Page Nav

HIDE

Update

latest

BMKG: Imbau Masyarakat Tentang Fenomena Alam Purnama Perige

Fenomena alam Purnama Perige atau Bulan Purnama terjadi pada Selasa (19/2). Bulan purnama adalah peristiwa ketika Matahari, Bumi, dan...



Fenomena alam Purnama Perige atau Bulan Purnama terjadi pada Selasa (19/2).

Bulan purnama adalah peristiwa ketika Matahari, Bumi, dan Bulan dalam posisi hampir segaris lurus dan Bulan akan tampak bulat utuh saat diamati dari Bumi.

Perlu diingat fenomena supermoon ini bukanlah gerhana bulan.

Pada tiga bulan awal tahun 2019, peristiwa purnamanya akan bertepatan dengan bulan berada pada posisi terdekatnya dari bumi sehingga dikenal sebagai purnama perige atau purnama super (supermoon).

Pada bulan Januari 2019, purnamanya terjadi pada 21 Jan 2019 pukul 12.16 WIB.

Tepat 12 jam 43 menit sesudah puncak purnama tersebut, atau pada 22 Januari 2019 pukul 02.59 WIB, Bulan akan berada pada jarak 357.342 km dari Bumi.

Dikutip dari BMKG pada 19 Februari 2019 pukul 22.53 WIB, Bulan akan kembali dalam fase purnama.

Tepat 6 jam 51 menit sebelumnya, atau pada 19 Februari 2019 pukul 16.02 WIB, Bulan berada pada jarak 356.761 km dari Bumi.

Ini adalah posisi terdekat satelit alami Bumi tersebut sepanjang tahun 2019.

Jika cuaca cerah, objek langit ini sangat baik untuk diamati detail permukaannya, mengingat saat tersebut akan lebih jelas teramati jika dibandingkan dengan saat bulan dalam posisi terjauh dari Bumi (Bulan di apoge), yang akan terjadi pada 14 September nanti. .

Puncak purnama terjadi pada 21 Maret 2019 pukul 08.42 WIB dan sesudah satu hari 5 jam 55 menit dari saat Bulan di 359.377 km dari Bumi.

Mengingat pada 21 Maret 2019 ini, tepatnya pukul 04.59 WIB, posisi Matahari berada di equinox, purnama ini dapat disebut juga sebagai purnama equinox.

Dampak Bulan Purnama

Dikutip dari Tribun Kaltim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, kembali mengimbau masyarakat agar mewaspadai fenomena bulan perige, atau posisi bulan yang condong lebih dekat dengan bumi.

Fenomena bulan perige ini diperkirakan akan terjadi pada hari Selasa, 19 Februari 2019 ini, sekitar pukul 16.02 WIB disusul kemudian bulan purnama sekitar pukul 22.53 WIB.

Fenomena bulan perige, pergerakan bulan yang mendekati bumi ini, menurut Kepala Stasiun Meteorologi Kabupaten Berau, Tekad Sumardi, akan berdampak gelombang pasang air laut.

Pasalnya, pasang surut permukaan air laut, erat kaitannya dengan pergerakan bulan.

Karena itu, pihaknya mengimbau, agar masyarakat, terutama yang tinggal di kawasan pesisir dan kepulauan, agar mewaspadai naiknya permukaan air laut ini. Termasuk bagi wisatawan maupun lalu lintas pelayaran lainnya.

"Bulan purnama perige in adalah jarak terdekat bulan dengan bumi dan Bisa diamati hampir sepanjang malam dari mana saja, dengan syarat cuaca cerah," jelas Tekad Sumardi.

Menurutnya, perige adalah peristiwa astronomi biasa, pengaruhnya hanya terhadap pasang surut dan tinggi gelombang.

Tetapi ini yang harus diwaspadai oleh masyarakat. Karena itu himbauan BMKG untuk masyarakat Berau, agar tetap melakukan aktivitas seperti biasa, hanya waspada terhadap air pasang yang lebih tinggi dari biasanya," paparnya.

Dampak Bulan Purnama

Dikutip dari Tribun Kaltim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, kembali mengimbau masyarakat agar mewaspadai fenomena bulan perige, atau posisi bulan yang condong lebih dekat dengan bumi.

Fenomena bulan perige ini diperkirakan akan terjadi pada hari Selasa, 19 Februari 2019 ini, sekitar pukul 16.02 WIB disusul kemudian bulan purnama sekitar pukul 22.53 WIB.

Fenomena bulan perige, pergerakan bulan yang mendekati bumi ini, menurut Kepala Stasiun Meteorologi Kabupaten Berau, Tekad Sumardi, akan berdampak gelombang pasang air laut.

Pasalnya, pasang surut permukaan air laut, erat kaitannya dengan pergerakan bulan.

Karena itu, pihaknya mengimbau, agar masyarakat, terutama yang tinggal di kawasan pesisir dan kepulauan, agar mewaspadai naiknya permukaan air laut ini. Termasuk bagi wisatawan maupun lalu lintas pelayaran lainnya.

"Bulan purnama perige in adalah jarak terdekat bulan dengan bumi dan Bisa diamati hampir sepanjang malam dari mana saja, dengan syarat cuaca cerah," jelas Tekad Sumardi.

Menurutnya, perige adalah peristiwa astronomi biasa, pengaruhnya hanya terhadap pasang surut dan tinggi gelombang.

Tetapi ini yang harus diwaspadai oleh masyarakat. Karena itu himbauan BMKG untuk masyarakat Berau, agar tetap melakukan aktivitas seperti biasa, hanya waspada terhadap air pasang yang lebih tinggi dari biasanya," paparnya.

Sebelumnya, fenomena ini sempat menyebabkan sebagian tempat wisata di Pulau Derawan, digenangi air akibat luapan air laut. Air laut naik ke darat, sekitar 30 meter dari bibir pantai, namun tidak sampai menimbulkan kerusakan.

BMKG Berau memprediksi, saat fenomena ini terjadi, gelombang laut mencapai 1 hingga 2 meter. Kondisi ini dapat mengancam keselamatan transportasi air, terutama nelayan tradisional yang menggunakan perahu kecil.

Termasuk transportasi wisatawan yang bisanya menggunakan speed boat berkapasitas 4 sampai 6 orang.

Beberapa hari lalu, seorang nelayan Filipina, hanyut hingga ke Kecamatan Bidukbiduk, karena terkena badai saat melaut di oerairan Filipina. Sebelumnya, nelayan asal Kampung Tanjung Batu, sempat dinyatakan hilang akibat cuaca buruk, namun nelayan tersebut berhasil ditemukan dalam keadaan selamat.

Karena itu, BMKG Berau, mengimbau masyarakat, terutama nelayan dan wisatawan yang beraktivitas di wilayah perairan agar mewaspadai fenomena ini.

Namun terlepas dari dampak yang ditimbulkan dari fenomena ini, Sumardi mengajak masyarakat untuk menikmati fenomena astronomi ini. Pasalnya, penampakan bulan jauh lebih besar dari biasanya. ]

Alhamdulillah kita bisa menikmati supermoon, karena diperkirakan bulan lebih besar 10 sampai 14 persen dari biasanya," imbuh Sumardi.


Sumber: http://sumsel.tribunnews.com/2019/02/19/bukan-gerhana-bulan-malam-ini-pukul-2253-wib-terjadi-super-snow-moon-atau-bulan-purnama.

Tidak ada komentar