Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wawan Ichwanuddin menilai pidato Prabowo Subianto serta debat capres menda...
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wawan Ichwanuddin menilai pidato Prabowo Subianto serta debat capres mendatang tidak akan berpengaruh signifikan terhadap elektabilitasnya, pandangan yang dibantah juru bicaranya.
Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Soebianto, berpidato selama satu jam 23 menit, Senin malam lalu, di mana ia menyinggung berbagai hal, dari petani yang bunuh diri gara-gara depresi akibat kemiskinan, angka gagal tumbuh (stunting) anak, sampai gaji dokter yang lebih rendah dari tukang parkir.
Wawan mengatakan, isi pidato itu sulit menggoyahkan pendirian strong voters atau masyarakat yang sudah memiliki pilihan kepada calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, maupun mereka yang belum menentukan pilihan, atau swing voters.
"Pidato ini memang agak sulit kalau memang menggoyahkan orang yang sudah punya preferensi yang kuat seperti kelompok-kelompok yang sejak awal udah mendukung Pak Jokowi, ikut berkampanye untuk Pak Jokowi, untuk dialihkan pandangannya," ujar Wawan kepada wartawan BBC News Indonesia Callistasia Wijaya.
"Pemilih yang sudah kuat justru ketika Prabowo memberikan data-data yang detail seperti itu, bagi yang tidak mendukung Prabowo atau yang sudah jelas-jelas mendukung Jokowi, ya menangkapnya seperti dalam kasus-kasus lain, itu adalah data yang diragukan."
Salah satu yang akan jadi perdebatan, lanjut Wawan, adalah pernyataan Prabowo soal berapa lama Indonesia mampu bertahan dengan situasi seperti sekarang.
Pada pidato Senin (14/01), Prabowo mengatakan Indonesia mungkin akan kesulitan untuk bertahan selama 10 tahun ke depan, mengingat banyak warga yang tidak bisa membayar rumah sakit.
Negara, kata Prabowo, juga tidak bisa menjamin ketersediaan makanan untuk rakyatnya dan tidak mempunyai pasukan militer yang kuat.
Hal ini menurut Wawan akan diragukan oleh orang-orang yang sudah memiliki preferensi calon presiden.
Ia menilai pidato tersebut memang ditujukan untuk pendukungnya sendiri yang menurut survei, sudah mencapai 35 persen. Prabowo, lanjut Wawan, juga mencoba mengambil hati orang-orang yang belum memutuskan pilihan, yang jumlahnya berkisar 10%.
Debat juga tak berpengaruh pada swing voters
Wawan mengatakan, pidato maupun debat pada Kamis (17/01) sebetulnya tidak terlalu signifikan untuk menarik swing voters.
Namun, isi dari pidato itu, katanya, mungkin berdampak kepada pemilih ketika diolah oleh tim sukses Prabowo dalam bentuk potongan-potongan pidato yang disebar dalam sosial media atau grup-grup obrolan daring, seperti WhatsApp.
"Kalau pidato tadi malam itu kan panjang dan menurut saya… daya jangkaunya sangat terbatas untuk menggerakan preferensi/pilihan orang."
"Tapi ketika hari ini potongan-potongan pidato itu dipotong, kemudian dikasih narasi tambahan oleh pendukung Prabowo maupun anti Prabowo, itu lah menjadi topik yang lebih berpengaruh ke pilihan pemilih," ujar Wawan.
Tim Prabowo optimistik tarik pemilih baru
Sementara itu, juru bicara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade, mengatakan timnya yakin pidato kemarin dapat meningkatkan elektabilitas Prabowo.
"Kami optimis bahwa pidato tadi malam dan juga Insya Allah debat tanggal 17 nanti, Pak Prabowo bisa menambah elektabilitas, dengan harapan kita bisa menyalip Pak Jokowi di akhir Januari atau Februari ini," kata Andre.
Andre mengatakan survei internal yang dilakukan timnya, pemilih Jokowi cenderung melandai dan turun, sedangkan pendukung Prabowo semakin bertambah.
"Penyampaian visi dan misi besok, kami yakin Pak Prabowo akan unggul dibanding Pak Jokowi sehingga itu semakin meyakinkan masyarakat swing voters untuk memilih Pak Prabowo," katanya.
Dia menambahkan strong voters Jokowi hanya berkisar 20%. Jadi, kata Andre, tim masih yakin dapat menggarap suara dari lumbung simpatisan Jokowi.
Andre mengatakan pidato Prabowo Senin lalu disambut baik oleh para pendukungnya dan juga masyarakat luas.
Prabowo, katanya, bahkan banyak melakukan improvisasi karena antusiasme pendukungnya. Pidato yang sedianya direncanakan akan berlangsung selama 40 menit pun, kata Andre, molor menjadi satu jam 23 menit.
Terkait dengan data dalam pidato yang diperdebatkan masyarakat, Andre mengatakan semua data yang dipakai Prabowo valid dan bisa dipertanggungjawabkan.
Tidak ada yang baru dan tidak agresif
Pengamat politik dari LIPI Wawan Ichwanuddin mengatakan tidak ada hal baru yang diperkenalkan Prabowo pada pidatonya.
Beberapa hal, lanjut Wawan, sudah disampaikan Prabowo pada pidatonya di tahun 2014, walau saat ini ia menekankan pada beberapa hal seperti BUMN yang terus merugi dan hutang Indonesia yang menumpuk.
Wawan mengatakan secara keseluruhan, Prabowo juga terkesan tidak agresif dengan tidak secara gamblang menyerang pemerintahan saat ini.
Hak atas foto Getty Images
Image caption Prabowo-Jokowi mengulangi kompetisi yang terjadi pada pilpres 2014, kali ini dengan pasangan cawapres yang berbeda. Prabowo menggandeng Sandiaga sementara Jokowi didampingi oleh Ma'ruf Amin.
Di salah satu bagian pidatonya, Prabowo bahkan mengatakan ia akan melanjutkan pekerjaan para presiden terdahulu, termasuk Jokowi, yang dia sebut telah banyak memberi hasil untuk negara.
Menurut Wawan, Prabowo ingin menampilkan dirinya sebagai sosok alternatif atas keadaan sekarang yang belum memuaskan.
"Dia tidak juga ingin kelihatan terlalu agresif menyerang orang per orang. Itu juga bagian dari strategi menurut saya. Pembentukan semacam impresi kepada publik agar (terlihat) dia tidak ada soal dengan Pak Jokowi, dengan orang per orang di pemerintahan, tapi dia ingin menunjukan situasinya begini (tidak terlalu memuaskan) dan harus ada alternatif untuk mengubah situasi ini," katanya.
Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily mengatakan pidato Prabowo banyak yang tidak sesuai fakta.
"Tidak ada sesuatu yang baru dari apa yang disampaikan Pak Prabowo kecuali bahwa itu semua hanya jargon dan narasi yang sifatnya mendramatisasi, seakan-akan indonesia sedang menghadapi suatu krisis, padahal sesungguhnya kondisi objektifnya kan tidak begitu," kata Ace.
Prabowo, tambahnya, juga tidak memberikan langkah-langkah solutif untuk keluar dari masalah-masalah itu.
Tidak jadi ancam mundur dari pemilu
Sebelumnya, Djoko Santoso, Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mengatakan bahwa dalam 'pidato kebangsaan' hari Senin, Prabowo akan mengatakan ia siap mundur jika terdapat potensi kecurangan.
"Supaya tidak terkejut barangkali, ... nanti disampaikan ... pernyataan terakhir Prabowo Subianto adalah kalau memang potensi kecurangan itu tidak bisa dihindarkan, maka Prabowo Subianto akan mengundurkan diri," katanya, seperti dikutip Kompas.
Namun, nyatanya Prabowo tidak mengatakan hal itu.
Terkait hal ini, Andre mengatakan Prabowo tidak perlu menyampaikan itu karena mundur dari pemilihan presiden dilarang oleh undang-undang.
Namun, Andre menyebut tim Prabowo bisa saja mengambil tindakan-tindakan memboikot pemilu atau lainnya jika terdapat indikasi kecurangan yang dilakukan oleh penyelenggara negara.
Ia menambahkan yang dikatakan Djoko adalah peringatan dini kepada para aparatur negara kepada aparatur dan institusi negara agar berlaku netral.
"Kan sudah disindir oleh Pak Prabowo (dalam pidatonya) kemarin bahwa tolong intel itu jangan intelin rakyat, tapi intellah musuh negara," katanya.
Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46873249
Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Soebianto, berpidato selama satu jam 23 menit, Senin malam lalu, di mana ia menyinggung berbagai hal, dari petani yang bunuh diri gara-gara depresi akibat kemiskinan, angka gagal tumbuh (stunting) anak, sampai gaji dokter yang lebih rendah dari tukang parkir.
Wawan mengatakan, isi pidato itu sulit menggoyahkan pendirian strong voters atau masyarakat yang sudah memiliki pilihan kepada calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, maupun mereka yang belum menentukan pilihan, atau swing voters.
"Pidato ini memang agak sulit kalau memang menggoyahkan orang yang sudah punya preferensi yang kuat seperti kelompok-kelompok yang sejak awal udah mendukung Pak Jokowi, ikut berkampanye untuk Pak Jokowi, untuk dialihkan pandangannya," ujar Wawan kepada wartawan BBC News Indonesia Callistasia Wijaya.
"Pemilih yang sudah kuat justru ketika Prabowo memberikan data-data yang detail seperti itu, bagi yang tidak mendukung Prabowo atau yang sudah jelas-jelas mendukung Jokowi, ya menangkapnya seperti dalam kasus-kasus lain, itu adalah data yang diragukan."
Salah satu yang akan jadi perdebatan, lanjut Wawan, adalah pernyataan Prabowo soal berapa lama Indonesia mampu bertahan dengan situasi seperti sekarang.
Pada pidato Senin (14/01), Prabowo mengatakan Indonesia mungkin akan kesulitan untuk bertahan selama 10 tahun ke depan, mengingat banyak warga yang tidak bisa membayar rumah sakit.
Negara, kata Prabowo, juga tidak bisa menjamin ketersediaan makanan untuk rakyatnya dan tidak mempunyai pasukan militer yang kuat.
Hal ini menurut Wawan akan diragukan oleh orang-orang yang sudah memiliki preferensi calon presiden.
Ia menilai pidato tersebut memang ditujukan untuk pendukungnya sendiri yang menurut survei, sudah mencapai 35 persen. Prabowo, lanjut Wawan, juga mencoba mengambil hati orang-orang yang belum memutuskan pilihan, yang jumlahnya berkisar 10%.
Debat juga tak berpengaruh pada swing voters
Wawan mengatakan, pidato maupun debat pada Kamis (17/01) sebetulnya tidak terlalu signifikan untuk menarik swing voters.
Namun, isi dari pidato itu, katanya, mungkin berdampak kepada pemilih ketika diolah oleh tim sukses Prabowo dalam bentuk potongan-potongan pidato yang disebar dalam sosial media atau grup-grup obrolan daring, seperti WhatsApp.
"Kalau pidato tadi malam itu kan panjang dan menurut saya… daya jangkaunya sangat terbatas untuk menggerakan preferensi/pilihan orang."
"Tapi ketika hari ini potongan-potongan pidato itu dipotong, kemudian dikasih narasi tambahan oleh pendukung Prabowo maupun anti Prabowo, itu lah menjadi topik yang lebih berpengaruh ke pilihan pemilih," ujar Wawan.
Tim Prabowo optimistik tarik pemilih baru
Sementara itu, juru bicara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade, mengatakan timnya yakin pidato kemarin dapat meningkatkan elektabilitas Prabowo.
"Kami optimis bahwa pidato tadi malam dan juga Insya Allah debat tanggal 17 nanti, Pak Prabowo bisa menambah elektabilitas, dengan harapan kita bisa menyalip Pak Jokowi di akhir Januari atau Februari ini," kata Andre.
Andre mengatakan survei internal yang dilakukan timnya, pemilih Jokowi cenderung melandai dan turun, sedangkan pendukung Prabowo semakin bertambah.
"Penyampaian visi dan misi besok, kami yakin Pak Prabowo akan unggul dibanding Pak Jokowi sehingga itu semakin meyakinkan masyarakat swing voters untuk memilih Pak Prabowo," katanya.
Dia menambahkan strong voters Jokowi hanya berkisar 20%. Jadi, kata Andre, tim masih yakin dapat menggarap suara dari lumbung simpatisan Jokowi.
Andre mengatakan pidato Prabowo Senin lalu disambut baik oleh para pendukungnya dan juga masyarakat luas.
Prabowo, katanya, bahkan banyak melakukan improvisasi karena antusiasme pendukungnya. Pidato yang sedianya direncanakan akan berlangsung selama 40 menit pun, kata Andre, molor menjadi satu jam 23 menit.
Terkait dengan data dalam pidato yang diperdebatkan masyarakat, Andre mengatakan semua data yang dipakai Prabowo valid dan bisa dipertanggungjawabkan.
Tidak ada yang baru dan tidak agresif
Pengamat politik dari LIPI Wawan Ichwanuddin mengatakan tidak ada hal baru yang diperkenalkan Prabowo pada pidatonya.
Beberapa hal, lanjut Wawan, sudah disampaikan Prabowo pada pidatonya di tahun 2014, walau saat ini ia menekankan pada beberapa hal seperti BUMN yang terus merugi dan hutang Indonesia yang menumpuk.
Wawan mengatakan secara keseluruhan, Prabowo juga terkesan tidak agresif dengan tidak secara gamblang menyerang pemerintahan saat ini.
Hak atas foto Getty Images
Image caption Prabowo-Jokowi mengulangi kompetisi yang terjadi pada pilpres 2014, kali ini dengan pasangan cawapres yang berbeda. Prabowo menggandeng Sandiaga sementara Jokowi didampingi oleh Ma'ruf Amin.
Di salah satu bagian pidatonya, Prabowo bahkan mengatakan ia akan melanjutkan pekerjaan para presiden terdahulu, termasuk Jokowi, yang dia sebut telah banyak memberi hasil untuk negara.
Menurut Wawan, Prabowo ingin menampilkan dirinya sebagai sosok alternatif atas keadaan sekarang yang belum memuaskan.
"Dia tidak juga ingin kelihatan terlalu agresif menyerang orang per orang. Itu juga bagian dari strategi menurut saya. Pembentukan semacam impresi kepada publik agar (terlihat) dia tidak ada soal dengan Pak Jokowi, dengan orang per orang di pemerintahan, tapi dia ingin menunjukan situasinya begini (tidak terlalu memuaskan) dan harus ada alternatif untuk mengubah situasi ini," katanya.
Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily mengatakan pidato Prabowo banyak yang tidak sesuai fakta.
"Tidak ada sesuatu yang baru dari apa yang disampaikan Pak Prabowo kecuali bahwa itu semua hanya jargon dan narasi yang sifatnya mendramatisasi, seakan-akan indonesia sedang menghadapi suatu krisis, padahal sesungguhnya kondisi objektifnya kan tidak begitu," kata Ace.
Prabowo, tambahnya, juga tidak memberikan langkah-langkah solutif untuk keluar dari masalah-masalah itu.
Tidak jadi ancam mundur dari pemilu
Sebelumnya, Djoko Santoso, Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mengatakan bahwa dalam 'pidato kebangsaan' hari Senin, Prabowo akan mengatakan ia siap mundur jika terdapat potensi kecurangan.
"Supaya tidak terkejut barangkali, ... nanti disampaikan ... pernyataan terakhir Prabowo Subianto adalah kalau memang potensi kecurangan itu tidak bisa dihindarkan, maka Prabowo Subianto akan mengundurkan diri," katanya, seperti dikutip Kompas.
Namun, nyatanya Prabowo tidak mengatakan hal itu.
Terkait hal ini, Andre mengatakan Prabowo tidak perlu menyampaikan itu karena mundur dari pemilihan presiden dilarang oleh undang-undang.
Namun, Andre menyebut tim Prabowo bisa saja mengambil tindakan-tindakan memboikot pemilu atau lainnya jika terdapat indikasi kecurangan yang dilakukan oleh penyelenggara negara.
Ia menambahkan yang dikatakan Djoko adalah peringatan dini kepada para aparatur negara kepada aparatur dan institusi negara agar berlaku netral.
"Kan sudah disindir oleh Pak Prabowo (dalam pidatonya) kemarin bahwa tolong intel itu jangan intelin rakyat, tapi intellah musuh negara," katanya.
Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46873249
Tidak ada komentar