Piramida Aktifitas Fisik DKI Jakarta sebagai ibukota negara menyediakan berbagai fasilitas hidup yang memberikan kemudahan bagi aktivitas ...
![]() |
Piramida Aktifitas Fisik |
DKI Jakarta sebagai ibukota negara menyediakan berbagai fasilitas hidup yang memberikan kemudahan bagi aktivitas warganya. Selain itu, penggunaan komputer dan gadget di kalangan anak usia sekolah di Jakarta memotong waktu yang seharusnya digunakan untuk beraktivitas fisik. Hasil survei pendahuluan di SD Islam Assa’adah Cilandak Jakarta Selatan menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dengan frekuensi olahraga kurang dari 2 kali seminggu. Hal inilah yang mendorong dilakukannya pengabdian masyarakat yang bertujuan meningkatan pengetahuan dan perilaku melalui edukasi tentang aktivitas fisik pada siswa SD Muhammadiyah di DKI Jakarta.
Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah mendorong siswa dan seluruh warga sekolah untuk beraktivitas fisik melalui pendampingan serangkaian program aktivitas fisik di sekolah. Sekolah Dasar Islam (SDI) Assa’adah merupakan sekolah dasar yang berlandaskan ajaran Agama Islam dengan ciri muatan mata ajar Agama Islam yang lebih padat dibandingkan sekolah umum (aqidah ahlaq, hadits, Bahasa Arab, muamalah, tauhid, dan Quran).
Dalam hal program aktivitas fisik bagi siswa, SDI Assa’adah masih mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun (KTSP) 2006 yang menyelenggarakan senam bersama setiap hari jumat. Sedangkan untuk kurikulum tiga belas (KURTILAS) sudah ada tematik yang mengarah pada peningkatan aktivitas fisik seperti adanya pengenalan kembali permainan tradisional dan olahraga permainan. Namun, penerapan tematik yang mendorong anak untuk beraktifitas fisik masih sangat kurang.
Sekolah belum memiliki kebijakan tertulis mengenai pelaksanaan aktifitas fisik di sekolah. Guru kelas pun tidak pernah diberikan arahan mengenai pelaksanaan aktifitas fisik di kelas yang menunjang pembelajaran siswa. Penerapan aktifitas fisik di SD Islam Assa’adah sangat mungkin untuk dilaksanakan bila mempertimbangkan aspek sarana dan prasarana yang ada.
Sekolah ini memiliki ruang kelas dengan ukuran 4x5 meter, ruang aula dengan ukuran 10x10 meter, koridor, halaman, dan lapangan futsal. Di ruang olahraga, tersedia berbagai macam alat olahraga seperti papan tenis meja, net bulu tangkis dan voli, bola voli, bola basket, bola sepak takraw, bola kasti, dan lain-lain. Tersedia pula alat permainan tradisional seperti engrang, congklak dan lompat tali. Tentunya hal ini merupakan modal utama bagi terlaksananya aktifitas fisik siswa di sekolah.
Sebelum dimulai pendampingan, dosen dan mahasiswa pelaksana kegiatan PKM melakukan persiapan sebagai berikut: 1) menyusun modul pendampingan aktifitas fisik di sekolah; 2) membuat video latihan fisik bagi anak usia sekolah; 3) menyusun materi paparan edukasi; 4) menyusun kuesioner pre-test dan post-test. Sementara itu, persiapan yang dilakukan oleh pihak sekolah antara lain: 1) menyiapkan siswa dengan aplikasi pertemuan online; 2) mengatur jadwal edukasi; 3) menginformasikan adanya kegiatan kepada orangtua siswa. a. Pretest Pengetahuan Setelah semua siswa memasuki aplikasi pertemuan online zoom meeting.
Pengetahuan siswa diukur menggunakan instrumen pretest yang terdiri dari 10 soal. Seluruhnya merupakan pertanyaan terkait aktifitas fisik dan jenis aktifitas fisik untuk anak sekolah dasar. Peserta melaksanakan pretest pengetahuan secara self assessment di mana siswa mengisi sendiri pretest dengan dipandu oleh tim. Pretest pengetahuan ini menggunakan media google form.
Pendampingan aktifitas fisik berhasil meningkatkan pengetahuan pada siswa Sekolah Dasar Islam As’Saadah. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai pretest-postest pengetahuan. Namun, waktu yang ada belum cukup untuk melihat perubahan perilaku yang berkesinambungan.
Laporan PKM: Anna Fitriani, SKM, MKM dan Imas Arumsari, S.Gz., M.Sc. Dosen Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA
Tidak ada komentar