Page Nav

HIDE

Ads Place

Tes Baca Alquran dan Rusaknya Kehidupan

Tes Baca Alquran dan Rusaknya Kehidupan Opini Tes Baca Alquran dan Rusaknya Kehidupan BEBERAPA hari terakhir, setelah berita ...

Tes Baca Alquran dan Rusaknya Kehidupan

Opini

Tes Baca Alquran dan Rusaknya Kehidupan

BEBERAPA hari terakhir, setelah berita Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang menyeret Gubernur Aceh Irwandi Yusuf

Tes Baca Alquran dan Rusaknya KehidupanMedia Center KIP AcehIstri Gubernur Aceh nonaktif Irwandi Yusuf, Darwati A Gani mengikuti uji baca Alquran di Sekretariat KIP Aceh, Sabtu (21/7/2018).

Oleh Zarkasyi Yusuf

BEBERAPA hari terakhir, setelah berita Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang menyeret Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, muncul lagi berita menarik lain, yaitu puluhan bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) tidak lulus baca Alquran (Serambi, 21 Juli 2018). Jangan tanya mengapa tidak lulus, pastinya mereka t idak mampu membaca Alquran sesuai standar yang telah ditentukan bagi bacaleg.

Saya yakin, banyak komentar tentang fenomena tersebut. Oleh karenanya, tulisan ini tidak untuk mengomentari kondisi itu, tetapi ingin melihat sisi lain dari fenomena tersebut. Harapan besar agar terjadi perubahan dan dampak sosial di masa yang akan datang, terutama mempersiapkan generasi muda yang telaten membaca Alquran.

Kita pasti tahu bahwa Alquran adalah pedoman hidup bagi setiap Muslim, menjadi sumber inspirasi dalam menjalankan kehidupan. Sebelum menerjemahkan pesan-pesan Alquran, tahap awal yang harus ditempuh adalah mampu membacanya, sehingga pesan-pesannya tersampaikan kepada mereka yang membacanya. Tentu menjadi “aib” besar bagi mereka yang tidak mampu membaca Alquran, sebab Alquran adalah bacaan wajib yang harus dibaca oleh setiap Muslim, apalagi membaca Alquran bernilai ibadah.

Jika melihat tradisi dan budaya Aceh, rasanya tidak mungkin ada yang tidak mampu membaca Alqu ran. Sebab, beut aleh ba adalah tradisi yang ditelah diwariskan turun temurun dalam lingkungan keluarga masyarakat Aceh. Meunasah, menjadi pusat training membaca Alquran bagi anak-anak di kampung. Melihat perkembangan Balai Pengajian dan Taman Pendidikan Alquran (TPA) tumbuh dan berkembang pesat dalam masyarakat, apalagi didukung operasionalnya oleh pemerintah. Bahkan, pemerintah telah mencanangkan Program Magrib Mengaji.

Sistem sosial yang mendukung, ditambah dukungan pemerintah, tentu mustahil ada yang tidak mampu membaca Alquran. Namun, kenyataanya menyajikan lain, bahwa ada juga yang tidak mampu membaca Alquran. Lebih menyedihkan, mereka yang berniat untuk mewakili rakyat memperjuangkan setiap aspirasi mereka. Siapa pun, tanpa melalui pembuktian empiris pun akan menjawab bahwa ada sesuatu yang salah dan tidak sesuai, sehingga harapan atau cita-cita (das sollen) tidak sesuai dengan kenyataan (das sein). Secara pribadi, saya ikut prihatin dengan kondisi ini, apalagi menjadi “aib” bagi Aceh yang terkenal dengan bumi syariat Islam.

Apa yang harus dilakukan?
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Pertama, kondisi ini sejatinya mendorong pihak akademisi kampus untuk meneliti lebih dalam tentang sistem sosial masyarakat Aceh yang telah menunjukkan gejala kerusakan, agar dapat dipetakan kondisi yang sebenarnya, serta mencari solusi untuk menjaga sistem sosial dalam masyarakat yang telah gagal menjadi pengontrol kehidupan, sehingga hal penting pun (baca Alquran) terabaikan.

Riset itu tidak hanya menjalankan tridarma perguruan tinggi semata, tetapi juga dapat dijadikan pijakan bagi pengambil kebijakan untuk memperbaiki sistem sosial masyarakat Aceh yang sudah terindikasi rusak.

Kedua, gagal menjadi bacaleg karena tidak mampu membaca Alquran merupakan persoalan biasa, jangan sampai gagal menjadi muslim karena tidak mampu membaca dan menerjemahkan pedoman hidup dalam kehidupan, ini adalah persoalan luar biasa.

Menyikapi hal terse but, bacaleg yang gagal hendaknya menjadikan tes baca Alquran sebagai spirit untuk terus belajar, sebab belajar tidak mengenal batas usia, apalagi belajar hal urgen dalam kehidupan ini. Boleh saja gagal menjadi bacaleg, tetapi jangan sampai gagal telaten membaca Alquran, sebab itu adalah identitas kita sebagai Muslim.

Halaman selanjutnya 12
Editor: bakri Sumber: Serambi Indonesia Ikuti kami di Sumber: Google News Network: Koranmu Indonesia

Tidak ada komentar

Ads Place