Page Nav

HIDE

Ads Place

Peran perguruan tinggi terhadap UMKM agar naik kelas

Menurut UMKM Outlook 2017 jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 58 juta, akan tetapi dari jumlah tersebut hanya 1,56% yang menjadi enterpre...




Menurut UMKM Outlook 2017 jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 58 juta, akan tetapi dari jumlah tersebut hanya 1,56% yang menjadi enterpreneur. Angka tersebut sangatlah kecil sekali, sehingga UMKM yang jumlahnya banyak belum memberikan efek terhadap ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan karena UMKM di Indonesia kurang berkembang dengan baik. Sehingga angka UMKM yang naik kelas ke enterpreneur angkanya sangat kecil.
Menurut Dr Nining I Soesilo pendiri UKM Center UI, ada beberapa penyebab UMKM tidak bisa berkembang. Yang pertama UMKM belum memiliki visi mis yang kuat, sehingga para pelaku tidak memiliki orientasi dan tujuan yang jelas. Hal tersebut mengakibatkan UMKM kurang memiliki daya juang dan perencanaan yang baik. Sehingga UMKM terkadang suka hilang dan muncul, kurang bisa diandalkan keberadaannya. Kemampuan untuk bertahan terhadap kondisi juga kurang sehingga tidak muncul ide dan inovasi untuk meningkatkan penjualan, hal tersebut akhirnya menjadikan UMKM naik kelas.

Yang kedua, tidak ada pencatatan yang baik yang dimiliki oleh UMKM, sehingga UMKM tidak mengetahui usahanya menguntungkan atau tidak, hal tersebut tidak mudah diketahui karena masih banyaknya para pelaku UMKM masih mencampurkan manajemen keuangan keluarga dan usaha, sehingga tidak memperhitungkan berapa uang usaha yang boleh dipakai untuk konsumsi dan berapa yang harus disimpan untuk keberlanjutan usaha. Sehingga banyak sekali UMKM yang tidak mampu melanjutkan usaha karena uang usahanya untuk konsumsi. Dan tiba-tiba uang modal habis begitu saja. Hal ini yang menjadikan UMKM akhirnya susah hidup.

Faktor ketiga, yang membuat UMKM susah maju adalah sulitnya mengakses dana, hal itu terjadi karena efek dari tidak adanya pencatatan dari UMKM dan masih “amburadulnya” pengelolaan keuangan usaha yang dicampur dengan uang konsumsi keluarga. Bank atau lembaga keuangan akan mau menanggung  resiko yang besar apabila memberikan akses modal kepada UMKM yang masih belum benar mengadministrasikan keuangannya, meskipun UMKM tersebut UMKM yang produknya diminati.

Faktor terakhir adalah UMKM kurang mengikuti perkembangan teknologi informasi yang saat ini menjadi alat marketing yang efektif untuk mengenalkan usaha dan produknya kepada calon pelanggan. Dengan adanya teknologi informasi, marketing semakin luas bisa diakses oleh siapapun. Sehingga marketing bisa lintas batas wilayah bahkan bisa mengglobal seluruh dunia. Teknologi informasi juga menjadi ajang untuk bisa mendekatkan produk dengan pelanggan yang disasar, karena kecanggihan informasi bisa memetakan calon pelanggan. Misalnya jual baju anak maka yang disasar kemungkinan ibu-ibu umur 25 sampai 50 tahunan, hal ini bisa di setting dalam meluaskan marketing.

Keempat hal yang di atas, sangat dekat dengan UMKM di Indonesia, sekaligus menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia untuk mendukung UMKM supaya maju dan berdaya. Akan tetapi jumlah UMKM yang sangat banyak, membuat pemerintah tidak mudah menjaring UMKM supaya diangkat menjadi usaha yang besar. Dalam hal ini tentunya dibutuhkan peran para pemangku kepentingan yang lain misalnya Lembaga swadaya, Akademisi kampus, para pengusaha dan pihak lain yang konsen untuk mengembangkan UMKM di Indonesia.

Kampus di Indonesia berjumlah 4.504 yang terdaftar di Kemenristekdikti. Peran kampus tersebut harusnya bisa dioptimalkan untuk membantu memajukan UMKM, karena kampus tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Dengan adanya konsep transfer pengetahuan dan pengalaman antara pihak kampus sebagai gudang orang yang profesional dengan UMKM yang membutuhkan banyak ilmu diharapkan mampu mendukung UMKM semakin maju, yaitu dengan cara mentransfer teknologi, pengelolaan, metode dan aspek lain.
Untuk itu, Kemenristekdikti sejak puluhan tahun yang lalu menyelenggaran program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dapat menjadi media solusi atas ketimpangan UMKM di Indonesia. Hal itu tercantum dalam program tridharma perguruan tinggi yang yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Meskipun hasil yang dicapai tidak sebaik yang diinginkan akan tetapi setidaknya dari program PKM itu ada beberapa kesuksesan UMKM yang mampu naik kelas karena stimulus dari program PKM kepada para UMKM.

PKM juga menjadi program unggulan di Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, setidaknya ribuan program pemberdayaan UMKM dilakukan baik oleh dosen maupun mahasiswa. Bahkan dibeberapa Fakultas menjadikan program PKM mahasiswa sebagai salah mata kulaih life skill.  Selain itu, dosen tiap semester harus melakukan Program PKM sebagai bagian dari kewajiban tridharma perguruan tinggi.

Salah satu Fakultas yang menerapkan sistem di atas adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, mahasiswa wajib mengambil mata kuliah PKM untuk membantu UMKM yang berbasis pada Pimpinan Cabang/Ranting Muhammadiyah di Jakarta dan sekitarnya. Dan untuk menjadikan kegiatan tersebut lebih masif dan tertata dengan baik, Fakultas Ekonomi mendirikan Lab Keirausaha Sosial dan Filantropi Islam (LKSFI), dengan maksud setiap acara pemberdayaan yang dilakukan di dalamnya harus ada nilai sosial dan nilai saling memberikan kemanfaatan untuk masyarakat yang membutuhkan, salah satunya adalah pengembangan UMKM yang dilaksanakan oleh dosen dan mahasiswa secara kolaboratif.
Dengan adanya Lab LKSFI program UMKM naik kelas bisa lebih fokus dilakukan, salah satunya yang dilakukan adalah dengan mengajarkan marketing online dan pencatatan akuntansi yang berbasis androit, sehingga para UMKM bisa keluar dari empat masalah yang senantiasa membelit seperti yang dibahas di atas. Selain itu LKSFI juga bisa menjadi lembaga charity maupun lembaga yang membantu akses permodalan untuk usaha mikro yang butuh suntikan modal.

Dengan pola kerjasama yang ditunjukkan antara FEB UHAMKA melalui LKSFI dengan UMKM diharapkan menjadi salah satu contoh bentuk kerjasama yang baik antara kampus dan UMKM. Bahkan dengan adanya kerjasama tersebut Dekan FEB UHAMKA berharap bisa menciptakan  jiwa wirausaha dan menajamkan rasa sosial mahasiswa. Jadi sembari mahasiswa melakukan PKM di sisi lain mahasiswa juga belajar berbisnis dan beramal sosial kepada UMKM.

Penulis:
Dewi Pudji Rahayu
Sekprodi D3 Akuntansi dan Pajak
Fakultas Ekonomi dan bisnis  UHAMKA

Tidak ada komentar

Ads Place