“IMMawan dan IMMawati , siswa teladan putra harapan penyambung hidup generasi , umat Islam seribu zaman , pendukung cita -cita l u...
“IMMawan dan IMMawati, siswa teladan putra harapan
penyambung hidup generasi, umat Islam
seribu zaman,
pendukung cita -cita luhur, negeri indah adil dan makmur”.
Lirik mars IMM diatas adalah harapan dan semangat yang sering kita
gaungkan ini pun tidak asing di dengar di
telinga kita. Tanpa kita sadari lirik ini pun mempunyai banyak
arti dan makna yang terkandung di dalamnya; memanggil dan memberikan ruh
identititas siswa teladan putra harapan bangsa Indonesia untuk melanjutkan estafet
kepemimpinan.
Estafet kepemimpinan ini harus dijiwai dalam kehidupan dengan memupuk
keunggulan idealisme. Idealisme merupakan tatanan pokok yang
harus dimiliki oleh seorang kader IMM, karena “sebesar
apapun IMM kalau idealismenya keropos, maka IMM
akan punah dalam idealismenya.”
Kemudian, idealisme itu pun harus diimbangi dengan nilai moralitas, agar terjadinya suatu sinkronisasi
dalam aktualisasi kehidupan.
Penanaman nilai religiusitas dalam ber-IMM harus
terus digalakkan, karena religiusitas merupakan simbol harmonisasi hubungan kita
dengan Allah, dan semesta. Pendalaman
pada Al Qur’an dan Sunnah menjadi suatu keharusan. Fondasi ini menjadi dasar
gerakan IMM. Menurut K.H. Mas Manyur sebagaimana dikutip Gunawan et al (2018: 161) bahwa, memahami Al
Quran dan Sunnah secara mendalam dan dengan pemahaman yang luas, maka kehidupan
beragama menjadi mudah, lapang, dan terbuka. Inilah sebagai ciri dari masyarakat
Islam.
Farid
Ma’ruf di depan forum Muktamar ke-37 Palembang (1956), menyatakan bahwa, adapun
kriteria masyarakat Islam, diantaranya: Masyarakat yang ber-Tuhan, dan
beragama, ditandai dengan lima hal: Pertama,
Ketauhidan adalah jiwa dan semangat bagi dan dalam suatu masyarakat Islam; Kedua, beragama merupakan perwujudan
dari jiwa ke-Tuhanan itu sendiri; Ketiga,
setiap orang muslim selaku anggota masyarakat hendaknya menempatkan dirinya
sebagai hamba Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Kuasa, tiada
sekutu bagi-Nya dan tiada yang menyamai-Nya; Keempat, keyakinan yang demikian itu harus mewujud jelas; Kelima, petunjuk Illahi menjadi pegangan
yang utama dari masyarakat tersebut. Begitu pun IMM sebagai masyarakat Islam
harus memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Keislaman. (Gunawan et al, 2018: 164-165)
Prinsip
Farid diatas menguraikan bahwa, hal diatas menjadi dasar nilai religiusitas
yang harus dipegang teguh oleh kader. IMM tampil sebagai organisasi Islam yang
berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah. Prinsip ketauhidan harus berada dalam diri,
sanubari, jiwa, kemudian setiap langkah perjalanan hidup, termasuk gerakan IMM
harus dilandasi dengan nilai religiusitas, disamping meningkatkan kualitas diri
kader IMM itu sendiri sehingga setiap aktivitas kader-kader IMM haruslah
berangkat pada nilai religiusitas, baik sisi dalam kepribadian kader, hingga
gerakan IMM. Senada dengan itu, prinsip religiutas harus menjadi penguatan pada
jiwa kader, dan menjadi praktik dalam kehidupan nyatanya (dalam praksis gerakan
organisasi, dan kehidupan berbangsa dan bernegara).
Selanjutnya, dari sisi
intelektualitas, IMM harus terus menggerakan semangat literasi. Menggelorakan literasi
(membaca-menulis-diskusi-aksi). Tidak mudah memang membangun ruang literasi
dikalangan kader IMM secara konsisten, dan kontinyu. Maka, dikatakan gerakan
literasi juga disebut jalan sunyi. Jalan sunyi yang sepi minat untuk dihadiri.
Maka, membumikan spirit literasi adalah bagian dari perkaderan. Perkaderan yang
menuju kepantasan dan kesiapan dalam berpikir, bertindak, mau mengambil jalur sunyi
untuk kemudian melahirkan gerakan-gerakan solutif-konstruktif untuk peradaban.
Dapat dikatakan, jika keberlanjutan dari spirit
literasi itu, selanjutnya akan mengakar dan ruh cendekiawan berpribadi IMM akan
muncul. Tegas dikatakan, kader IMM adalah seorang
cendekiawan berpribadi. Cendekiawan berpribadi IMM adalah bagaimana
memaksimalkan akal pikiran nya untuk berjibaku pada hal-hal yang bersifat
konseptual, teoretis, kemudian menghadirkan ruang dialektika dari berbagai konsep-konsep & wacana yang dihadirkan, lalu
ditampilkan dalam bentuk praksis nyata. Tema IMM yakni Karya Nyata Untuk Bangsa
sebetulnya bersifat penegasan bahwa kader IMM harus mampu menterjemahkan dan
mewujudkan gerakan ilmu melalui kepribadian cendekiawan berpribadi itu.
Salahsatunya adalah dapat dimulai dengan membumikan literasi. Spirit inilah
menjadi modal kader IMM untuk menelusuri atau berselancar luasnya belantara
pemikiran, belajar membangun nalar kritis kader dengan adanya dialektika
konsep, metode dan orientasi gerakan, hingga nanti berujung pada analisis dan praksis
gerakan di tengah masyarakat.
Dari melek
literasi itulah akan
memunculkan ide dan gagasan, serta sistem
pola pikir kritis, dimana
pola pikir kritis ini yang penulis rasa mulai memudar. DNA kritisme mahasiswa, harus terus dihidup-gelorakan
sebagai aplikasi dari kecendekiawanan IMM (cendekiawan berpribadi IMM). Apalagi
ditengah situasi dan terpaan dampak negatif dari budaya asing seperti westernisasi, materiaslime-pragmatisme-hedonisme,
maupun ideologi yang berkembang yang tidak sesuai dengan prinsip Islam.
Kemudian,
dalam sisi humanitas, kader IMM harus total menampilkan sisi sensitivitas
sosial. Dengan menampilkan dan mempertaham sensitivitas sosial, maka kehadiran
IMM mampu mewarnai masyarakat dengan wajah-wajah yang mencerahkan. Dakwah IMM
haruslah menggembirakan, dan membumi. Membumi untuk selanjutnya menjadi gerakan
sosial yang berkelanjutan, seperti desa/sekolah binaan, gerakan yang berpacu
pada teologi Al Maun secara berkelanjutan seperti menggelorakan creativity minority untuk masyarakat,
gerakan altruisme yang dibangun oleh IMM, sehingga pengamalan nilai
humanitas tidak berhenti pada hal-hal yang bersifat “jika ada bencana baru aksi” saja, hal tersebut tidaklah
salah, melainkan perlu warna gerakan yang mampu dibaca dan dibawa oleh kader
IMM dalam rangka membangun kepedulian terhadap lingkungan-sosial
secara berkelanjutan.
Pembentukan sinergisitas
antar sesama ortom pun harus selalu digalakan
jangan sampai kita berada di dalam satu ortom Muhammadiyah tidak mengenal ortom
yang lain yang ada di dalamnya dengan tujuan untuk selalu menjaga keberagaman
serta ukhwah dan menjaga kekuatan peran dalam kehidupan bermasyarakat karena
IMM mempunyai peran sebagai gerakan kemahasiswaan, dan gerakan sosial
kemasyarakatan”.
Selain itu juga kader IMM harus open minded pada hal positif dan berfikir maju (berorientasi dalam
rangka mengembangkan kemampuan dan ketajaman berfikir), dan membangun sensitivitas humanitas, serta membekali diri dengan penggalian
skill yang dikuasai. Berpikir maju salahsatunya
berada dalam lima pilar Islam Berkemajuan. Semangat berpikir maju, ke depan,
melampaui zaman, futuristik dalam bingkai Islam Berkemajuan berada dalam diri
KH Ahmad Dahlan. Sifat itu sepatutnya harus ada dalam diri kader ikatan. Melihat
tempo dulu, KH Ahmad Dahlan merupakan sosok ulama berkemajuan, bervisi jauh ke
depan melampaui zamannya dengan mendobrak tradisi beragama dan kejumudan
(kebekuan) berpikir masyarakat. (Khalil et
al, 2017: 87) Beliau ingin Islam yang murni yakni terbebas dari tahayul, bid’ah, churafat (TBC), terbebas
dari pemikiran dan perilaku yang tradisionalistik seperti terhindar dari sesajen,
sesembahan, ritual ibadah yang mengarah pada selain Allah, dan lain sebagainya.
Beliau ingin Islam yang murni, tetapi juga Islam yang modern (‘ashr).
Sebagaimana
kader IMM, harus membangun sedari diri untuk selalu berorientasi kemajuan
sehingga sebagai kader IMM mampu memaksimalkan peran dalam mendorong untuk
berorientasi berpikir maju dengan dilandasi nilai Keislaman dan diaplikasikan
ke berbagai aspek kehidupan; keberpihakan kepada kaum tertindas, lemah dan
membangun peradaban. Islam yang diinginkan KH Ahmad Dahlan ini adalah Islam
yang membuka mata umatnya kepada jalan hidup untuk berkemajuan. Bukan sekadar
agama ritual yang tak memiliki makna keberpihakan kepada kaum lemah dan visi
pembangunan peradaban. (Khalil et al,
2017: 87) Perilaku ini yang harus dibangun oleh kader IMM sebagai kader
persyarikatan, kader ummat, dan kader bangsa. Maka dari itu, “berkemajuan sejak
dalam pikiran dan arif dalam bertindak” penting dimiliki oleh setiap kader di setiap
level kepemimpinan nya.
Lebih jauh, kompetensi itu bisa di dapat pada
setiap kegiatan diskusi atau dalam perkaderan,
karena kita sadari bahwa IMM termasuk
ke dalam gerakan yang terorganisir yang
didirikan dengan tujuan yang jelas untuk kemaslahtan umat. Pemupukkan kompetensi diatas harus selalu diaksikan dalam kaderisasi dan gerakannya di
IMM.
Selain itu, kader IMM harus
meningkatkan skill bahasa asing, karena
tidak bisa di pungkiri bahwa penguasaan bahasa merupakan alat yang penting. Apalagi
kita memasuki dunia dengan berbagai macam era, seperti era globalisasi, digital, sampai milenial, sehingga
kita harus bisa merespons perkembangan dan tantangan zaman ini dengan bijak. Salahsatunya yakni dengan
selalu meningkatkan kemampuan berbahasa
asing. Dengan begitu, akan mudah untuk membuka cakrawala berfikir yang lebih luas, serta memudahkan kita dalam
masuk di dunia internasional. Selain itu, peka terhadap perkembangan teknologi,
salahsatunya dengan dapat memfiltrasi
segala informasi yang masuk ke teknologi kita, sehingga dapat mendapatkan
informasi valid, dan meminimalisir terjadinya hoaxs.
IMM mempunyai peran penting dalam
segala sektor-sektor negara, khususnya dalam sektor sosial, ekonomi politik dan
budaya, sehingga kita harus selalu
meningkatkan kualitas dan
kemampuan kita dalam segala hal. Mengingat peran IMM sangatlah besar, maka kita harus memberikan
kontribusi yang nyata salahsatunya sumbangsih kita untuk
lingkungan sekitar karena tantangan ke depan
berada di pundak kita. Negara butuh kita untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan bangsa. Maka
dari itu, IMM sebagai cendekiawan
berpribadi harus tetap memupuk dirinya (kader) dengan selalu meningkatkan
kualitas dan kompetensinya, sehingga IMM mampu
menjadi kader yang sumber daya manusia nya berkualitas
tinggi dan berkepribadian yang berakhlak mulia, serta berperan aktif dalam
proses-proses mensejahterakan
rakyat (sebagaimana dalam Enam
Penegasan IMM yang salah satunya berbunyi; amal IMM adalah lillahi
ta’ala dan
senantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat).
Terakhir, IMM harus mampu mendiasporakan kader-kadernya dengan pemuda
luar negeri, agar
kader IMM bisa belajar dan terjadi tukar informasi, dan keilmuan dengam tetap menjaga
identitas, serta local wisdom. Kemudian, mampu mengembangkan ilmu yang
telah ia dapati, lalu
menerapkan ilmunya untuk kemajuan bangsa dan
negara. Lalu, hal
yang penting juga yaitu tanamkan dan teguhkan peran
bahwa, “kader IMM
harus mengedepankan nilai moral dan akhlak sebagai pandangan hidup yang memberi
petunjuk kehidupan sebagai wujud dari ilmu amaliah dan amal ilmiah”. Semoga kader IMM mampu
berkontribusi secara maksimal untuk negeri dan menjadi karya nyata untuk bangsa
dan negara.
Selamat Milad IMM ke-55 tahun. 14 Maret 2019 lalu, adalah saksi perjalanan
panjang sudah dilalui hingga setengah abad lebih. Perjuangan yang tiada henti
menjadi suatu keharusan untuk ummat dalam membangun peradaban yang
mencerahkan. Semoga selalu tetap bersinar seperti sang surya yang selalu
menerangi jalan hidup setiap umat. IMM Jaya, Jaya, Jaya. Wallahu
a'lam bishawab.
Penulis:
Dwi
Saleha
Anggota Bidang IMMawati PC IMM
Kota Tangerang 2017-2018
Bayujati Prakoso
Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Jaksel 2018-2019
Daftar
Referensi:
Gunawan, A et al. 2018. Kemuhammadiyahan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Khalil,
Munawwar, et al. 2017. Siapakah Kader Muhammadiyah Itu?; Materi
Kultum Peneguh Jatidiri Kader. Yogyakarta: MPK PP Muhammadiyah.
Tidak ada komentar