Farhat Abbas Pakai Diksi Surga dan Neraka, Ketua PP Pemuda ... Pilpres 2019 Farhat Abbas Pakai Diksi Surga dan Neraka, Ketua PP ...
Pilpres 2019
Farhat Abbas Pakai Diksi Surga dan Neraka, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah: Politisi AlayDahnil Anzar Simanjuntak melihat cara itu tak hanya dilakukan Farhat Abbas, tapi juga pihak lain.
TRIBUNNEWS/ILHAM RIAN PRATAMAKetua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, seusai diskusi inDEMO (Indonesian Democracy Monitor), Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (12/9/2018).KETUA PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menanggapi ucapan Farhat Abbas soal 'pilih Jokowi masuk surga'.
Menurutnya, ucapan F arhat Abbas tidak rasional dan memiliki diksi jangka pendek dan bentuk politik alay.
"Politik kita itu dipenuhi dengan diksi-diksi jangka pendek seperti diksi provokatif, hiburan yang irasional. Yang dilontarkan bukan ide yang menghasilkan dialektika yang positif. Yang dihadirkan justru narasi yang irasional, seperti Farhat Abbas itu tadi," ucap Dahnil Anzar Simanjuntak saat ditemui seusai diskusi inDEMO (Indonesian Democracy Monitor), Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (12/9/2018).
Baca: Dituding Main Isu SARA, Farhat Abbas: Amien Rais Malah Bilang Partai Setan
Dahnil Anzar Simanjuntak melihat cara itu tak hanya dilakukan Farhat Abbas, tapi juga pihak lain.
"Saya tidak mengatakan hanya satu kelompok, ya kelompok lain juga melakukan hal serupa. Yang diproduksi itu hanya sensasi tanpa substansi. Jadi memang tidak mendorong diskursus dan dialektika yang positif, dan itulah salah satu ciri politisi alay itu. Politik 220 karakter ," tuturnya.
Dia menjelaskan, salah satu ciri politikus alay adalah mudah terbawa perasaan alias baper. Seharusnya, tutur Dahnil Anzar Simanjuntak, perdebatan mengemukakan gagasan.
Baca: Ditegur Tim Kampanye Jokowi-Maruf Amin, Farhat Abbas Malah Sebut Kopi Joni Kampungan
"Cenderung baper, semua politik digeser menjadi pertarungan perasaan. Jadi hidup mati, teman bisa jadi musuh. Kalau pertarungan gagasan ya beda pilihan biasa saja. Sekeras apa pun perdebatan, bukan berarti saling membenci," paparnya.
"Saya pikir masyarakat dengan sendirinya akan bosan dengan model-model politik yang miskin gagasan seperti itu, apalagi pertarungannya hanya sekitar sepatu, merek baju, kendaraan, itu yang menurut saya politik alay," sambung Dahnil Anzar Simanjuntak. (Ilham Rian Pratama)
Tidak ada komentar