sama dengan komunitas aisyah Kota Jakarta dengandukungan pendanaan LPPM UHAMKA.  Pada pelatihan ini menekankan bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi pendamping perilaku berhenti merokok dan membantu para remaja di sekitar kita untuk dapat bebas dari rokok. Hal ini dikarenakan wajib hukumnya seorang umat mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dirinya dan masyarakat setinggi-tingginya serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang merupakan hak setiap orang. Hal tersebut merupakan bagian dari tujuan syariah (maqasid asy-syari‘ah). Sehingga menjadi tugas seorang muslim untuk menjaga kesehatan dirinya dan juga masyarakat dan lingkungannya (ENA).

Tidak ada komentar

Ads Place