Page Nav

HIDE

Update

latest

Heboh Pemindahan Makam di Gorontalo, PBNU: Kemanusiaan Mati !

Gorontalo dihebohkan dengan peristiwa pemindahan dua makam. Makam tersebut dipindahkan karena keluarga jenazah beda pilihan caleg den...



Gorontalo dihebohkan dengan peristiwa pemindahan dua makam. Makam tersebut dipindahkan karena keluarga jenazah beda pilihan caleg dengan pemilik tanah yang juga masih mempunyai hubungan keluarga.

Makam yang dipindahkan adalah kuburan almarhum Masri Dunggio, yang sudah dimakamkan 26 tahun lalu, dan almarhumah Sitti Aisya Hamzah, yang baru setahun dimakamkan di halaman belakang milik warga bernama Awono. Pemindahan kuburan itu dilakukan di Desa Toto Selatan Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.

Proses pemindahan dua makam ini diwarnai isak tangis keluarga, sekaligus memicu kontroversi publik. Terkait hal ini, Ketua PBNU Robikin Emhas angkat bicara.

Apa pendapat PBNU terkait polemik ini?

1. Mematikan rasa kemanusiaan

Robikin mengatakan, kabar pemindahan jenazah yang telah dikebumikan gara-gara beda pilihan calon anggota legislatif (Caleg) dengan pemilik tanah kuburan di Gorontalo mengoyak rasa kemanusiaan.

"Betapa tidak, politik yang seharusnya menjadi sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan justru mematikan rasa kemanusiaan itu sendiri," kata Robikin dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Minggu (13/1).

2. Politik dinilai sebagai sarana meraih kekuasaan

Menurut Robikin, peristiwa itu menunjukkan bahwa politik hanya dipahami sebagai sarana mendapatkan kekuasaan, tidak penting bagaimana cara meraihnya.

Sayangnya, lanjut Robikin, kesan penghalalan segala cara dalam meraih kekuasaan politik tidak hanya terjadi dalam perebutan kursi legislatif sebagaimana kasus pemindahan jenazah ke kuburan lain yang terjadi di Gorontalo, melainkan juga dalam Pilpres.

3. Karena berbeda pilihan politik kekerabatan bisa pecah

Dia mencontohkan, hal-hal seperti politisasi agama, penggunaan berita palsu dan hoaks digunakan sebagai mesin elektoral.

Cara-cara seperti itu dilancarkan seakan tak peduli dengan dampak yang ditimbulkan. Hubungan kekerabatan pecah, persahabatan retak, tetangga dikategorikan sebagai lawan. Semua disandarkan satu hal, yakni kesamaan pilihan politik.

"Kalau tidak dihentikan, hal seperti ini dapat merusak kohesivitas sosial dan harmoni masyarakat. Ujungnya, ketahanan sosial dan persatuan serta kesatuan bangsa menjadi taruhannya," ujar dia.

4. Berharap tak ada lagi kejadian serupa jelang Pemilu 2019

Menurut dia, sebagai pesta demokrasi, pemilu seharusnya menjadi kegembiraan nasional. Layaknya pesta yang tak perlu ada satu pun gelas pecah.

"Semoga peristiwa memilukan pemindahan kuburan akibat beda pilihan politik di Gorontalo menjadi satu-satunya kejadian dan tak terulang di kemudian hari. Toh, politik adalah sarana pemanusiaan manusia," katanya.

Sumber: https://www.idntimes.com/news/indonesia/dwifantya-aquina/jenazah-dipindah-karena-beda-pilihan-politik-pbnu-kemanusiaan-mati/full

Tidak ada komentar