Page Nav

HIDE

Ads Place

IMM Untuk Kemajuan Bangsa : Refleksi Kritis & Proyeksi Gerakan 55 Tahun IMM

“IMMawan dan IMMawati , siswa teladan putra harapan penyambung hidup generasi , umat Islam seribu zaman , pendukung cita -cita l u...



“IMMawan dan IMMawati, siswa teladan putra harapan penyambung hidup generasi, umat Islam seribu zaman, pendukung cita -cita luhur, negeri indah adil dan makmur”.

            Lirik mars IMM diatas adalah harapan dan semangat yang sering kita gaungkan ini pun tidak asing di dengar di telinga kita. Tanpa kita sadari lirik ini pun mempunyai banyak arti dan makna yang terkandung di dalamnya; memanggil dan memberikan ruh identititas siswa teladan putra harapan bangsa Indonesia untuk melanjutkan estafet kepemimpinan.

            Estafet kepemimpinan ini harus dijiwai dalam kehidupan dengan memupuk keunggulan idealisme. Idealisme merupakan tatanan pokok yang harus dimiliki oleh seorang kader IMM, karena “sebesar apapun IMM kalau idealismenya keropos, maka IMM akan punah dalam idealismenya.” Kemudian, idealisme itu pun harus diimbangi dengan nilai moralitas, agar terjadinya suatu sinkronisasi dalam aktualisasi kehidupan.

            Penanaman nilai religiusitas dalam ber-IMM harus terus digalakkan, karena religiusitas merupakan simbol harmonisasi hubungan kita dengan Allah, dan semesta. Pendalaman pada Al Qur’an dan Sunnah menjadi suatu keharusan. Fondasi ini menjadi dasar gerakan IMM. Menurut K.H. Mas Manyur sebagaimana dikutip Gunawan et al (2018: 161) bahwa, memahami Al Quran dan Sunnah secara mendalam dan dengan pemahaman yang luas, maka kehidupan beragama menjadi mudah, lapang, dan terbuka. Inilah sebagai ciri dari masyarakat Islam.

            Farid Ma’ruf di depan forum Muktamar ke-37 Palembang (1956), menyatakan bahwa, adapun kriteria masyarakat Islam, diantaranya: Masyarakat yang ber-Tuhan, dan beragama, ditandai dengan lima hal: Pertama, Ketauhidan adalah jiwa dan semangat bagi dan dalam suatu masyarakat Islam; Kedua, beragama merupakan perwujudan dari jiwa ke-Tuhanan itu sendiri; Ketiga, setiap orang muslim selaku anggota masyarakat hendaknya menempatkan dirinya sebagai hamba Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Kuasa, tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang menyamai-Nya; Keempat, keyakinan yang demikian itu harus mewujud jelas; Kelima, petunjuk Illahi menjadi pegangan yang utama dari masyarakat tersebut. Begitu pun IMM sebagai masyarakat Islam harus memiliki kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Keislaman. (Gunawan et al, 2018: 164-165)

            Prinsip Farid diatas menguraikan bahwa, hal diatas menjadi dasar nilai religiusitas yang harus dipegang teguh oleh kader. IMM tampil sebagai organisasi Islam yang berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah. Prinsip ketauhidan harus berada dalam diri, sanubari, jiwa, kemudian setiap langkah perjalanan hidup, termasuk gerakan IMM harus dilandasi dengan nilai religiusitas, disamping meningkatkan kualitas diri kader IMM itu sendiri sehingga setiap aktivitas kader-kader IMM haruslah berangkat pada nilai religiusitas, baik sisi dalam kepribadian kader, hingga gerakan IMM. Senada dengan itu, prinsip religiutas harus menjadi penguatan pada jiwa kader, dan menjadi praktik dalam kehidupan nyatanya (dalam praksis gerakan organisasi, dan kehidupan berbangsa dan bernegara).

            Selanjutnya, dari sisi intelektualitas, IMM harus terus menggerakan semangat literasi. Menggelorakan literasi (membaca-menulis-diskusi-aksi). Tidak mudah memang membangun ruang literasi dikalangan kader IMM secara konsisten, dan kontinyu. Maka, dikatakan gerakan literasi juga disebut jalan sunyi. Jalan sunyi yang sepi minat untuk dihadiri. Maka, membumikan spirit literasi adalah bagian dari perkaderan. Perkaderan yang menuju kepantasan dan kesiapan dalam berpikir, bertindak, mau mengambil jalur sunyi untuk kemudian melahirkan gerakan-gerakan solutif-konstruktif untuk peradaban.

            Dapat dikatakan, jika keberlanjutan dari spirit literasi itu, selanjutnya akan mengakar dan ruh cendekiawan berpribadi IMM akan muncul. Tegas dikatakan, kader IMM adalah seorang cendekiawan berpribadi. Cendekiawan berpribadi IMM adalah bagaimana memaksimalkan akal pikiran nya untuk berjibaku pada hal-hal yang bersifat konseptual, teoretis, kemudian menghadirkan ruang dialektika dari berbagai konsep-konsep & wacana yang dihadirkan, lalu ditampilkan dalam bentuk praksis nyata. Tema IMM yakni Karya Nyata Untuk Bangsa sebetulnya bersifat penegasan bahwa kader IMM harus mampu menterjemahkan dan mewujudkan gerakan ilmu melalui kepribadian cendekiawan berpribadi itu. Salahsatunya adalah dapat dimulai dengan membumikan literasi. Spirit inilah menjadi modal kader IMM untuk menelusuri atau berselancar luasnya belantara pemikiran, belajar membangun nalar kritis kader dengan adanya dialektika konsep, metode dan orientasi gerakan, hingga nanti berujung pada analisis dan praksis gerakan di tengah masyarakat.

            Dari melek literasi itulah akan memunculkan ide dan gagasan, serta sistem pola pikir kritis, dimana pola pikir kritis ini yang penulis rasa mulai memudar. DNA kritisme mahasiswa, harus terus dihidup-gelorakan sebagai aplikasi dari kecendekiawanan IMM (cendekiawan berpribadi IMM). Apalagi ditengah situasi dan terpaan dampak negatif dari budaya asing seperti westernisasi, materiaslime-pragmatisme-hedonisme, maupun ideologi yang berkembang yang tidak sesuai dengan prinsip Islam.

            Kemudian, dalam sisi humanitas, kader IMM harus total menampilkan sisi sensitivitas sosial. Dengan menampilkan dan mempertaham sensitivitas sosial, maka kehadiran IMM mampu mewarnai masyarakat dengan wajah-wajah yang mencerahkan. Dakwah IMM haruslah menggembirakan, dan membumi. Membumi untuk selanjutnya menjadi gerakan sosial yang berkelanjutan, seperti desa/sekolah binaan, gerakan yang berpacu pada teologi Al Maun secara berkelanjutan seperti menggelorakan creativity minority untuk masyarakat, gerakan altruisme yang dibangun oleh IMM, sehingga pengamalan nilai humanitas tidak berhenti pada hal-hal yang bersifat “jika ada bencana baru aksi” saja, hal tersebut tidaklah salah, melainkan perlu warna gerakan yang mampu dibaca dan dibawa oleh kader IMM dalam rangka membangun kepedulian terhadap lingkungan-sosial secara berkelanjutan.

           Pembentukan sinergisitas antar sesama ortom pun harus selalu digalakan jangan sampai kita berada di dalam satu ortom Muhammadiyah tidak mengenal ortom yang lain yang ada di dalamnya dengan tujuan untuk selalu menjaga keberagaman serta ukhwah dan menjaga kekuatan peran dalam kehidupan bermasyarakat karena IMM mempunyai peran sebagai gerakan kemahasiswaan, dan gerakan sosial kemasyarakatan”.

            Selain itu juga kader IMM harus open minded pada hal positif dan berfikir maju (berorientasi dalam rangka mengembangkan kemampuan dan ketajaman berfikir), dan membangun sensitivitas humanitas, serta membekali diri dengan penggalian skill yang dikuasai. Berpikir maju salahsatunya berada dalam lima pilar Islam Berkemajuan. Semangat berpikir maju, ke depan, melampaui zaman, futuristik dalam bingkai Islam Berkemajuan berada dalam diri KH Ahmad Dahlan. Sifat itu sepatutnya harus ada dalam diri kader ikatan. Melihat tempo dulu, KH Ahmad Dahlan merupakan sosok ulama berkemajuan, bervisi jauh ke depan melampaui zamannya dengan mendobrak tradisi beragama dan kejumudan (kebekuan) berpikir masyarakat. (Khalil et al, 2017: 87) Beliau ingin Islam yang murni yakni terbebas dari tahayul, bid’ah, churafat (TBC), terbebas dari pemikiran dan perilaku yang tradisionalistik seperti terhindar dari sesajen, sesembahan, ritual ibadah yang mengarah pada selain Allah, dan lain sebagainya. Beliau ingin Islam yang murni, tetapi juga Islam yang modern (‘ashr).

            Sebagaimana kader IMM, harus membangun sedari diri untuk selalu berorientasi kemajuan sehingga sebagai kader IMM mampu memaksimalkan peran dalam mendorong untuk berorientasi berpikir maju dengan dilandasi nilai Keislaman dan diaplikasikan ke berbagai aspek kehidupan; keberpihakan kepada kaum tertindas, lemah dan membangun peradaban. Islam yang diinginkan KH Ahmad Dahlan ini adalah Islam yang membuka mata umatnya kepada jalan hidup untuk berkemajuan. Bukan sekadar agama ritual yang tak memiliki makna keberpihakan kepada kaum lemah dan visi pembangunan peradaban. (Khalil et al, 2017: 87) Perilaku ini yang harus dibangun oleh kader IMM sebagai kader persyarikatan, kader ummat, dan kader bangsa. Maka dari itu, “berkemajuan sejak dalam pikiran dan arif dalam bertindak” penting dimiliki oleh setiap kader di setiap level kepemimpinan nya.

            Lebih jauh, kompetensi itu bisa di dapat pada setiap kegiatan diskusi atau dalam perkaderan, karena kita sadari bahwa IMM termasuk ke dalam gerakan yang terorganisir yang didirikan dengan tujuan yang jelas untuk kemaslahtan umat. Pemupukkan kompetensi diatas harus selalu diaksikan dalam kaderisasi dan gerakannya di IMM.

            Selain itu, kader IMM harus meningkatkan skill bahasa asing, karena tidak bisa di pungkiri bahwa penguasaan bahasa merupakan alat yang penting. Apalagi kita memasuki dunia dengan berbagai macam era, seperti era globalisasi, digital, sampai milenial, sehingga kita harus bisa merespons perkembangan dan tantangan zaman ini dengan bijak. Salahsatunya yakni dengan selalu meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Dengan begitu, akan mudah untuk membuka cakrawala berfikir yang lebih luas, serta memudahkan kita dalam masuk di dunia internasional. Selain itu, peka terhadap perkembangan teknologi, salahsatunya dengan dapat memfiltrasi segala informasi yang masuk ke teknologi kita, sehingga dapat mendapatkan informasi valid, dan meminimalisir terjadinya hoaxs.

IMM mempunyai peran penting dalam segala sektor-sektor negara, khususnya dalam sektor sosial, ekonomi politik dan budaya, sehingga kita harus selalu meningkatkan kualitas dan kemampuan kita dalam segala hal. Mengingat peran IMM sangatlah besar, maka kita harus memberikan kontribusi yang nyata salahsatunya sumbangsih kita untuk lingkungan sekitar karena tantangan ke depan berada di pundak kita. Negara butuh kita untuk menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa. Maka dari itu, IMM sebagai cendekiawan berpribadi harus tetap memupuk dirinya (kader) dengan selalu meningkatkan kualitas dan kompetensinya, sehingga IMM mampu menjadi kader yang sumber daya manusia nya berkualitas tinggi dan berkepribadian yang berakhlak mulia, serta berperan aktif dalam proses-proses mensejahterakan rakyat (sebagaimana dalam Enam Penegasan IMM yang salah satunya berbunyi; amal IMM adalah lillahi ta’ala dan senantiasa diabdikan untuk kepentingan rakyat).

Terakhir, IMM harus mampu mendiasporakan kader-kadernya dengan pemuda luar negeri, agar kader IMM bisa belajar dan terjadi tukar informasi, dan keilmuan dengam tetap menjaga identitas, serta local wisdom. Kemudian, mampu mengembangkan ilmu yang telah ia dapati, lalu menerapkan ilmunya untuk kemajuan bangsa dan negara. Lalu, hal yang penting juga yaitu tanamkan dan teguhkan peran bahwa, “kader IMM harus mengedepankan nilai moral dan akhlak sebagai pandangan hidup yang memberi petunjuk kehidupan sebagai wujud dari ilmu amaliah dan amal ilmiah. Semoga kader IMM mampu berkontribusi secara maksimal untuk negeri dan menjadi karya nyata untuk bangsa dan negara.


            Selamat Milad IMM ke-55 tahun. 14 Maret 2019 lalu, adalah saksi perjalanan panjang sudah dilalui hingga setengah abad lebih. Perjuangan yang tiada henti menjadi suatu keharusan untuk ummat dalam membangun peradaban yang mencerahkan. Semoga selalu tetap bersinar seperti sang surya yang selalu menerangi jalan hidup setiap umat. IMM Jaya, Jaya, Jaya. Wallahu a'lam bishawab.

Penulis:
Dwi Saleha
Anggota Bidang IMMawati PC IMM Kota Tangerang 2017-2018

Bayujati Prakoso
Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Jaksel 2018-2019

Daftar Referensi:

Gunawan, A et al. 2018. Kemuhammadiyahan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Khalil, Munawwar, et al. 2017. Siapakah Kader Muhammadiyah Itu?; Materi Kultum Peneguh Jatidiri Kader. Yogyakarta: MPK PP Muhammadiyah.

Tidak ada komentar

Ads Place