Mualaf (ilustrasi).Foto: Onislam.net Amerika mengatur warganya untuk tidak memamerkan keyakinan. Hal personal itu cukup menjadi konsum...

Mualaf (ilustrasi).Foto: Onislam.net
Amerika mengatur warganya untuk tidak memamerkan keyakinan. Hal personal itu cukup menjadi konsumsi sendiri, sehingga tak perlu dipamerkan kepada masyarakat sekitar. Aturan seperti itu dijalani Lawrence Coleman yang memeluk Islam sejak kecil.
Seharusnya Coleman tetap menyembunyikan keyakinannya. Dia juga tak perlu menceritakan pengalaman hidupnya berbuat nakal, seperti melanggar aturan agama. Namun lelaki itu baru menyadari bahwa menjadi Muslim memiliki harapan yang indah. Islam mengajarkan banyak kebaikan dan kebenaran.
Menjadi Muslim bukanlah pilihan sendiri. Kedua orang tua mengajaknya untuk mengimani agama yang dibawa oleh Rasulullah. Ibunya berasal dari Tacoma Afrika. Sedangkan ayahnya lahir di Chicago, Amerika.
Pada tahun 1990 mereka sekeluarga pindah ke sebuah daerah pegunungan. Disanalah keluarga Coleman mengenal Islam.Setelah mempelajari dan mendalami Islam, semuanya memutuskan untuk hijrah memeluk Islam.
Saat itu Coleman berusia sekitar sembilan tahun dan sudah sekolah di kelas empat SD. Ketika itu dia merasa kesulitan menjalani kewajiban sebagai Muslim. Bayangkan, dia tinggal di lingkungan yang terbiasa bergaya hidup ala Barat yang terbiasa mengonsumsi makanan tak halal.
Cara berpakaian mereka tak seperti Muslim. Masyarakat setempat terbiasa berkostum yang menonjolkan aurat. Namun, di tengah kehidupan seperti itu, Coleman masih menemukan komunitas kecil yang mencoba mengamalkan Islam.
Mereka berbuasana yang menutup aurat. Kaum pria Muslim di sana memakai kufi (peci).Sedangkan Muslimahnya mengenakan jilbab. Pakaian tersebut mereka kenakan saat bersekolah.
Pakaian seperti itulah yang dikenakan Coleman dan saudara perempuannya. Sayang, Coleman tak lama mengenakan penutup kepala itu. Dia lebih memilih membaur dengan teman-temannya. Selama enam tahun dia menutup identitasnya sebagai Muslim.
Ketika pindah ke sekolah yang lebih tinggi, barulah dia mengenakan kufi lagi.Namun gaya busana seperti itu mengundang perhatian sebagian temannya. Mereka mempertanyakan, pakaian macam apa itu.Coleman dianggap sebagai orang aneh.
Makanan halal
"Sempat terpikir, setelah orang tua saya memeluk Islam, mereka menjadi kasar dan keras terhadap saya, ini karena saya dilarang memakan doritos,"jelas Coleman.
Doritos merupakan makanan favorit Coleman. Namun makanan ini mengandung daging babi yang tentu saja haram bagi umat Islam. Pikiran negatif terhadap kedua orang tuanya tetap ada hingga remaja.
Dia selalu berusaha untuk hidup bebas dari aturan-aturan yang ketat. Namun Coleman saat itu masih anak-anak dan belum paham mengenai aturan Islam. Dia tetap melanggarnya. Secara sembunyi- sembunyi memakan Doritos.
Saat itu dia berpikir, tak seharusnya dilarang memakan doritos. Apalagi untuk anak-anak seperti dia yang sangat menyukai makanan tersebut. Doritos merupakan sebuah merk chips tortilla yang terkenal di Amerika. Makanan ringan ini sangat disukai anak-anak.
Saat itu dia berpikir mengonsumsi makanan halal merupakan ajaran yang harus dilakukan kedua orang tuanya. Tetapi ternyata seluruh anggota keluarga harus mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dahulu, Coleman memahami seorang Muslim hanya dari yang terlihat kasat mata. Bagi dia yang terpenting seorang Muslim harus bergaya mirip dengan mereka yang berasal dari Timur Tengah. Tentu, bagi laki-laki harus memakai kufi dan wanita mengenakan jilbab. Sejak kecil dia ingin terbebas dari atribut pakaian tersebut.
Pada hari Sabtu, dia tak mengenakan kufi dan bermain dengan teman-temannya tanpa mengetahui bahwa dia adalah Muslim. Bagaimana pun merasa bahwa dia masih remaja yang ingin bersenang-senang.
Dia tidak ingin terlihat sebagai sosok yang alim dan intelektual karena telah mematuhi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam agamanya. Dia ingin tetap merasa seperti anak-anak lainnya.
Tidak memiliki komunitas Muslim
Bagi yang memiliki darah Afrika- Amerika, seperti Coleman, mereka hidup tersebar. Sehingga tidak ada komunitas Muslim yang dapat ditemui secara rutin.
Beberapa diantaranya berkeinginan membentuk komunitas, tetapi pada akhirnya memilih untuk menjalani Islam secara pribadi. "Kami, lebih tepatnya adalah bagian dari komunitas Islam pada umumnya,"jelas dia.
Setelah memeluk Islam, mereka selalu berkomitmen untuk mendidik anak-anak secara Islami. Begitu juga dengan Coleman yang kini telah memiliki anak. Setelah mempelajari Islam, dia bertekad untuk membesarkan anaknya sebagai Muslim. Dia tidak ingin anaknya mengenal Islam terlambat seperti apa yang dia rasakan dahulu.
Ketika sering melanggar aturan Islam, dia berharap anaknya tidak lagi melakukan hal yang sama.Karena mereka mengenal Islam sejak lahir. Berbeda dengan Coleman yang baru mengenal Islam setelah anak- anak. Memahami dan menjalankan ajaran Islam membutuhkan waktu.
Pada suatu waktu, seseorang akan memahami bahwa menjalankan ajaran tersebut bukan sekadar keharusan, tapi kebutuhan hidup. Namun, dia bersyukur, meski masa remajanya dilalui sebagai anak yang bebas, Coleman dapat menemukan kembali jalan kebenaran. Islam memberikannya kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Coleman juga tidak ingin anaknya memiliki kesalahpahaman tentang ajaran Islam. Di saat pemberitaan media massa yang mendiskreditkan Islam tak berhenti, orang tua harus mampu memberikan pemahaman tentang Islam yang sebenarnya. Anak wajib diarahkan untuk mengetahui gambaran Islam yang rahmatan lil `alamin di berbagai negara.
Pernah satu ketika anaknya menonton televisi tentang Alqaidah. Lantas anaknya bertanya apakah Muslim bagian dari alqaidah. Kemudian, Coleman menjelaskan, meskipun Muslim, tindakan mereka tidak dibenarkan, karena Islam tidak mengajarkan kekerasan.
Media ketika itu memang selalu membingkai gerakan Alqaidah dengan Islam.Sehingga banyak orang berpikiran sinis- negatif. Coleman memang memilih mendidik anak-anaknya secara Islami. Dia mengajarkan Islam dengan perlahan, sehingga mereka mengerti agama tersebut membawa kasih sayang, bukan sebaliknya.
Ketika melakukan kesalahan, seseorang tak harus dihukum. Islam mengajarkan kedamaian, dan setiap orang harus bisa merasakan kedamaian dalam Islam. Islam juga membawa kebahagiaan, sehingga setiap Muslim harus merasakan itu dalam menjalani ajarannya. Ini menjadi cara Coleman untuk mempraktikkan agama Islam dan menjadi teladan bagi anak- anaknya.
Sumber: Google News Islam Network: Koranmu Indonesi
x
Tidak ada komentar