Page Nav

HIDE

Ads Place

Tata Kelola Rumah Sakit Muhammadiyah Berbasis Syari'ah

Perwujudan surah al-ma’un sangat eksoteris maujud ke dalam pergerakan Perserikatan Muhammadiyah di mana landasan tersebut berpijak kuat k...


Perwujudan surah al-ma’un sangat eksoteris maujud ke dalam pergerakan Perserikatan Muhammadiyah di mana landasan tersebut berpijak kuat kepada Al-Qur’an dan Hadist. Tidak heran sampai dengan saat ini Muhammadiyah memiliki ± 23.357 (www.muhammadiyah.or.id) potensi amal usaha yang tersebar hampir di seluruh pelosok negeri ini.

Jumlah tersebut sangat fantastis jika dibandingkan dengan organisasi-organisasi atau perserikatan-perserikatan lainnya yang ada di Indonesia. Ini menandakan kiprah Muhammadiyah di berbagai bidang amal usahanya sangat proaktif dan ekstensif. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaannya saat ini adalah persoalan konsistensi niat dalam menjalankan “ideologi al-ma’un” dan komitmen untuk tetap mengembangkan sayap, baik secara vertikal maupun horizontal, seperti yang tertuang dalam Bab VII, Pasal 21, Ayat 1 dan 2, Anggaran Dasar Muhammadiyah.

Momentum yang tepat untuk “menelanjangi” sebuah amal usaha Muhammadiyah, guna mengetahui sejauh mana konsistensi dan komitmen tersebut dijalankan oleh amal usaha yang ada, diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi Perserikatan dalam merefleksikan perjalanan amal usahanya. Untuk itu, penulis memulainya dengan membidik salah satu Amal Usaha Muhammadiyah, yaitu Amal Usaha Kesehatan. Karena dilihat dari data yang ada, amal usaha ini memberikan kontribusi terbesar kedua bagi Perserikatan setelah Amal Usaha Pendidikan.

Penulis melihat Rumah Sakit sebagai sebuah amal usaha yang bertendensi “rahmatan lil alamin” dalam proses pelaksanaannya. Tentu saja untuk menyandang gelar rahmatan lil alamin tersebut harus berorientasi terhadap pelayanan dan jasa kesehatan yang bermuara kepada kepuasan pasien secara keseluruhan. Untuk tercapainya iklim ini tentu saja semua elemen-elemen yang berada dalam rumah sakit harus terintegrasi dengan baik ke dalam sebuah wadah Manajemen Rumah Sakit. Wadah integrasi ini-lah yang harus menjadi perhatian utama jika ingin tetap eksis dan tumbuh di era business disruption saat sekarang ini.

Manajemen Rumah Sakit Konvensional saat ini dinilai tidak lagi relevan dalam menjawab semua keinginan dan kebutuhan masyarakat pengguna layanan kesehatan rumah sakit, karena faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat kompleks, mulai dari teknologi yang digunakan, epidemiologi, demografi, sosial, ekonomi, sampai dengan kebijakan pemerintah yang berlaku, di mana semua itu hanya bermuara kepada satu hal, yaitu keuntungan (capitalism). Ketidak-mampuan rumah sakit dalam mengelola kompleksitas tersebut menandakan ketidak-efektifan manajemennya. Fluktuatif jumlah pasien yang menuju kepada penurunan jumlah kunjungan merupakan salah satu “harga konsekuensi” yang harus dibayar.

Menindaklanjuti kondisi di atas, penulis telah melaksanakan kegiatan “Workshop Tata Kelola Manajemen Berbasis Syariah Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Taman Puring” (Senin, 29/01/2018). Pada kesempatan workshop tersebut penulis menyampaikan bahwa Manajemen Rumah Sakit Berbasis Syariah merupakan alternatif jalan keluar untuk menghadapi kompleksitas di era business disruption saat ini, peletakan kembali nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadist dalam seluruh aktifitas Manajemen Rumah Sakit Islam yang notabene sebagai landasan pijakan jiwa al-ma’un dalam Perserikatan Muhammadiyah harus di “re-konsistensi” dan di “re-komitmen” kembali. Seperti ;

(1) proses penyediaan pelayanan kesehatan yang sudah harus dipandang sebagai amanah;
(2) ukuran mutu pelayanan sudah harus berdasarkan anjuran untuk tolong-menolong dalam kebaikan;
 (3) manajer sudah seharusnya berlaku sebagi imam;
(4) biaya yang dikeluarkan oleh pasien harus transparan dan tidak lagi mengedepankan profit semata melainkan ukuran kepatutan dan kewajaran;
(5) sumber daya manusia yang ada sudah harus dipandang sebagai satu “batang tubuh” keluarga bukan lagi sekedar asset;
(6) pengawasan yang dilakukan sudah harus berorientasi kepada pemahaman yang menumbuhkan kesadaran bahwa setiap amal perbuatan tersebut tidak luput dari pandangan Allah SWT;
(7) evaluasi-pun juga dijadikan sebagai bahan untuk introspeksi diri bukan sebagai ajang pembenaran atau ajang untuk menyudutkan satu sama lain. Atmosfir tersebut harus-lah menjadi indikator utama dalam aktifitas Rumah Sakit Islam dalam melakukan visi dan misinya ke depan. Konsistensi dan komitmen untuk menjadikan indikator tersebut sebagai acuan dalam memberikan pelayanan, tentu akan bermuara kepada kebaikan dan kepuasan semua pasien (rahmatan lil alamin).

Workshop tersebut dilakukan dengan metode exploration, yaitu menggali satu atau beberapa aspek khusus suatu topik. Kemudian mendiskusikannya, mempelajari, mencarikan alternatif solusinya, dan mengevaluasinya. Penulis juga menggunakan metode sharing of ideas, prosedure give and take, yaitu suatu diskusi yang selaras dengan memberikan pandangan-pandangan di mana seluruh peserta bisa ikut berpartisipasi menumpahkan pemikirannya untuk berinterkasi memecahkan masalah-masalah yang ada (resource person dan resource materials).

Penyampaian materi, dimulai dari:
(1) Prinsip-Prinsip Tata Kelola Manajemen Rumah Sakit Berbasis Syariah;
(2) Indikator-Indikator Standar Mutu dan Kualitas Pelayanan yang Berorientasi consumer suistanable satisfaction dengan Landasan Syariah Digerakkan dengan Semangat “Al-Maunisme”;
(3) Rekonstruksi Standar Mutu dan Aktifitas Jasa Pelayanan Kesehatan yang Sudah dan Sedang Berlangsung; sampai dengan materi; (4) Membangun Konsistensi dan Komitmen untuk Menjalankan Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Syariah Demi Tercapainya Rahmatan Lil Alamin, cukup mendatangkan antusias para peserta rumah sakit serta membuah hasil yang positif, hal ini dapat dilihat dengan interaksi yang terjadi pada saat workshop berlangsung.

Mungkin belum semua fakta terkait manajemen yang ada pada rumah sakit ini dapat di-expolre pada saat workshop ini dilaksanakan, setidaknya, permasalahan-permasalahan yang yang sifatnya crucial dapat tersampaikan dan dibahas, sehingga alternative solution dapat membantu para peserta ke depan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Penulis: Dicky Chandra, S.E., M.M. Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UHAMKA

Tidak ada komentar

Ads Place