Wanita Asal Secang Magelang Ini Bulatkan Tekad Terjun di Dunia ... Buah Bibir Wanita Asal Secang Magelang Ini Bulatkan Tekad Ter...
Buah Bibir
Wanita Asal Secang Magelang Ini Bulatkan Tekad Terjun di Dunia PolitikIka membulatkan tekadnya untuk terjun lebih dalam di dunia yang tengah laris menjadi bahan pemberitaan media ini
TRIBUNJOGJA.COM - Tak memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang politik, bukan berarti tidak bisa berkiprah di dunia politik.
Hal itu pula yang kini dijalani Ika Septi Permanasari.
Ika membulatkan tekadnya untuk terjun lebih dalam di dunia yang tengah laris menjadi bahan pemberitaan media ini.
Saat ditanya alasannya tertarik terjun ke dunia politik, warga Sindas Desa Pancuranmas, Kecamatan Secang Magelang ini mengaku politik itu bisa mendekatkan dirinya dengan kehidupan masyarakat.
Terlebih bagi kaum perempuan sendiri, tidak banyak yang ikut serta di dalamnya dan menurutnya, ini merupakan suatu tantangan.
Ada satu hal lagi yang membuat pemilik hobi menyanyi ini tertarik masuk di dunia politik adalah karena faktor lingkungan, di mana ia terlahir dari keluarga politik.
âDari dulu saya juga suka melihat dan membaca berita-berita politik ketimbang acara lain,â ujar wanita kelahiran Magelang, 8 September 1990 ini.
Selanjutnya lulisan Akuntansi Komputer ini berujar, selama ini dalam forum diskusi maupun politik kadang kaum perempuan hanya dipakai sebagai pemanis saja. Untuk suaranya justru kebanyakan kaum laki-laki yang lebih dominan.
âSaya merasa sangat beruntung menjadi perempuan yang bisa terjun ke dunia politik. Karena menurut saya, perempuan memiliki anug erah perasaan yang luar biasa. Perempuanlah yang lebih mampu secara pendekatannya, jika untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Karena perempuan lebih suka berbicara melalui hati ke hati, perempuan lebih berempati,â beber mantan pegawai bank swasta ini.
Di zaman yang sudah berkembang ini, masalah perempuan dan anak memang semakin membuat semua harus konsen.
Mulai dari human trafficking, poligami, kejahatan seksual, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, yang para korbannya adalah mayoritas perempuan.
Belum lagi dengan menjadi seorang ibu, di mana perempuan kadang harus berhadapan dengan vaksin palsu, kekerasan terhadap anak, bahkan berbagai bullying yang juga mengorbankan kaum perempuan.
Sebagai ibu dari dua orang anak, wanita yang pernah bersekolan di SMPN 3 Magelang dan SMAN 5 Magelang ini merasa justru perempuan adalah faktor terbesar dalam berkehidupan.
Seorang ibu harus mampu menjadi pendidik utama bagi anak-anaknya selain dari pendidikan form al.
âDi Indonesia khususnya Kabupaten Magelang tidak banyak perempuan yang menjadi aspirator. Jika itu terus dibiarkan maka hak-hak perempuan akan terabaikan. Maka dari itu keterlibatan perempuan penting agar hak-hak perempuan terlindungi,â terangnya. (*)
Tidak ada komentar